Blog featuring asian fanfiction and etc.

Friday 12 July 2013

Cocoa Macchiato (Part 6 - end)

Author : Haepi Hun
Title : Cocoa Macchiato
Cast : - Do Kyungsoo/D.O (Exo-K)
          - Park Saehee (My sister/readers)
          - Kim Heechul (Super Junior)
Other Cast : - Ga Jaedong (OC)
                    - Poong Sanjin (OC)
                    - Moon Heejun (H.O.T) [Become Do Heejun for a while]
                    - Yang Seungho (Mblaq) [Become Do Seungho for a while]
                    - Kang Miyoon (OC)
                    - Choi Sunghee/Bada (S.E.S)
                    - Cho Kyuhyun (Super Junior)
                    - Lee Sungmin (Super Junior)
                    - Huang Zitao (Exo-M)
                    - Lee Taemin (SHINee)
                    - Lee Chanhee/Chunji (Teen Top)
                    (Rest you can find by yourself ^^) 
Rating : T
Genre : Romance, Family, Life, Friendship
Length : Chapter
__________________________________________________



_________________________________________________________________________________

'Author POV'

"Hyung... kau mau ke kantor?" Kyungsoo memerhatikan kakak kandungnya yang tengah mengenakan dasi lewat pantulan cermin.
"Ne. Wae? Kau mau pergi?" Kyungsoo tersenyum lebar menjawab pertanyaan kakakknya itu. Maklum saja, tadi malam setelah mengantar Saehee pulang tiba-tiba saja mobilnya mogok dan harus masuk ke bengkel selama seminggu. Jadilah kini ia bergantung dari mobil kakaknya.
"Pukul berapa?"
"Yah, mungkin sore. Sekitar pukul 4." Seungho mengangguk mengerti.
"Geurae. Nanti aku juga pulang pukul 4." Setelah menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba terdengar bunyi gaduh dari tangga kemudian seseorang membuka pintu kamar Seungho dengan kasar.
"Eomma? Kenapa tidak ketuk pintu dulu?" Gerutu Kyungsoo setelah mengetahui ternyata orang itu adalah Choi Sunghee, ibunya. Wajah Sunghee terlihat pucat dan sedikit berpeluh.
"Cepat ke rumah sakit sekarang! Sesuatu terjadi pada ayah kalian!"
"MWO???"



~Cocoa Macchiato~




Peluh tak henti-hentinya bercucuran dari tubuh kedua anak lelaki itu. Rasa khawatir mereka mengalahkan segalanya termasuk lelah mereka. Keluarga Do tersebut kini tengah menunggu dengan cemas di depan ruang UGD. Memikirkan kemungkinan terburuk bagi sang kepala keluarga.

Seorang pria tua berjas putih dengan helaian rambut yang hampir habis tampak keluar dari ruangan yang sedang dinanti-nanti oleh keluarga itu. Langsung saja mereka semua menyerbu lelaki tua itu.

"Eottohkeyo uisanim?"
"Apakah ayah kami baik-baik saja?"
"Bagiamana keadaannya?" Tanya ketiga orang itu berurutan dengan raut wajah khawatir yang tidak dapat mereka sembunyikan.
"Antibodi Tuan Do terlalu banyak menyerang sel-sel darah merahnya. Tapi kami sudah memberikan transfusi darah untuk Tuan Do dari seorang baik hati yang kemarin mau mendonorkan darahnya. Dan ada satu kabar buruk yang harus kami sampaikan," dokter itu tampak menggantungkan kalimatnya dengan wajah menyesal.
"Tuan Do harus rutin cuci darah karena kami baru saja memeriksa bahwa terjadi kerusakan pada ginjalnya." Sunghee menutup mulutnya dengan kedua tangan. Tak percaya apa yang baru saja ia dengar dari mulut orang yang telah berjasa untuk kesehatan umat manusia itu.
"Dia gagal ginjal?" Dokter itu hanya mampu menepuk bahu Sunghee pelan.
"Sekarang mari ikut saya. Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan mengenai Tuan Do." Sunghee dan kedua putranya tersebut mengikuti sang dokter. Perasaan Kyungsoo semakin kalut. Ia takut jika harus kehilangan ayahnya dalam waktu cepat.


~***~


Seorang yeoja tampak tengah menunggu seseorang di sebuah kursi bar sambil sesekali memutar gelas Macchiato-nya. Ini sudah yang kesekian kalinya ia menghela nafas panjang. Yeoja itu sudah datang sejak jam 4 sore padahal pekerjaannya dimulai pukul 6 sore. Ia sengaja melakukannya untuk menunggu seseorang namun ternyata hingga sekarang orang yang ditunggunya tak kunjung datang.


"Hei, tumben kau sudah datang? Ini kan baru jam 4?" Saehee sontak menoleh ketika suara berat Kyuhyun mengejutkannya.

"Eh? Kapjakkiya!" Kyuhyun hanya tersenyum lalu menempatkan dirinya di sebelah Saehee.
"Menunggu Kyungsoo?"
"Eh?" Kyuhyun hanya menyunggingkan sebelah sudut bibirnya menanggapi reaksi gadis di sebelahnya.
"Kenapa harus Kyungsoo?"
"Oh, ayolah. Semua juga tahu bahwa kau dan Kyungsoo sangat dekat." Saehee tersipu meskipun senyuman tak tampak di wajah berlesung pipinya.

Tak lama kemudian seseorang berjas putih dan bercelana jeans masuk kemudian menghampiri kedua orang itu. Saehee secara otomatis mengembangkan senyumnya kala bertatapan dengan orang itu.

"Saehee, aku punya kabar baik untukmu." Mata Saehee tampak berbinar mendengar ucapan pria itu. Sama seperti yeoja di sebelahnya, Kyuhyun pun nampak antusias ingin mendengar berita baik itu meskipun kabar itu tidak ditujukan padanya.
"Kau tahu? Agensi YG Entertainment mengajakmu untuk bekerja sama. Kau akan menjadi musisi terkenal, Park Saehee." Seketika raut wajah ketiganya berubah gembira. Saehee menautkan kesepuluh jarinya dengan wajah berbinar.
"Jinjjayo, Heechul oppa? Kau tidak sedang bercanda kan?"
"Kau pikir aku setega itu padamu?" Gadis itu pun menoleh ke arah Kyuhyun yang juga tengah menatapnya gembira. Sangat kentara kebahagiaan di wajahnya yang tidak dapat ia tutupi.
"Tapi bagaimana bisa? Maksudku, YG adalah agensi besar. Bagaimana mungkin mereka dapat  mengetahuiku?" Heechul dan Kyuhyun saling bertatapan dengan senyuman tersungging indah di bibir keduanya.
"Semua itu mungkin jika ada dia." Kyuhyun menggantungkan tangan kanannya pada bahu Heechul dengan deretan gigi putihnya yang ia pamerkan di hadapan Saehee.
"Besok malam kau bisa datang menemui sahabatku. Si pemilik agensi. Akan kuantar kau ke sana." Wajah bahagia Saehee mendadak luntur tergantikan raut wajah bingung dan khawatir.
"Apakah tawaