Blog featuring asian fanfiction and etc.

Wednesday 28 December 2011

My Dream and My Life

sekedar informasi, watak tokoh dan kebiasaan sehari-hari tokoh disini diambil dari kisah nyata kehidupan author (kecuali alur ceritanya).
story..
________________________________________________________________________

Author : Pepita Karina
Title : My Dream and My Life
Cast : -Zhoumi (Super Junior)
          -Sang Shanmeen (author's friend)
          -Kim Saera (author's friend)
          -Park Haejang (author ^^V)
          -Park Jungsoo/Leeteuk (Super Junior)
          -Kim Dasom (Sistar)
Rating : G
Genre : Romance
Category : Oneshoot
__________________________________________________







'Author POV'


Shanmeen terlihat ceria sekali pagi ini, meskipun biasanya juga seperti itu tapi kali ini senyumnya terlihat berbeda dari hari-hari sebelumnya. Mungkin karena hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke 21 tahun.

"SAENGIL CUKHAI HAEYO SANG SAHNMEEN!!" tiba-tiba saja kedua sahabat Shanmeen, Haejang dan Saera, mengagetkannya dengan trompet trompet kecil yang ditiup langsung dekat telinganya sesampainya Shanmeen di kampus
"isshhh aigoo.... telingaku sakit!!" gerutu Shanmeen tapi tak membuatnya marah karena hari ini adalah hari ulang tahunnya
"hehehe..... kapan makan-makannya?" tanya Haejang sambil menunjukan cengiran kuda nya (?)
"ne... kapan kau akan mengajak kami makan-makan? seperti biasa jika kau ulang tahun" tambah Saera. Mereka bertiga memang sudah bersahabat sejak SMP tapi berbeda dengan Haejang dan Shanmeen yang sudah bersahabat sejak SD (berdasarkan kehidupan nyata author ._.V)
"nanti lah! masa sekarang! kita kan ada kuliah"
"YEAYYY!!! berarti setelah ini kita makan-makan. Asik asik...." celetuk Haejang sambil berjalan ke kelasnya dengan riang gembira bersama Saera yang disusul Shanmeen di belakangnya.


*Skip makan-makannya*


Usai makan bersama kedua sahabatnya, Shanmeen kembali pulang dan mengerjakan tugas yang diberi oleh dosen barusan.


"Aigoo... padahal baru setengah mengerjakan tapi rasanya mataku sudah berat sekali. Hahhh mungkin aku bisa istirahat sebentar" tak terasa Shanmeen tertidur dimeja belajarnya.


'Author POV end'


'Shanmeen POV'


Aku berjalan menyusuri hamparan bunga yang indah. Tempat ini begitu luas tapi tak ku temukan ada satu makhluk pun disini, hanya aku, ya.. aku sendiri. 
DUK!!! Tiba-tiba saja kakiku tersandung batu besar
"ayo berdiri" kata seorang namja sambil mengulurkan tangannya padaku untuk membantuku berdiri, senyumnya sungguh mendamaikan hati
"ahh... ne, gomawo" aku pun berdiri dan segera membenahi pakaianku yang kusut. Setelah menolongku, namja itu berjalan pergi meninggalkanku, aku berusaha mengejarnya
"ya! ya!! chankanman! siapa namamu?" teriakku memanggilnya, dia hanya menoleh ke arahku sejenak dan tersenyum lalu kembali berjalan menjauhiku. Aneh, aku tak sanggup mengejarnya, rasanya aku terlalu lelah untuk berlari. Seketika sepercik sinar putih menyilaukan mataku dan...kulihat aku sudah berada dimeja belajarku. Ya tuhan... ternyata mimpi, aku ketiduran dan masih mengenakan baju pergiku. Ku lirik jam ternyata masih pukul 2 pagi, langsung aku mengganti pakaian ku dengan piyamaku dan pindah tidur ke kasur.


**

"Ya!!! Haejang-ya!" panggilku pada sahabatku itu sesampainya aku di kampus
"hm?" tanya nya singkat
"aku nanti mau cerita denganmu!"
"kenapa harus nanti? sekarang saja!"
"isshhh andwae! sebentar lagi masuk kelas! tuh kan! dosennya datang! ayo masuk!" ajakku sambil menggeret Haejang masuk kedalam kelas.
Selesai kuliah, aku segera membawa Hejang ke taman kampus untuk bercerita


"Mau cerita apa?" tanya Haejang sambil menyibakkan rambutnya
"semalam aku bermimpi... aneh"
"mimpi apa?"
"aku bermimpi aku sedang berada di hamparan bunga yang luas, lalu aku tersandung batu dan terjatuh lalu tiba-tiba ada seorang namja tampan menolongku, saat aku bertanya siapa namanya dia hanya menoleh dan tersenyum padaku lalu kembali pergi tapi aku tidak sanggup mengejarnya"
"lalu?"
"isshhh Haejang-ya! kau selalu seperti itu jika aku sedang bercerita" gerutuku kesal sambil memalingkan tubuhku darinya
"heheh mianhae Shanmeen.. lalu aku harus menanggapi apa?" tanyanya cengar-cengir (bahasa apa itu -__-)
"ya apa kek, paling tidak bertanya kenapa aku bisa bermimpi seperti itu atau apalah"
"baiklah... kenapa kau bisa bermimpi seperti itu Shanmeen-ah?" Haejang mendekatkan wajahnya padaku
"aishhh lupakan!" aku langsung pergi meninggalkannya.


'Shanmeen POV end'


'Haejang POV'



"baiklah... kenapa kau bisa bermimpi seperti itu Shanmeen-ah?" tanyaku sambil mendekatkan wajahku padanya
"aishhh lupakan!" Shanmeen langsung pergi meninggalkanku
"Isshhhh jinjja! tadi katanya disuruh bertanya sekarang aku tanya malah kabur. Ck.. dasar anak aneh!" gumamaku sambil menggeleng-gelengkan kepala lalu pergi menyusulnya yang aku yakin pasti dia menemui Saera.

'Haejang PO end'

'Shanmeen POV'

Malam ini tubuhku begitu pegal dan linu, rasanya ingin cepat-cepat bermesraan dengan kasurku. Akhirnya aku sampai juga dirumah setelah seharian rapat organisasi di kampus. Haejang dan Saera malah enak-enakan jalan-jalan tanpaku! huhhh dasar! pasti Saera terhasut oleh Haejang supaya mau menemaninya jalan-jalan! dasar anak itu! tukang hasut! Sesampainya di kamar aku langsung mengambil handuk dan mandi di kamar mandi yang berada di dalam kamarku lalu bergegas tidur.

Hamparan bunga ini lagi? sebetulnya aku berada dimana? Kenapa tidak ada seorang pun disini kecuali aku? Aku berjalan tanpa tau arah, aku hanya mengikuti instingku sampai akhirnya aku melihat ada sebuah pohon besar yang diatasnya terdapat sebuah rumah kayu. Aku memandanginya sejenak, mengagumi rumah pohon itu. Indah, dari bawah sini aku bisa melihat didalamnya seperti rumah pohon yang ada di dongeng-dongeng. Di tubuh pohon itu ada anak tangga menuju rumah pohon itu. Aku pun menaikinya, ingin masuk kedalam rumah itu. Ketika aku sudah berada didalam, mataku tak henti-hentinya menjelajahi pemandangan didepanku sekarang. Ada satu tempat tidur yang hanya bisa ditiduri satu orang, meja kecil berbentuk lingkaran lengkap dengan 2 kursinya yang tentunya terbuat dari kayu, rak buku di sebelah kasur, dan sebuah dapur kecil disebelah meja makan. Rumah ini sungguh seperti di dalam dongeng. Ketika aku akan mengambil cangkir kecil berwarna pink soft diatas meja makan, tiba-tiba sebuah tangan lembut menepuk pundakku

"omo" aku menoleh kebelakang, ternyata namja itu lagi. Namja yang menolongku ketika aku terjatuh. Dia tersenyum padaku, manis sekali
"oh... kau" aku tergagap memandangnya "kau yang waktu itu.." belum selesai aku bicara, namja itu sudah mengeluarkan setangkai mawar putih, bunga kesukaanku. Aku mengambil bunga itu perlahan dari tangannya
"a..apa ini?" aku masih takjub melihat namja ini
"itu untukmu" kata namja itu seraya tersenyum padaku
"untuk apa?"
lagi-lagi namja ini hanya tersenyum padaku. Aku memandang mawar ini sejenak dan.. namja itu lagi-lagi menghilang? cepat sekali? padahal hitungan pandanganku pada mawar ini tadi kira-kira hanya 3 detik, bagaimana bisa namja itu menghilang secepat ini? kepalaku celingukan mencarinya tapi nihil. Aku tak menemukannya.

"Omona!! mimpi itu lagi!" aku memegang dahiku, ketika aku melihat jam masih pukul 2 dini hari. Kenapa aku terbangun jam 2 lagi setelah aku bermimpi ini? sama persis seperti kemarin. Aneh, mimpiku seperti berkelanjutan. Seperti sebuah drama yang bersambung. Aku pun berniat untuk melanjutkan tidurku.


Hari ini adalah hari minggu, aku sudah menjadwalkan hari ini untuk pergi bersama 2 sahabatku, si tengil Haejang (si Shanmeen sensi bgt sama author ^o^V) dan Saera. Terdengar suara ketukan pintu, itu pasti mereka. Aku menyuruh pembantuku untuk mempersilakan mereka masuk karena aku baru selesai mandi dan akan berganti baju.


"Alah...alah... lama sekali kau?" aku dikejutkan oleh Haejang yang sudah berada diambang pintu kamarku sambil melipat tangannya di dada yang disusul Saera di belakangnya
"omo! isshhh bisakah kau ketuk pintu dulu? aku kan sedang ganti baju! kalau ada yang melihat bagaimana? untung saja aku sudah selesai ganti baju" gertakku kesal lalu kembali menghadap cermin
"kau lama sekali? apa saja yang kau lakukan?" tambah Saera
"kau tidak lihat? aku sedang berdandan! aku  masih bingung mau pakai baju yang ini atau yang ini" kataku sambil menunjuk dress berwarna ungu dan kemeja longgar berwarna hijau laut
"aigoo.... mana saja boleh! kau ini seperti tante girang! sudah pakai yang ini saja!" kata Haejang tak sabaran sambil menunjuk kemeja longgar warna hijau
"mm... kau yakin aku bagus pakai ini?" tanyaku meyakinkan
"ehh tapi aku lebih suka melihatmu memakai dress ungu itu. Lebih terlihat seperti wanita sesungguhnya" Saera menimpali sambil menggenggam dress berwarna ungu
"ishhh tapi Shanmeen itu banyak tingkah! lebih baik dia pakai kemeja ini dan celana panjang!" sela Haejang
"mm... benar juga. Orang yang banyak tingkah sepertiku dan Haejang memang sebaiknya memakai celana saja. Baiklah, kalau begitu aku pakai kemeja ini saja" aku pun langsung mengambil kemja hijauku. Ya, meskipun Haejang banyak tingkah dan lebih ke laki-lakian sifatnya, tapi aku suka konsultasi masalah fashion dengannya, hahaha.


Karena kami masih anak kuliahan yang belum bisa cari uang sendiri, jadi kami memutuskan untuk makan di cafe sebeah tempat bermain Everland sambil ber hot spot ria dengan laptop kami.


"Haejang-ya! katanya mau cari tugas lewat internet, lalu mana laptopmu?" tanyaku yang sudah siap dengan laptopku begitu juga Saera yang sudah siap dengan laptopnya
"aku malas membawanya. Berat" jawabnya santai sambil terus bermain dengan PSP nya
"isshhh lalu maksudmu? kau membiarkan kami berdua yang membuat tugas begitu? sedangkan kau hanya enak-enakan bermain dengan PSP mu?" tanyaku mulai geram
"isshhh kau ini berisik sekali! hei tante girang! ini jaman teknologi canggih! aku tak perlu membawa laptopku karena PSP ini sudah dilengkapi dengan fasilitas Wi-Fi nya. Arasseo?????" jawabnya dengan wajah nyolot (?)
"ahh... ne, ne" aku hanya meringis dan menggaruk kepalaku yang tak gatal. Tiba-tiba saja handphone-ku berdering. Private number? siapa ini? aku pun mengangkatnya
"yeoboseyo?
"yeoboseyo? Sang Shanmeen-ssi?" kata namja di sebrang sana. Aku mengernyitkan dahiku, sepertinya aku kenal suara ini, tapi suara siapa?
"ahh ne.. nuguseyo?" tanyaku se sopan mungkin
"eum...." tuut tuuttt tuuttt, tiba-tiba namja itu memutuskan sambungan telfonnya
"yeob... yeo..yeoboseyo? yeobseyo? isshhh aneh!" aku melihat layar handphone ku heran lalu memasukannya kembali kedalam tas
"nugu?" tanya Saera
"molla.. hanya orang iseng" jawabku sambil kembali menatap layar laptopku. Tapi aku yakin, aku pernah mendengar suara namja itu! tapi dimana? dan siapa dia?


Tak terasa sudah seharian aku pergi bersama Haejang dan Saera, aku pun bergegas pulang kerumah dan tak sengaja aku tertidur di sofa setelah mengajari adikku matematika sesampainya dirumah.


Sepasang tangan lembut menggenggam tanganku membuatku terbangun dari sofa. Namja ini? dia kan.... kenapa bisa dirumahku? namja ini menggenggam tanganku dan membawaku ke halaman belakang rumahku. Apa yang mau dia lakukan? astaga.... apa ini? kenapa tiba-tiba halaman rumahku menjadi kolam luas seperti ini? ketika kami sudah dekat di kolam dadakan ini, aku menghentikan langkahku
"chankanmanyo!" aku menarik tanganku dari genggaman namja itu, kulihat dia hanya menoleh ke arahku "sebenarnya kau siapa? kenapa kau bisa ada dirumahku? dan... kenapa halaman rumahku jadi kolam seperti ini?" tanyaku bertubi-tubi, seperti biasa namja itu selalu tersenyum ketika mendengar pertanyaanku. Aku bingung, sebenarnya apa yang lucu dari pertanyaanku? wajar kan kalau aku menanyai kondisiku yang tiba-tiba seperti ini?
"aku seseorang yang akan membahagiakanmu kelak" jawab namja itu
"ma..maksudmu? aku tak mengerti apa yang kau bicarakan! jelaskan semua ini padaku! kenapa aku selalu bertemu denganmu?" namja itu kembali tersenyum
"kau akan tau yang sebenarnya nanti!" tiba-tiba aku merasakan geli di telapak kakiku. Aku buru-buru membuka mataku, hahhh kucingku membangunkanku dari mimpi aneh itu! benar dugaanku! sekarang pukul 2 dini hari! sebenarnya pa yang terjadi pada diriku? kenapa aku selalu terbangun pukul 2 setelah aku mimpi aneh itu?


Pagi ini aku sedikit tidak enak badan, jadi aku tidak masuk kuliah hari ini. Aku yakin pasti kedua sahabatku itu akan menyerbuku dengan beribu-ribu pertanyaan, aahhh aku tak mempedulikan itu! kepalaku benar-benar pusing sekarang gara-gara mimpi itu.


Tok..tok..tok..
kudengar ada yang mengetuk pintu rumahku. Aku meneriaki pembantuku untuk membukakan pintu tapi kelihatannya pembantuku itu tak menddengar suara teriakanku karena dia sedang mencuci dibelakang akhirnya aku yang membukakan pintu untuk tamu itu dengan langkah gontai.


Ckrek (suara pintu dibuka -_-) ku lihat sesosok namja tinggi dan, yaaa bisa dibilang cukup tampan, berdiri didepanku
"maaf.. mau cari siapa?" tanyaku sopan
"aku mencari.. Sang Shanmeen" jawab namja itu sambil tersenyum dan memberikan sekuntum mawar putih untukku. Tunggu! namja ini, senyum ini, mawar ini... tidak mungkin! aku pasti sedang bermimpi! aku masih bengong menatapnya. Ku lihat dia melambai-lambaikan tangannya didepan wajahku. Aku mencoba mencubit tanganku sendiri, dan ternyata sakit. Berarti aku tidak sedang bermimpi. Seperti tau yang ada didalam pikiranku, namja itu berkata
"kau tidak bermimpi! jangan cubit tanganmu seperti itu"
omona... sebenarnya ada apa dengan diriku? kenapa dalam keadaan sadar pun aku juga bertemu dengan namja ini?
"pergi kau! kau itu tidak nyata! kau hanya mimpi aneh! sana pergi!!" teriakku sambil berusaha mendorong namja itu dan segera aku menutup pintu rumahku. Rasanya kepalaku tambah pusing. Apakah aku sudah gila? kenapa semua mimpiku menjadi nyata? Sang Shanmeen.. HWAITING!!!! kau harus semangat karena lusa kau akan mengikuti outing! Outing? ya.. itu adalah acara yang dibuat oleh fakultasku yang akan di lakukan di sebuah pulau terpencil yang masyarakatnya kurang pendidikan jadi kami akan mendidik masyarakat disana selama seminggu dan kami menginap dirumah penduduk disana. Sayang sekali disaat yang menyenangkan seperti ini Haejang malah tidak bisa ikut karena dia akan tanding basket tingkat nasional selama 3 hari dan dia akan mengikuti rapat organisasi dikampusnya karena dia akan mengadakan acara galang dana untuk anak kurang mampu, jadilah aku hanya berdua dengan Saera mengikuti acara ini.




***

"P3K sudah, alat makan sudah, alat mandi sudah, mmm.... apa lagi ya yang kurang? kurasa tidak ada. Baiklah.. eomma, aku berangkat ya" kataku sembari mencium eommaku
"ne... hati-hati ya disana! kau harus mendidik masyarakat disana dengan baik! jangan kau jerumuskan mereka ke yang buruk-buruk!" kata eommaku sambil membantuku membawa barang bawaanku kedalam mobil
"tentu saja tidak. Masa aku setega itu, eomma ini aneh-aneh saja!"
"baiklah, hati-hati ya. Jaga dirimu baik-baik!" setelah berpamitan aku pun melesat pergi menuju kampusku karena kami bersama-sama berngkat menggunakan bus dari kampus. Sesampainya di kampus, aku segera menelfon Saera
"Yeoboseyo? Saera-ya, eoddisseoyo?"
"ahh.... Shanmeen-ah? mianhae... tiba-tiba eommaku pingsan tadi pagi, aku harus segera membawanya ke rumah sakit. Aku tidak bisa menyerahkan eommaku pada siapa pun karena semua saudaraku sedang tidak ada di Korea. Dirumah hanya ada aku berdua dengan eommaku. Mianhae Shanmeen, aku tidak jadi ikut outing dan menemanimu" terdengar suara Saera yang terengah-engah
"ohh... ne...ne, gwaencanha.. eumm semoga eomma mu cepat sembuh ya"
"ne, gomawo Shanmeen-ah" setelah bertelfon dengan Saera, aku segera masuk kedalam bus. Yang mengikuti acara ini bisa di hitung dengan jari, kira-kira ada 5 namja, 4 yeoja, dan 3 pendamping yang tentunya adalah senior kami, 2 diantaranya yeoja. Seharusnya ada 5 yeoja, tapi karena Saera tidak ikut jadi 4 yeoja. Outing ini, kampus kami bekerja sama dengan kampus lain, jadi nanti disana aku akan bertemu dengan teman-teman baru dari kampus lain.

Setelah menempuh 5 jam waktu perjalanan, akhirnya kami sampai juga di sebuah pulau terpencil yang hanya dikelilingi oleh lautan. Untuk menuju ke pulau ini pun kami menggunakan perahu untuk menyebranginya. Benar-benar keadaan disini masih tradisional, mengingatkan Korea saat jaman perang dulu. Seharusnya aku satu rumah dengan Saera tapi karena dia tak ikut, aku jadi sendirian. Aku tidak mau satu rumah dengan salah satu dari 3 teman yeojaku yang lain, mereka itu sombong dan centil! aku jadi pusing sendiri membayangkan aku satu rumah dengan mereka karena pasti yang ada hanya keluh kesah karena rumahnya yang jelek dan tidak sebagus rumah-rumah di Seoul. Aku yakin mereka mengikuti kegiatan ini hanya untuk cari muka dengan seniorku yang ganteng itu, Park Jungsoo atau lebih akrab di sapa Leeteuk.


(ini dia gantengnya Eeteuk Sunbae)





"Baiklah teman-teman... acara kita hari ini perkenalan dengan teman-teman dari kampus Hongik University" kata Leeteuk sunbae sambil bersalaman dengan senior dari Hongik University itu. Ku lirik 3 yeoja disebelahku yang cengar cengir melihat Leeteuk sunbae didepan, isshhh menjijikkan! Aku berkenalan dengan Kim Dasom, menurutku dia cukup asik diajak mengobrol.

"Eumm... Dasom-ssi, aku mau pergi membeli makan dulu ya" kataku berpamitan sambil mengenakan sepatuku
"ne.. hati-hati"

Ketika aku sampai disebuah pasar, aku langsung melihat penjual ikan. Aku pun menghampirinya untuk membeli beberapa ikan.

"Aku beli ikan ini 1 kilo" kata namja disebelahku, dan ketika aku menengok betapa kagetnya aku. Dia namja yang kemarin. Namja yang berada didalam mimpiku
"omo" pekikku kaget. Dia terlihat senang melihatku terkejut
"hai.. senang bertemu lagi denganmu" ujar namja itu
"kau.... mau apa kau kemari?" tanyaku dengan takut-takut
"tentu saja seperti dirimu. Aku juga mengikuti outing disini"
mwo? outing? berarti namja ini kuliah di Hongik University?
"kebetulan sekali ya bertemu denganmu disini" ujar namja itu lagi. Aku masih memandangnya takut
"apa maumu?" tanyaku sambil berusaha menjauh darinya
"mauku? aku hanya mau membeli ikan ini. Ahh kamsahamndia ahjumma. Aku duluan ya" namja itu tersenyum padaku setelah menerima -tepatnya membeli- 1 kg ikan dari ahjumma penjual ikan ini. Rasanya aku ingin pingsan. Aku yakin sekali, namja ini adalah namja yang berada didalam mimpiku.

Aku buru-buru pulang dengan membawa barang belanjaanku sambil sedikit berlari.

"Ya! Shanmeen-ssi.. gwaencanha? kau kenapa?" tanya Dasom yang sedang membaca buku karena melihatku terengah-engah
"eumm... gwaencanha, hanya saja tadi aku dikejar anjing hutan" dustaku
"ha? hahaha, anjing hutan? bagaimana bisa?"
"ya, tadi aku membawa ikan-ikan ini dan mungkin saja anjing hutan itu mencium bau ikan dari arahku lalu mereka mengejarku" jawabku sambil tersenyum kaku.

Ingin rasanya aku menceritakan tentang namja itu pada Saera dan Haejang, tapi entah kenapa sepertinya untuk masalah yang satu ini aku tak sanggup menceritakan pada mereka. Atmosfernya ketika bertemu namja itu benar-benar tidak biasa. Aku merasa ada energi aneh pada namja itu sehingga membuatku tak sanggup menceritakan ini semua pada siapapun termasuk orang tuaku sendiri.

Malam ini aku begitu lelah tapi mataku tak kunjung menutup untuk beristirahat. Akhirnya aku meminum beberapa botol susu supaya aku bisa tertidur.

Aku berjalan menyusuri pasir pantai ini. Udaranya begitu sejuk. Kulihat namja itu lagi, sedang menulis diatas pasir dengan sebatang ranting kayu yang cukup panjang. Aku memperhatikan namja itu, dia menulis SARANG dan menggambar hati disebelah tulisan itu. Aku tak mengerti dengan namja ini, kenapa aku selalu bertemu dengannya. Sebenarnya siapa dia?

Aku membuka mataku, hahhh lagi-lagi mimpi itu dan lagi-lagi aku terbangun pukul 2 dini hari. Sampai kapan aku akan terus bermimpi seperti ini?

Pagi ini kami semua berniat mengadakan sekolah dadakan disebuah tempat yang terbuat dari daun-daun pisang kering dan tumpukkan jerami, tempat ini tidak terlalu luas hanya bisa dimuati kira-kira 15 orang saja. Kami mengajak anak-anak pulau ini untuk belajar. Ketika aku sedang mengajarkan baca tulis pada anak-anak, tiba-tiba saja namja kemarin menghampiriku. Aku sedikit terkejut, dia mengambil alihku untuk mengajar anak-anak ini. Ku perhatikan dirinya ketika mengajar, tampan...


"Waahhh ternyata kalian pintar ya.. baiklah, kalau begitu seonsaengnim akan mengetes kalian. Coba kalian baca ini" namja itu pun segera menulis di pasir dengan ranting kayu, dia menulis SARANG. Sama persis seperti di mimpiku. Aku hanya tercengang tak percaya melihat pemandangan didepanku sekarang
"ini apa bacanya?"
"SARANG.." jawab anak-anak itu serempak
"wahhh pintar! benar! sarang... kalian mencintai orang tua kalian kan?"
"ne...".


Sekolah dadakan pun berakhir. Aku dan namja ini sama-sama membereskan alat-alat mengajar kami


"Ya! sebenarnya siapa dirimu?" tanyaku sambil meliriknya
"oh iya... dari kemarin aku lupa mengenalkan diri. Zhoumi imnida" namja bernama Zhoumi itu membungkukkan tubuhnya hingga 90 derajat
"Zhoumi? kedengarannya bukan seperti nama Korea?" gumamku tapi kelihatannya masih terdengar olehnya karena dia langsung menjawab pertanyaanku
"sepertinya kau benar-benar tidak ingat. Aku ini orang China, hanya saja aku tinggal di Korea" jawabnya lalu pergi meninggalkanku. 'Sepertinya kau benar-benar tidak ingat'? apa itu? kenapa dia bicara seperti itu? bertemu dengannya saja aku belum pernah, aku hanya bertemu dengannya dalam mimpi, kenapa bisa dia berkata seperti itu? rasanya kepalaku ingin pecah memikirkan ini semua.


Sore ini, Leeteuk sunbae dan kedua temannya itu mengadakan makan malam bersama para mahasiswa Hongik, katanya dinner malam ini bukan cuma sekedar dinner tapi juga untuk malam keakraban antara universitasku dan universitas namja aneh yang selalu datang dalam mimpiku itu bahkan di kehidupan nyata.


Ku lihat namja aneh itu melambaikan tangannya padaku ketika aku dan Dasom sedang menyiapkan meja untuk makan malam nanti.


"Kau mengenal Zhoumi?" tanya Dasom padaku karena melihat namja itu melambaikan tangannya padaku. Aku menatap Dasom bingung
"itu, namja itu! dia Zhoumi. Kau tidak mengenalnya?" tanya Dasom lagi
"aa...ani" jawabku sambil menggelengkan kepala
"mm... dia kenapa ya? kenapa tiba-tiba melambaikan tangan padamu? padahal kan kau tidak mengenalnya" gumam Dasom sambil terus merapikan meja makan.


Ketika aku selesai membeli kebutuhan untuk makan malam nanti, seorang namja bertubuh besar mengambil barang belanjaanku dan lari begitu saja.


"WOOOOYYYY!!! MALING!!!!!" teriakku sambil berusaha mengejar maling itu (kalo di kehidupan asli, si Shanmeen ini lebih ugal-ugalan. Kadang malah sampe ditimpuk pake sendal sama dia -_-).
Tiba-tiba saja ketika aku sedang berusaha mengejarnya, dari arah kanan sebuah gang namja bernama Zhoumi yang selalu hadir di mimpiku itu datang dan menghajar maling itu. Selagi mereka berkelahi, aku memukuli maling itu dengan tasku
"UHH!!! MATI KAMU!! MATI KAMU!!!" jeritku sambil terus memukulinya. Hahhh padahal tenaganya sudah dua untuk menghajar namja itu, tapi tetap saja maling itu bisa menghajar Zhoumi dan mendorongku ke tanah dan dia berhasil kabur dengan membawa belanjaanku.


'Shanmeen POV end'


'Author POV'


"Aisshhh eottohke??.." wajah Shanmeen terlihat sangat lesu dan khawatir. Bagaimana jika Leeteuk sunbae marah? Leeteuk sunbae memberikan uang untuk belanja pada Shanmeen cukup banyak dan kini Shanmeen tak punya uang sebanyak itu untuk membeli kebutuhan untuk malam keakraban nanti. Zhoumi melihat Shanmeen yang sudah lemas ditanah
"bangunlah.." ajak Zhoumi sambil membantu Shanmeen berdiri
"mianhae.. aku tidak sanggup melawan namja itu. Aku tidak bisa menolongmu" kata Zhoumi sambil memegang pundak Shanmeen. Shanmeen yang melihat Zhoumi seperti itu jadi merasa sedikit kasihan. Ternyata namja ini cukup baik.
"Gwaencanha... ini bukan salahmu. Ini kan bukan kewajibanmu, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri" kini Shanmeen berani menggenggam tangan namja yang telah membuatnya merasa takut dan gelisah selama ini
"tentu ini kewajibanku sebagai seorang namja untuk menyalamatkan yeoja sepertimu"
"yeoja sepertiku?"
Zhoumi terkekeh kecil, lalu menarik tangan Shanmeen
"sudahlah... ayo kita belanja lagi. Tadi itu barang belanjaan untuk kebutuhan malam keakraban nanti kan?"
Shanmeen mengangguk kecil
"kalau begitu ayo cepat kita belanja! nanti bisa-bisa Leeteuk sunbae memarahimu. Kaja"
"emm tapi aku tidak punya uang sebanyak itu untuk mengganti barang belanjaan yang tadi"
"aku yang akan membayarnya" sahut Zhoumi cepat
"geu...geundae... aku tidak mau merepotkanmu"
"gwaencanha.. hitung-hitung untuk membayar kelalaianku karena tak sanggup menghajar namja itu tadi." Zhoumi tersenyum manis pada Shanmeen lalu menarik tangan Shanmeen untuk mengikutinya.


"Terimakasih ya.. kau telah banyak membantuku" ujar Shanmeen sambil berjalan santai bersama Zhoumi setelah selesai belanja
"ne.. cheonmanaeyo, aku senang bisa membantumu" jawab Zhoumi sambil tersenyum yang belakangan ini menjadi senyum favorit Shanmeen
"eumm... Zhoumi-ssi, aku ingin bertanya padamu"
"mwoya?"
"sebenarnya.. kau siapa? kenapa waktu itu kau mengunjungi rumahku dan memberiku mawar putih?"
Zhoumi terdiam sejenak dan akhirnya mulai berbicara lagi
"memang sudah saatnya kau mengetahuinya"
Shanmeen mengernyitkan dahinya, berusaha mencerna perkataan Zhoumi
"kau pasti lupa. Dulu kita ini bersahabat. Aku melihat ada gadis kecil berusia 5 tahun yang sedang menangis di pinggir jalan yang masih mengenakan sepatu rodanya. Lututnya berdarah, akhirnya ku tolong gadis itu dan mengantarnya pulang ke rumah. Aku sering mengajaknya bermain dan kelihatannya dia juga senang bermain denganku. Sebetulnya ayahku sudah memperingatkanku untuk tidak bermain dengannya, tapi aku tetap melanggarnya sampai akhirnya ayah dan ibuku melihatku bermian dengan gadis itu. Karena ketakutan, aku pun lari sambil membawa gadis kecil itu. Usiaku yang dulu masih10 tahun tak mengerti apapun, akhirnya ibuku lah yang menjadi korbannya. Ibuku tertabrak mobil karena mengejarku. Dan dari situ, ayahku membenci gadis kecil itu dan melarangku untuk menemuinya lagi. Agar aku tak melanggarnya, akhirnya ayahku membawaku kembali ke tempat asalku, China." jelas Zhoumi sambil menarik nafasnya
"Tapi sebelum aku pergi ke China aku memberikan gadis itu sebuah kalung berbentuk bunga mawar. Sudah ku katakan pada gadis itu untuk jangan pernah melepaskan kalung itu agar dia selalu ingat denganku. Tapi sepertinya gadis itu lupa denganku, tapi aku senang karena sampai sekarang pun gadis itu masih memakai kalungnya"
Shanmeen terlihat bingung dengan cerita Zhoumi yang panjang itu. Dia langsung teringat bahwa dia memakai kalung yang berbentuk mawar, persis seperti yang dikatakan Zhoumi. Tapi Shanmeen tak pernah merasa menjadi seperti gadis yang diceritakan Zhoumi barusan
"ma...maksudmu, akulah gadis itu?" tanya Shanmeen gugup. Lagi-lagi Zhoumi tersenyum simpul lalu sedetik kemudian Zhoumi mengahadapkan wajahnya dengan Shanmeen. Zhoumi memeluk gadis itu erat lalu melepasnya lagi
"sekarang kau sudah ingat semuanya?" tatapan mata Zhoumi benar-benar lembut tapi mampu menusuk mata Shanmeen yang terlihat tak percaya dengan keadaan yang dialaminya sekarang
"aku...aku... aku tak mengerti. Apa itu sebabnya kau selalu hadir di mimpiku?"
"mungkin"
"tapi seingatku, kalung ini adalah pemberian ibuku ketika aku masih kecil maka dari itu aku tak pernah melepas kalung ini"
"yang memberikan kalung ini memang ibumu, tapi itu titipan dariku untukmu" kini kedua tangan Zhoumi merangkup kedua sisi wajah Shanmeen
"ayo kita kembali. Pasti semuanya sudah menunggu kita"
"chankanman!" cegah Shanmeen cepat
"aku...aku ingat semuanya"
mata Zhoumi terlihat membulat
"jinjja? kau sudah ingat sepenuhnya?"
"mm.. tidak sepenuhnya tapi sedikit-sedikit aku ingat. Zhoumi-ah..." mata Shanmeen terlihat berkaca-kaca dan dia langsung memeluk Zhoumi erat
"kenapa kau meninggalkanku?" tangis Shanmeen pun pecah
"maafkan aku. Ini semua karena ayahku"
"berjanjilah jangan pernah kau tinggalkan aku lagi"
"ne... yaksokhae".


'Author POV end'


'Shanmeen POV'


Semenjak kejadian itu, hubunganku dan Zhoumi kini bertambah baik, dan... sepertinya, aku mulai menyukainya.


"Annyeong Zhoumi..." sapaku ketika sampai di sebuah cafe yang kini menjadi langgananku dan Zhoumi
"ahhh Shanmeen-ah... akhirnya kau datang juga" seru Zhoumi yang menyambutku dengan wajah berseri-seri
"ne... tentu saja" aku langsung duduk di depannya
"ya! apa itu?" wajah Zhoumi terlihat kaget menunjuk ke belakangku, otomatis aku juga menoleh ke belakang, melihat ada apa disana tapi tiba-tiba....
CHU~
Zhoumi mencium pipiku
"YA!!! APA YANG KAU LAKUKAN?" bentakku sambil memegang pipiku yang diciumnya tadi
"wae? kau tidak suka?" tanya Zhoumi dengan puppy eyes nya
"jangan kau lakukan itu didepan umum!"
"haha... ne, mianhae"
tiba-tiba telfon Zhoumi berdering dan dia langsung mengangkatnya
"yeoboseyo?? ahh.. ba (bahasa mandarin kalo manggil ayah). eumm... shi, shenme? xianzai? eum... Hao ba" Zhoumi langsung menutp telfonnya. Terlihat raut wajahnya yang sedikit gelisah
"nuguya? wae?" tanyaku
"em.... Hari ini ayahku datang ke Seoul. Dia minta aku untuk menjemputnya di airport nanti"
"yasudah... lalu kenapa wajahmu panik seperti itu?"
"aku... aku takut jika dia tau aku dan dirimu bertemu lagi dia pasti akan sangat marah dan melarangku lagi untuk bertemu denganmu"
aku tersenyum dan menggenggam tangannya, berusaha menenangkannya meskipun sebetulnya hatiku terasa sakit. Kenapa ayahnya melarang Zhoumi untuk menemuiku?
"jangan khawatir! kita bisa berlaga tidak saling kenal ketika ada ayahmu"
"geundae...."
"sudahlah.. lebih baik sekarang kau pulang dan menjemput ayahmu supaya ayahmu tidak curiga padamu"
ku lihat Zhoumi menghembuskan nafas berat. Tangannya mulai memgang pipi kananku dan perlahan dia menyentuh keningku dengan bibirnya. Aku terkejut dengan perlakuannya, tapi anehnya aku tidak menolak perlakuannya padaku
"aku janji, aku pasti akan kembali menemuimu" Zhoumi tersenyum setelah mencium keningku lalu pergi meninggalkanku.


Sudah sebulan aku tak bertemu dengan Zhoumi. Apa dia melanggar janjinya? pernah dua kali aku bertemu dengan Zhoumi sejak ayahnya pulang tapi dia hanya memberiku rangkaian bunga yang indah dan yang kedua dia memberiku coklat yang banyak berbentuk hati. Hahhh sebetulnya perlakuannya padaku tidak seperti seorang sahabat tapi seperti kekasih.


Na yi ding shi ta shuo de huang hua
Na yi ding bu shi zhen xin de hua
Oh~ bie xiang xin ba
Li kai ba
Oh~ kuai dao wo de shen bian lai



Telfonku berdering, kulihat caller ID di layar handphone ku, Zhoumi. Aku segera mengangkatnya


"Yoboseyo?"
"Shanmeen-ah... cepat kau datang ke taman dekat cafe" kata Zhoumi terengah-engah
"wae?"
"sudah cepat. Nanti ku jelaskan!" dengan cepat Zhoumi menutup telfonnya. Aku pun langsung menurutinya dan dengan tergesa-gesa aku mengemudikan motorku menuju taman. Sesampainya di taman, aku tak melihat siapapun. Keadaannya begitu gelap, tentu saja karena hari sudah malam dan menunjukkan pukul 8


"Zhoumi-ah... eodisseoyo??" teriakku sambil menyusuri taman kecil itu. Tiba-tiba kulihat didepanku ada satu lampu yang menyala lalu lampu-lampu disebelahnya juga ikutan menyala dan setelah semunya menyala bisa kulihat mereka semua berbentuk mawar
"Sang Shanmeen.." panggil seorang namja yang suaranya sudah tak asing lagi bagiku
"Zhoumi?" aku langsung menengok kebelakang. Ku lihat Zhoumi perlahan mendekatiku
"Shanmeen-ah..." Zhoumi mulai menggenggam kedua tanganku lalu meletakkan tanganku didadanya
"bisakah kau merasakannya?"
"me..merasakan apa?" tanyaku gugup dan bingung karena aku memang benar-benar tak mengerti dengannya
"kau tidak merasakan detak jantungku yang berdetak lebih cepat dari biasanya?"
aku terdiam menatapnya
"Shanmeen-ah... sadarkah kau? selama ini aku menyukaimu, ahhh ani, aku mencintaimu."
"Zhoumi-ah..."
"aku tau. Ayah ku sangat tidak menyukaimu, tapi aku menyukaimu. Aku tak peduli ayahku mau bicara apa, sekalipun ayahku mengusirku dan tidak menganggapnya anak lagi. Yang terpenting adalah, aku bisa hidup denganmu selamanya. Bahagia bersama anak-anak kita, bersama keluarga kecil yang kita buat nantinya"
lidahku terasa kelu. Aku tak sanggup berbicara mendengar ucapannya. Benarkah namja ini mencintaiku?
"Zhoumi... kau.."
"maukah kau... menikah denganku? hidup bersamaku selamanya?" Zhoumi mengeluarkan kotak cincin berwarna silver
"aku.... tentu saja aku mau" aku menangis dipelukannya. Aku benar-benar tak menyangka Zhoumi akan melakukan ini semua padaku
"Shanmeen-ah... tatap mataku" kini Zhoumi merangkup wajahku dengan tangannya
"mungkin ini akan sulit. Ku mohon, sesulit apapun itu kau tidak akan meninggalkanku. Berjanjilah.."
aku menatapnya penuh keheranan
"kau tau kan? ayahku tidak menyetujui hubungan kita? aku takut jika dia selalu berusaha mencelakai hubungan kita tapi kumohon kau harus berjanji padaku untuk bisa bertahan dan tidak akan pernah meninggalkanku" tangannya menggenggam erat tanganku
"chankanman. Jangan bilang jika kau melakukan ini semua tanpa restu ayahmu"
kulihat Zhoumi hanya menundukkan wajahnya
"Zhoumi-ah.... kau tidak takut jika ayahmu mencarimu?"
"Shanmeen-ah... rasa cintaku padamu lebih besar dari rasa takutku (cieileehhh ㄱ_ㄱ), percayalah padaku! aku akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu." Zhoumi langsung memelukku, tapi tiba-tiba sekumpulan namja berbadan besar dan memakai jas hitam datang mengepung kami
"apa-apaan ini? lepaskan aku!" Zhoumi berusaha melepaskan jeratan di tangannya dari namja-namja itu
"tuan besar menugaskan kami untuk membawa tuan muda pulang" kata namja yang memakai dasi kotak-kotak
"aku tidak mau! aku tidak mau pulang dan menemuinya."
"maaf tuan muda, tapi ini perintah"
"AARRGGGHHH LEPASKAN AKU!!!"
aku hanya bisa menangis melihat pemandangan didepanku. Tiba-tiba Zhoumi menghajar para algojo (?) itu dan aku tak menyangka bahwa Zhoumi bisa mengalahkan orang-orang itu sendirian, padahal ketika dia menghajar maling saat outing waktu itu dia tidak sanggup padahal waktu itu maling itu sendirian.
"Shanmeen-ah... ayo kita pergi dari sini" kata Zhoumi sambil menggeretku, tapi ketika kami akan keluar dari taman, muncullah seorang namja paruh baya memakai kemeja biru tua
"Zhoumi!! kau melanggar perintahku??" kata namja berambut hampir putih itu yang ternyata adalah ayah Zhoumi
"ba! aku bukan anak kecil lagi! aku bisa memilih jalan hidupku sendiri!" jawab Zhoumi lantang sambil mendekapku didadanya. Yaa mungkin aku merasa takut dengan situasi ini namun di sisi lain aku merasa nyaman karena dekapan Zhoumi
"aku tau! kau memang bukan anak kecil lagi! tapi bisakah kau mencari pendamping hidup yang lain  selain yeoja ini? aku bahkan tidak pernah memaksamu menikah dengan yeoja pilihan ku"
"ayah memang tidak pernah memaksaku untuk menikah dengan yeoja pilihan ayah, tapi ayah selalu memaksaku untuk tidak bertemu dengan Shanmeen. Itu sama saja! Itu membuatku gila, ba!"
"DIAM!!!" bentak appa Zhoumi yang membuatku takut setengah mati dan mengeratkan pelukanku pada Zhoumi
"kau bahkan tidak tau alsan ku melarangmu dekat dengannya apalagi menikah!"
"bagaimana aku bisa tau kalau ayah tidak pernah menceritakannya padaku?!"
appa Zhoumi menghembuskan nafas berat, dan mulai bercerita
"aku akan malu jika menikahkanmu dengannya"
"weisheme?"
"karena... karena dulu ketika kami masih SMA, aku hampir melakukan hal jahat padanya. Dan tidak mungkin aku berbesan dengan orang yang hampir ku lukai"
suara appa Zhoumi terdengar bergetar. Aku dan Zhoumi saling menatap bingung
"dulu, aku menyukai eomma nya Shanmeen. Tapi ternyata dia menyukai namja lain. Hal sepele, tapi mampu membuat otakku menjadi rusak dan tidak terkendali. Malam valentine saat itu menjadi malam yang suram baginya karena aku hampir merebut kesuciannya. Aku tak pernah bermaksud seperti itu, tapi karena pengaruh soju yang ku minum serta segelas martini, aku melakukannya"
aku tercengang mendengar cerita appa Zhoumi. Jadi itu sebabnya dia tidak pernah menyetujuiku dengan Zhoumi? bukan karena dia membenciku tapi karena dia malu padaku dan eommaku?
"mwoya?"
"mianhae Shanmeen-ah. Karena itu aku tak pernah membolehkan Zhoumi dekat denganmu karena aku malu! aku sangat malu bertemu dengan eomma dan appa mu! semenjak kejadian itu eomma mu sangat membenciku. Aku tak mau jika kau bersama Zhoumi, eomma mu akan marah dan memaki-maki anakku. Aku tak mau itu terjadi! lebih baik eomma mu itu memaki ku dari pada memaki anakku karena memang akulah yang bersalah. Mianhae.."  ku lihat appa Zhoumi tertunduk dan sepertinya menahan tangis nya
"ahjussi... aku yakin pasti eomma sudah memaafkan ahjussi. Jangan dipikirkan dan jangan malu. Kita selesaikan masalah ini bersama-sama" kataku sambil menepuk pundak appa Zhoumi
"shi, ba! benar yang dikatakan Shanmeen. Kita selesaikan masalah ini dengan kepala dingin" akhirnya dengan rayuanku dan Zhoumi, appa nya mau ikut kerumahku untuk meminta maaf dengan eomma dan appa ku.


(maaf-maafannya skip aja :D ntar malah jadi lebaran. LOL)


"Hahh... akhirnya sekarang kita tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi" kataku lega sambil membawa bunga pemberian Zhoumi. Orang tua kami sedang mengobrol asik didalam. Adikku? hahh dasar dia memang princess snow white! tidurnya cepat sekali!
"ne... dan... aku angat bahagia karena sebentar lagi kita akan melepas masa lajang kita" sahut Zhoumi sambil mem back hug ku
"ne.. Zhoumi-ah... aku juga sangat bahagia"
"hei! mulai sekarang kau harus memanggilku oppa! aku ini calon suamimu! arra?" protes Zhoumi yang terlihat seperti anak kecil dan itu membuatku gemas padanya
"ishh ne oppa!" jawabku sambil mencubit pipinya
"Shanmeen-ah... "
"ne?"
"Wo ai ni"
"nado oppa. Bagiku, oppa adalah mimpi terindahku yang selalu hadir di setiap tidurku. Saranghae oppa" malam itu pun menjadi malam terindah dalam hidupku karena kami baru saja melaksanakan pertunangan dadakan.


-THE END-
_________________________________________________________________________


aigoo finally selesai juga. Maaf ya kalo gaje -_-v dan maaf kepada para pemain yang sudah saya buat jadi makhluk yang rada aneh :D maaf kalo ada typo, maaf kalo kurang panjang, maaf kalo jelek, pokoknya maaf untuk semuanya (haha apadeh, author sarap -_-V).

Thursday 8 December 2011

Mianhae and Saranghae

story.. cekidot :D


________________________________________________________________________


Author : Pepita Karina
Title : Mianhae and Saranghae
Cast : - Kim Yeongwoon/Kangin (Super Junior)
          - Lee Jangseok (author's friend)
          - Dae Jungshin
          - Song Qian/Victoria f(x)
          - Shindong Hee (Super Junior)
Rating : G
Genre : Romance
Category : Oneshoot
__________________________________________________



'Author POV'


"ne appa... secepatnya aku akan kesana" Jangseok segera menutup telfonnya dengan appanya. Dia harus menyusul appanya sekarang ke kantornya karena appanya menyuruh Jangseok untuk mengambil barang titipan bibinya. Besok bibinya akan datang ke Korea dari Ukraina.


'Author POV end'


'Jangseok POV'


"Ya! Jungshin-ah!" panggilku pada sesosok namja yang tidak lain dan tidak bukan adalah namja chinguku
"ahh jagiya..." aku pun langsung menghampirinya
"waahhh kau makin cantik saja hari ini"
"ahh oppa! tidak usah merayuku!" aku tersipu mendengar ucapannya
"aku tidak berbohong.. aku bersungguh-sungguh" kami berdua pun tertawa-tawa sampai akhirnya ku lihat dosenku akan masuk ke kelasku. Aku melambaikan tangan pada Jungshin lalu segera masuk ke kelas mendahului dosenku yang sudah dekat dengan kelasku.


Setelah usai kuliah, aku akan menghampiri Jungshin ke kelasnya tapi tiba-tiba Kangin menabrakku sampai kami berdua terjatuh ke lantai. Posisi Kangin kini berada diatas tubuhku. Semua orang memperhatikan kami. Ada yang geleng-geleng kepala, tertawa cekikian, dan lain-lain. Ku lihat Jungshin sedang memperhatikan kami dengan tatapan tak percaya. Aku langsung bangun dan membenahkan diriku
"o..oppa..." aku mendekatinya, berusaha mencegahnya agar tidak salah paham lagi denganku
"mwo? alasan apa lagi? ternyata benar? maumu apa Jangseok-ah?" wajahnya terlihat sangat geram padaku dan Kangin
"oppa... ku mohon dengarkan aku. Aku dan Kangin terjatuh dan..."
"ashhh sudahlah! aku sudah tidak percaya lagi denganmu! mulai sekarang jangan pernah panggil aku oppa lagi! kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi sekarang! kau lanjutkan saja hubunganmu dengan nya!" Jungshin menepis tanganku lalu pergi meninggalkanku
"oppa!!! oppa!!!!"


'Jangseok POV end'


'Author POV'


Orang tua Jangseok dan Kangin adalah seorang pengusaha dan mereka bekerja sama dalam usaha peternakan. Ada yang bilang kalau mereka berdua akan di jodohkan padahal itu semua cuma gosip. Jungshin yang waktu itu masih menjadi kekasih Jangseok masih bersabar dan menganggap semua itu hanya kabar burung. Selama 3 bulan Jungshin menahan emosinya, berusaha untuk tidak cemburu, tapi teman-teman di kampusnya selalu menggosipkan Jangseok dan Kangin yang akan di jodohkan hingga akhirnya pemandangan mengecewakan ada di depannya. Jungshin sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.


'Author POV end'


'Jangseok POV'


"oppa!!! oppa!!!" panggilku berusaha mengejar Jungshin, tapi kakiku terkilir akibat jatuh tadi
"Ya! Kangin-ah! cepat kau jelaskan padanya! aku tidak ingin dia jadi salah paham seperti ini!" aku mengguncang tubuh Kangin
"tidak akan bisa! dia sudah terlanjur marah! aku yakin dia tidak akan memaafkan kita" jawab Kangin santai, membuatku geram
"isshhh kenapa kau bicara seperti itu? belum dicoba jangan pesimis dulu!!"
"sudahlah... tidak akan bisa!!" bukannya menolongku Kangin malah meninggalkanku. Ishhhh aku benci sekali namja ini. Sebenarnya apa yang ada di pikirannya?


Pagi ini aku kembali kuliah seperti biasa, tapi dengan perasaan kacau, sedih, gundah gulana (?).


"Jangseok-ah.." panggil seorang namja. Aku tak menghiraukannya karena pikiranku kini sedang sangat kacau "ya! Jangseok-ah!" panggilnya lagi. Untuk kali ini aku menoleh dan... ternyata Kangin. Hahhh aku malas sekali melihat wajahnya hari ini
"isshhh kau lagi" aku kembali memalingkan wajahku "untuk apa kau kemari?"
"jangan marah!"
"mwo? jangan marah? kau pikir aku senang putus dengan Jungshin gara-gara kau?" aku mulai panas
"tunggu dulu! kau jangan marah dulu! ini bukan sepenuhnya salahku! kau tau? Jungshin memanfaatkan keadaan. Sebetulnya dia ingin pacaran dengan Victoria sejak lama. Tapi dia menunggu saat yang pas untuk bisa putus denganmu dan dia memanfaatkan keadaan kemarin!"
PLAKK!!! satu tamparan panas mendarat di pipi kanan Kangin. Sembarangan saja dia bicara!
"kau pikir aku akan begitu saja percaya dengan ucapanmu? tidak akan! aku tau Jungshin bukan orang seperti itu!" aku membentaknya dan tak terasa air mataku mengalir. Aku berlari meninggalkannya, dia masih berusaha mengejarku sampai akhirnya aku melihat Jungshin yang dengan wajah bahagianya merangkul Victoria. Air mataku bertambah deras melihat pemandangan ini. Benarkah yang ku lihat ini? aku tak percaya Jungshin setega itu padaku
"Ya!! Jungshin-ah!!!" aku menghampirinya dan karena emosiku yang meluap-luap aku langsung menamparnya
"Ya!!! apa yang kau lakukan?" bentak Victoria sambil memegang wajah sesorang yang kini telah menjadi kekasihnya
"ohh jadi kau memang memanfaatkan keadaan kemarin agar kau bisa putus denganku? agar kau bisa pacaran dengannya? iya?" aku membentak Jungshin yang masih memegangi pipinya yang kesakitan
"memang kenapa? aku memang sudah bosan denganmu karena kau selalu bersama Kangin. Kau pikir aku bisa melihat kekasihku bersama namja lain? untuk apa aku bersama yeoja yang sukanya hanya bermain-main dengan suatu hubungan kalau aku punya yeoja yang lebih baik dan lebih pengertian darimu?"
aku tercengang mendengar ucapannya. Benarkah dia cemburu? atau itu hanya akal-akalannya saja supaya aku mempercayainya.
"Ya!!! jangan bohong Dae Jungshin! aku tau kau sudah lama menyukai Victoria jauh sebelum gosip aku dan Jangseok di jodohkan beredar." sahut Kangin tiba-tiba
"kau tidak usah ikut-ikutan! ini masalahku dengan Jangseok!"
"tentu ini maslahku juga karena menyangkut diriku!" keadaan seketika hening. Air mataku masih mengalir.
"Baiklah... aku mengerti! kau sebetulnya memang menyukai Victoria. Bukan karena kau cemburu padaku! kalau kau memang mencintaiku, seharusnya kau berusaha untuk tidak melepaskanku. Tapi kenyataannya, kau malah memutuskanku dan dalam waktu sehari kau sudah dapat pengganti. Baiklah... aku tidak akan pernah mengganggu mu lagi. Selamat tinggal!" aku pun pergi meninggalkannya sambil terisak.


'Jangseok POV end'


'Kangin POV'


"Isshhh dasar kau! nappeun namja!!" kataku pada Jungshin dengan wajah tengilnya itu. Aku mengejar Jangseok yang terisak.
"Jangseok-ah..." panggilku. Ku lihat dia duduk dibawah pohon beringin dekat kampus. Dia menelungkupkan wajahnya pada kakinya
"Lee Jangseok.." perlahan aku mendekatinya dan duduk disebelahnya. Tak sadar aku mengusap rambutnya dan memeluknya erat seakan tidak ingin melihat yeoja ini menangis
"uljima.." ucapku dengan suara beratku. Seketika Jangseok mendongakkan wajahnya dan mendorong tubuhku jauh-jauh
"apa lagi? kau senang melihatku dan Jungshin putus?" bentaknya dengan wajah yang merah akibat menangis dan marah
"Jangseok-ah... kenapa kau menyalahkanku?"
"tentu ini salahmu! coba saja kalau kau tidak menabrakku waktu itu! pasti kejadiannya tidak akan seperti ini!"
"namanya juga musibah! lagi pula kalau pun aku tidak menabrakmu waktu itu, Jungshin tetap saja bisa mencari alasan untuk putus denganmu kan? dia itu kan playboy!"
ku lihat wajahnya kembali memerah, tanda bahwa dia akan menangis lagi
"uljima...." Jangseok menepis tanganku dan berlari mencari taxi.


'Kangin POV end'


'Jangseok POV'


Kenapa harus seperti ini? padahal dulu hubunganku dan Kangin baik-baik saja, tapi karena kejadian ini aku jadi membencinya. Sangat sangat sangat membencinya!!


"Aku pulang" suaraku terdengar lirih, lalu aku meletakkan sepatuku di rak. Ku lihat ibu ku yang sedang menonton TV. Tumben sekali eomma dirumah? biasanya kan dia selalu sibuk dengan kerjaannya, apa mungkin sedang libur?
"Jangseok.. kau kenapa? kenapa matamu sembab? kau habis menangis?" tanya eommaku lembut. Tapi aku tetap berjalan menuju kamarku
"gwaencanha eomma.. aku hanya sedikit tidak enak badan" dustaku dan segera masuk ke kamarku dilantai atas.


'Jangseok POV end'


***

'Author POV'

Sudah sebulan sejak kejadian itu, Jangseok tak pernah lagi bersenda gurau dengan Kangin. Dia sangat marah dan membencinya. Jangseok kini tengah mempersiapkan segala sesuatu untuk kelulusannya. Ia ingin segera lulus sarjana lalu mencari pekerjaan yang jauh dari Kangin, itulah rencana Jangseok.

'Author POV end'

'Jangseok POV'

"Yeoboseyo? Jangseok-ah?" terdengar suara eommaku di sebrang sana
"ahh ne eomma? waeyo?" tanyaku sambil mencatat catatan temanku yang ku pinjam
"kau pulang kuliah jam berapa?"
"ini aku sudah pulang eomma"
"ohh kebetulan, kau bisa tidak setelah ini pergi ke Hongdae restaurant? tapi sebelumnya kau pulang dulu untuk berganti baju dan berdandan"
"tumben sekali? memang ada acara apa eomma?"
"yahhh pokoknya sekarang juga kamu pulang dan kenakan dress yang eomma belikan minggu lalu, dandan yang cantik ya. Annyeong.."
"eomma..." belum sempat aku bertanya eomma sudah menutup telfonnya. Aku pun segera pulang kerumah dan melakukan apa yang tadi eomma suruh.

Sesampainya di Hongdae restaurant, aku mencari meja nomor 05, ahh itu mereka appa dan eommaku. Tapi mereka bersama siapa? apakah bersama teman-teman kantornya? tapi untuk apa aku disuruh ikutan kesini?

"Ahhh ini dia Jangseok" sambut eommaku penuh ceria pada namja dan yeoja di depannya yang tadi kulihat tertawa-tawa dengan orang tuaku. Reflek aku menyambut mereka
"Ah.. annyeonghaseyo.." kataku sembari membungkukan tubuhku lalu aku duduk disamping appaku
"baiklah.. kita mulai saja pembicaraan kita. Begini Jangseok-ah.. appa dan eomma sudah setuju untuk menikahkanmu dengan Kangin.." kata appaku penuh wibawa. MWO??? menikah dengan Kangin? ya, kedua orang didepan orangtuaku ini memang orang tua nya Kangin, tapi aku tidak kepikiran kalau mereka ternyata akan menjodohkanku dengan anaknya itu. Isshhh jinjja! apa yang digosipkan oleh teman-teman kini menjadi kenyataan. Tapi dimana Kangin? di momen penting seperti ini dia malah tidak datang? bukannya aku menyetujui perjodohan ini, tapi kan harusnya dia ada disini. Ahhh tapi peduli sekali? aku kan membencinya.
"Baiklah... kapan kita akan menikahkan Kangin dan Jangseok? aku sudah tidak sabar ingin melihat anak kita di altar. Aku akan sangat bangga melihatnya" ungkap eomma Kangin. Ketika sedang ngobrol-ngobrol, tiba-tiba saja Kangin datang
"Annyeonghaseyo ahjumma, ahjussie. Mianhaeyo appa, eomma, aku terlambat. Tadi sedang ada rapat untuk acara biking besok" katanya sambil tergesa-gesa. Pasti dia berlari-lari karena ku lihat nada bicaranya yang terengah-engah dan tubuhnya yang sedikit berpeluh.
"Ne, gwaencanha" 
Kangin pun segera menempatkan diri di depanku. Entah kenapa wajahnya kini begitu mempesona dengan kemeja hitam yang dirangkup jas dark blue serta celana jeans gelapnya. Yah, ku akui dia sangat tampan malam ini. Tapi tetap saja aku masih marah padanya. Ahhh kenapa appa dan eomma harus menjodohkanku denganya???.




"Ahh.... ne, baiklah. Kamsahamnida" appa dan eommaku melambaikan tangan pada appa dan eomma Kangin. Aku pun berjalan menuju mobilku. Sesampainya dirumah aku langsung melempar tasku ke sofa
"Appa!! eoma!!! kenapa kalian harus menjodohkanku dengan Kangin?" tanyaku sambil sedikit berteriak
"waeyo? kami dan orang tua Kangin itu kan bersahabat Jangseok-ah.. jadi apa salahnya kalau kami menikahkan kalian berdua?" tanya eommaku sabar, tapi tetap saja aku tak bisa meredam emosiku
"salah eomma! aku tidak mencintai Kangin"
"tapi bukankah kau sudah tidak bersama Jungshin lagi? lalu untuk apa kau memberontak? toh kau juga belum punya namja sampai sekarang kan? jadi kenapa kau tidak terima saja pernikahan ini?" sambung appaku
"ashhh tapi kalain tidak mengerti! aku dan Kangin itu... asshh sudahlah!" aku tidak sanggup melanjutkan kalimatku dan langsung berlari ke kamarku. Aku membanting keras pintuku. Air mataku sudah habis, aku tidak bisa menangis lagi saat ini.


'Jangseok POV end'


'Kangin POV'


Hari ini aku tidak melihat Jangseok setelah pertemuan semalam. Apa dia marah karena perjodohan ini? ahhh itu dia! sedang mengutak-atik biolanya di kursi taman, tempat favoritnya ketika pulang kuliah.


"Annyeong.." sapaku sembari duduk disebelahnya. Dia tidak berkutik, masih sibuk dengan biolanya. Jangankan membalas sapaanku, menatapku saja tidak
"Jangseok-ah.." panggilku lagi "mianhae" aku terdiam sejenak lalu melanjutkan ucapanku "mianhae, aku tidak bisa membantumu berdamai dengan Jungshin. Baiklah.. aku mengaku salah. Kumohon maafkan aku"
tiba-tiba saja dia menoleh ke arahku
"sudah?"
"mm... mwo?"
"kalau sudah selesai bicaranya sekarang aku pulang"
aku terdiam mendengar ucapannya
"kurasa sudah tidak ada yang ingin kau bicarakan lagi. Kalau begitu aku plang" ketika Jangseok berdiri akan pergi, aku menahannya
"chankanman.." aku menatap kedua matanya lekat-lekat "apakah kau benar-benar tidak bisa memaafkanku? aku berjanji akan membayar kesalahanku. aku akan membayar semuanya"
"bagaimana caranya? kau akan membayar dengan apa? uang? ini bukan soal materi Kangin-ah!" jawabnya ketus
"aku akan membayarnya setelah kita menikah. Aku berjanji akan membahagiakanmu selamanya. Kau tidak akan menyesal menikahiku"
"tcih.... memang aku bilang kalau akau setuju menikah denganmu? dengar ya! bagaimaan pun caranya, aku akan membujuk orang tuaku supaya membatalkan pernikahan ini. Aku muak dijodohkan olehmu!" Jagseok langsung menepis tanganku dan berlari meninggalkanku. Sekarang apa yang harus ku lakukan agar dia mau memaafkanku? jujur saja, sebetulnya aku yang memaksa kedua orang tuaku agar menikahkanku dengan Jangseok. Aku sudah lama menyukainya, tapi Jangseok malah mempunyai Jungshin dalam hidupnya sampai akhirnya aku tau busuknya Jungshin itu. Aku merasa kasihan pada Jangseok, dan aku ingin berusaha membahagiakannya. Jangseok-ah, Mianhae. Aku melakukan ini karena aku memang benar-benar mencintaimu.


Minggu depan adalah acara pertunanganku dengan Jangseok. Kami akan menggelar pertunangan megah ini disebuah resort bintang lima mewah yang terletak di tengah kota. Aku sangat senang karena aku akan menikah dengan Jangseok, tapi disisi lain aku takut, takut akan membuatnya marah. Aku pasti akan membuatnya mencintaiku. Malam ini aku berkunjung kerumahnya, bermaksud mengajaknya jalan-jalan. Aku yakin kali ini Jangseok tidak akan menolak karena kedu aorang tuanya ada dirumah. Mereka pasti akan menyuruh Jangseok untuk pergi kencan denganku.


BRAK!! Jangseok menutup pintu mobilku dengan kasar. Tersirat kemarahan diwajahnya.


"Sebenarnya apa maumu?" tanyanya tiba-tiba ketika mobil sedang ku lajukan
"mwo?"
"kenapa kau selalu mencari muka dengan orang tuaku? apa yang kau inginkan?"
"aku hanya ingin menikahimu. Itu saja"
"lalu bagaimana Taeyeon? apa kau melupakan kekasihmu itu? apa kau juga tak ada bedanya dengan Jungshin? meninggalkan kekasihmu sendiri?" serangnya dengan perkataan-perkataan sengit. Aku terdiam dan memberhentikan mobilku dipinggir sungai. Aku mengajaknya turun. Langsung kutempatkan diriku ke arah sungai sambil memasukkan kedua tanganku di saku celanaku
"kau ingin tau jawabannya?" tanyaku sambil tetap menatap ke arah sungai dan menghembuskan nafas panjang setelahnya "Taeyeon... dia pindah ke Jepang. Dia sendiri juga akan dijodohkan oleh pengusaha kaya raya. Aku tak sanggup berbuat apa-apa. Bukannya aku tidak memperjuangkan cintaku padanya, tapi aku melihat jika Taeyeon juga menyukai pengusaha itu. Aku tidak bisa memaksa. Aku tau Taeyeon. Dia adalah yeoja yang selalu kuat dengan pendiriannya, seharusnya kalau dia tidak menyukai pengusaha itu dia kan bisa bersi keras untuk menolak tapi kenyataannya dia menerima begitu saja perjodohan itu" jelasku yang membuatnya terdiam ambil menatap kearah sungai
"cobalah untuk mencintaiku. Baiklah, untuk saat ini aku tidak akan memaksamu untuk mencintaiku, tapi paling tidak cobalah untuk memaafkanku" kini tubuhku sudah menghadap ke arahnya
"cepat! apa yang mau kau lakukan sekarang?! setelah itu aku mau langsung pulang" jawabnya lalu segera berjalan masuk kearah mobilku. Aku mengikutinya. Sepanjang perjalanan kami hanya diam seribu bahasa. Tak ada yang berani memulai pembicaraan hingga akhirnya kami sampai di restoran yang mengambang di pantai. Aku sengaja membawanya ke tempat ini karena nuansanya romantis dan kuharap itu bisa meluluhkan hati Jangseok.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Jangseok yang sepertinya mulai risih karena dari tadi ku pandangi
"ani... aku senang melihatmu malam ini" jawabku sambil memberikan senyumanku
"wae?"
"karena kau terlihat berbeda. Kau lebih cantik dari pada biasanya"
kulihat dia hanya memutar bola matanya sambil mendengus
"aku tidak akan termakan omongan gombalmu! dengar ya! aku pasti akan membujuk orang tuaku supaya membatalkan pernikahan ini!" 
aku tak menghiraukan kata-katanya yang ketus, aku tetap saja memandangi wajahnya
"JANGAN LIHAT AKU SEPERTI ITU!!!!".


'Kangin POV end'


'Jangseok POV'


Tak terasa seminggu sudah terlewati dan sekarang tepat tanggal 5 Desember, aku akan bertunangan dengan Kangin. Ahh percuma saja ternyata aku membujuk orang tuaku, aku malah kena marah. Apa yang harus ku lakukan? aku tidak ingin menikah dengan Kangin.


"Waahhh putri eomma sudah cantik. Kangin pasti akan senang melihatmu berdandan seperti ini" ucap eommaku yang melihatku sudah siap dengan dress panjang warna hijau tosca, high heels 5 centimeter serta rambutku yang digulung ke atas
"eomma.. kenapa aku harus menikah dengannya?" tanyaku dengan wajah lesu. Eommaku pun duduk disebelahku
"Jangseok-ah.. usiamu itu sudah cukup untuk menikah. Memang kau tidak ingin menikah?"
"arasseo eomma, geundae... asshhh kenapa harus dengan namja itu? aku rela dijodohkan eomma dengan siapa saja asal jangan Kangin"
"memang kenapa? bukankah hubungan kalian dari dulu baik-baik saja? kalian berteman cukup akrab kan? lalu kenapa sekarang kau tidak mau menikah dengannya?"
"eomma... berteman akrab bukan berarti aku menyukainya"
"sudahlah Jangseok... kau tidak bisa menolak lagi sekarang. Hari ini adalah hari pentingmu. Kau akan dilamar olehnya. Eomma harap kau tidak akan mengecewakan appa dan eomma." eommaku langsung kleuar dari kamar riasku menuju para tamu yang sudah datang. Padahal ini baru pertunangan, tapi aku gugup bukan main. Meskipun aku tidak menyukai Kangin tapi aku tetap gugup karena orang tuaku banyak mengundang tamu. Aku takut jika ditengah jalan aku terpeleset atau apa ._.?


'Jangseok POV end'


'Kangin POV'


Akhirnya acara pertunangan pun usai setelah aku menyematkan cincin emas di jari Jangseok. Ku lihat Jangseok hanya berdiam diri di balkon luar.


"Kenapa tidak masuk? diluar dingin" tanyaku sambil menempatkan diri disebelahnya, dia tidak menjawab pertanyaanku. Aku tau dia pasti marah sekali denganku
"sampai kapan kau akan begini terus?"
dia tetap tak menjawab pertanyaanku dan menatap lurus kedepan. Tak tau kerasukan setan apa tiba-tiba saja aku memeluknya
"Jangseok-ah. kumohon jangan begini.. jebal" aku berusaha menahan tangisku "aku janji, aku akan membahagiakanmu. Aku pasti akan berusaha menjadi namja yang lebih baik dan menjadi seperti yang kau inginkan. Sekalipun aku harus menjalani operasi plastik agar mirip dengan Jungshin, aku rela." kini sebagian air mataku sudah mengalir. Jangseok yang tadinya berusaha melepaskan pelukanku perlahan menjadi diam setelah mendengar ucapanku
"uljima.." ucapnya lirih. Aku menatap kedua matanya lekat-lekat
"aku berjanji Jangseok-ah... aku pasti akan membahagiakan mu meskipun aku harus menjual seluruh hartaku yang paling berharga sekalipun"
Jangseok hanya menatap mataku, setelah itu pergi begitu saja meninggalkanku.




***

Sudah seminggu sejak pertunangan kami, tapi Jangseok masih belum mau membukakan pintu hatinya untukku. Aku masih bersabar menunggunya agar mau memaafkanku. Jangseok-ah... aku pasti akan membuatmu jatuh cinta padaku.

Malam ini aku akan berkunjung ke rumah Jangseok untuk mengambil buku-buku mata kuliahku yang tertinggal dirumahnya. Aku mencoba mengetuk pintu beberapa kali tapi tak ada yang membukakan pintu sampai akhirnya aku coba membuka pintu rumah Jangseok, ternyata tidak dikunci. Pelan-pelan aku masuk kedalam rumahnya, aku lupa kalau orang tua Jangseok sedang ada rapat bisnis dengan appa ku, pantas saja tidak ada yang membukakan pintu. Tapi kulihat Jangseok sedang tertidur pulas di sofa ruang tengah dengan TV yang menyala. Anak ini! bukannya menonton TV malah TV nya yang menontonnya. Aku mengambil remote dan mematikan TV itu. Aku memandangi wajah Jangseok yang tertidur. Aku tersenyum melihatnya, segera ku ambilkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Sebelum beranjak pulang, aku duduk sebentar disebelahnya. Ku susuri wajahnya dengan jemari ku, mulai dari rambut, hidung, hingga pipi nya.
"Kau begitu cantik jika sedang tidur.." gumamaku pelan supaya tak membangunkannya.

'Kangin POV end'
'Jangseok POV'

Kurasakan ada yang membuka pintu rumahku. Kupikir eomma dan appa sudah pulang tapi ternyata dugaanku salah. Kangin? untuk apa dia kemari? aku langsung berpura-pura tidur kembali. Aku tak tau apa yang akan dia lakukan, dia mengambil remote dan mematikan TV. Kurasakan dia menyelimuti tubuhku lalu duduk disebelahku dan mulai menelusuri wajahku. Aku bergidik, ingin membuka mata dan segera menepis tangannya tapi ku urungkan niatku itu. 
"Kau begitu cantik jika sedang tidur.." gumamnya pelan namun masih bisa terdengar oleh telingaku. Tiba-tiba saja kurasakan bibirnya menyentuh dahiku dan kembali bergumam pelan
"jalja.." lalu dia bangkit dan keluar dari rumahku. Setelah dia pulang aku langusng membuka mataku dan memegang dahiku yang diciumnya tadi. Selang beberapa menit kemudian setelah Kangin pulang, ada yang memencet bel pintu rumah. Segera kubuka pintu, tapi tidak ada siapa-siapa. Yang ku temukan malah sebuah kotak coklat berukuran sedang. Segera ku ambil kotak itu dan membawanya masuk kedalam. Ketika kubuka aku meihat ada banyak kertas dan bertuliskan

Kau sudah mendapat calon menantu untuk putri cantikmu itu? wah wah... cukhai. Tapi sepertinya kau akan menderita setelahnya. Aku akan menghancurkan keluargamu jika kau tetap meneruskan pernikahan putrimu dengan putra pengusaha hewan ternak itu! ingat itu!!

DEG!!! tenggorokanku tercekat membaca kertas ini. Apa ini? siapa yang mengirimkan semua ini? apa orang ini berusaha meneror keluargaku? Aku harus cepat memberi tau kan ini semua pada appa ku.
**

Sudah 2 minggu kami selalu mendapat teror semacam itu yang berisi peringatan-peringatan. Aku takut sekali jika terjadi sesuatu dengan keluargaku. Eomma ku sampai demam memikirkan teror itu, kasihan dia.

"Aisshhh eottohke..." aku mondar mandir di depan kursi taman kampus, bingung bagaimana cara menemukan teroris (?) itu. Ingin rasanya aku mengadukan ini ke polisi dan berharap polisi bisa segera menangkapnya atas sikap tidak menyenangkan.
"Ya! Jangseok-ah, kenapa kau mondar mandir seperti itu?" tanya Kangin tiba-tiba. Aku menatapnya sinis
"ya!! ini semua karena kau!" aku mengutuk dirinya
"mwoya?"
"teror itu! itu semua tidak akan terjadi jika kita membatalkan pernikahan kita nanti! tapi kau tetap bersi keras tidak mau membatalkannya! alhasil, sekarang ada yang tidak suka dengan pernikahan kita dan mencoba menghancurkan keluargaku jika aku tetap menikah denganmu!"
ku lihat Kangin terdiam dan menundukkan kepalanya
"aku... aku tidak tau kalau... akhirnya akan seperti ini" ucapnya lirih
"ini semua salahmu!"
"ne... benar! ini semua salahku. Aku salah memaksamu untuk menikah denganku. Tapi sebenarnya aku melakukan itu semua bukan tanpa sebab. Aku memang mencintaimu. Aku tidak bermaksud melukaimu. Baiklah... Aku akan membatalkan pertunangan kita secepatnya. Aku tidak ingin membuatmu terluka." Kangin segera pergi meninggalkanku. Aku merasa sedikit bersalah karena telah membentak dan memarahinya terus menerus. Tapi kini aku harus mencari tau tentang teroris itu kalau tidak aku akan kehilangan keluargaku.

Aku bergegas pulang kerumah. Biasanya setelah pulang kuliah, aku akan mendapat paket teror tapi kali ini aku tak melihat ada sesuatu di depan rumahku. Apakah teroris itu sudah jera? tiba-tiba aku mendapat telfon dari appa ku
"yeoboseyo? Jangseok-ah.. cepat kau ke kantor polisi dekarang!" perintah appa ku dengan nada khawatir
"memang ada apa, appa?" tanyaku tak kalah paniknya
"kau cepatlah kesini dulu!"
"ah baiklah appa" aku segera menutup telfon dan pergi ke kantor polisi.

Sesampainya di kantor polisi aku sudah melihat appa dan eomma ku sedang bersama seorang namja.
"appa eomma.." panggilku sambil sedikit berlari ke arah mereka dan aku baru tau siapa namja yang bersama mereka
"Jungshin???" tanyaku tak percaya. Untuk apa dia disini? dia tersenyum sinis padaku
"lihatlah kelakuan mantan namja mu ini! ini semua ulahnya!" appa ku melemparkan semua benda teror ke atas meja yang selama ini diberikan pada keluargaku
"Jungshin-ah.. ini... ini semua... ulahmu?" aku masih tak percaya
"ne... ini semua karena aku. Aku yang mengirim semua teor itu. Hahaha" Jungshin tertawa evil
"geundae... untuk apa kau meneror ku? kenapa kau akan menghancurkan keluargaku kalau aku menikah dengan Kangin?"
"karena aku tidak suka melihat kalian berdua!!"
"tapi kau kan sudah bersama Victoria! untuk apa kau masih cemburu! kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi Jungshin-ah!!" bentakku
"ne.. memang! tapi aku benci melihat kalian berdua!"
aku langsung menampar wajahnya saking geramnya. Kangin, dimana dia?
"appa... bagaimana bisa appa menangkapnya?" tanya ku sambil berusaha membendung air mataku
"bukan appa yang menangkapnya. Kangin lah yang berhasil menemukan makhluk bejat ini! kasihan dia! wajahnya sampai memar. Dia sangat terluka" jawab appa ku sambil menatap Jungshin tajam
"mwo?? Kangin? dimana dia sekarang appa?" aku merasa sudah sangat bersalah dengan Kangin dan sekarang aku harus meminta maaf padanya sebelum semuanya terlambat
"dia... dia.. di rumah sakit Jangseok-ah.." jawab appa ku dengan wajah khawatir
"mwo?? di rumah sakit?" aku yakin pasti ini semua karena ulah Jungshin. Apakah Kangin sangat terluka sekarang? ahhh aku harus segera menyusulnya
"appa, eomma... aku kerumah sakit sekarang" aku langsung berlari meninggalkan kantor polisi itu. Aku mendengar suara teriakan appa dan eomma ku yang memanggilku kembali tapi aku tak menghiraukannya. Aku harus cepat menemui Kangin.

Sesampainya di rumah sakit aku langsung berlari mencari kamar Kangin. Setelah ketemu langsung kubuka pintu kamar itu dan..

"Jangseok??"
kulihat Kangin sedang duduk menghadap kasur rumah sakit. Bukankah dia yang sedang sakit? lalu kenapa dia tidak tidur dikasur?
"Kangin-ah... bukankah kau... seharusnya sedang sakit sekarang?" tanyaku terengah-engah
"aku? memang aku kenapa?"
"kau kan... harusnya babak belur sekarang dan terkapar di rumah sakit"
"aku hanya memar sedikit, berlebihan sekali hanya memar seperti ini sampai harus masuk rumah sakit?"
"tapi tadi kata appa.. kau... dirumah sakit karena kau berkelahi dengan Jungshin" air mataku mulai mengalir, aku tak berhasil membendungnya, Kangin tertawa kecil
"haha... bukan aku yang masuk rumah sakit. Tapi saudaraku! lihat? ini Shindong hyung" jawabnya sambil sedikit menggeser kursinya agar aku bisa melihat siapa yang terbaring lemah dikasur rumah sakit itu
"annyeonghaseyo..." sapa saudara Kangin yang bernama Shindong itu
"ahhh annyeonghaseyo..." aku membungkukan tubuhku. Ahhh aku malu sekali! Jam menjenguk pun sudah habis, aku dan Kangin keluar dari rumah sakit itu dan Kangin mengajakku ke sebuah taman yang terdapat air mancur indah.

"Jangseok-ah... mianhae, aku memaksamu ntuk menikah dengan ku." seketika suasana menjadi hening "aku sudah mengatakan pada appa dan eomma ku untuk membatalkan perikahan kita meskipun mereka sedikit kecewa. Kau bisa hidup lega sekarang, kau tidak akan menikah denganku" ucap Kangin dengan senyum paksanya
"mwo??? kau sudah bilang kalau kau akan membatalkan pernikahan ini?"
"ne..."
"Kangin-ah..." aku langsung memeluknya.

'Jangseok POV end'

'Kangin POV'

Mwoya? apa ini? Jangseok memelukku? aku tidak sedang bermimpi kan?

"Jangseok-ah..." aku masih setengah kaget dengan perbuatan Jangseok sekarang
"Kangin-ah... mianhae.... aku yang salah. Aku baru menyadari betapa jahatnya diriku ini" ucapnya terisak. Aku bisa merasakan nafasnya yang sesenggukan di dadaku. Jika aku boleh meminta, biarkan tetap seperti ini. 5 menit saja..
"Aku tidak mau memaafkanmu hanya karena masalah seperti itu. Dan aku memang baru tau betapa busuknya Jungshin itu. Kangin-ah... Mianhae, saranghae..." tangisnya semakin deras. Aku tak kuasa melihatnya menangis jadi ku balas pelukannya dan ku pererat pelukanku di tubuhnya
"uljima... kau tidak jahat." kataku menenangkannya seraya mengusap rambutnya
"aku jahat Kangin-ah... hukum aku! marahi aku!"
"ani.." mana mungkin aku memarahi gadis ini? aku terlalu mencintainya
"kumohon jangan pernah batalkan pernikahan ini" ucapnya lirih
"ne... aku pasti akan mengembalikan semuanya. aku tidak akan membatalkan pernikahan ini" aku memegang kedua pipinya "kita mulai lagi semuanya dari nol"
Jangseok mengangguk setuju. Aku menghapus sisa-sisa air mata di pipinya dengan ibu jari ku
"jangan pernah menangis lagi. Tersenyumlah untukku.."
Jangseok pun sedkit tersenyum mendengar ucapanku
"Kangin-ah.. Mianhae wa Saranghae.."
"Nado saranghae Jangseok-ah" aku pun mencium keningnya dan memeluknya erat. Tak ingin lagi aku kehilangan seorang Lee Jangseok.

THE END
__________________________________________________________________________
haduhhh mian ya kalo kurang bagus, kalo kurang greget, kalo kurang panjang. Lagi kehabisan ide nih. Jangan lupa RCL ya kawan...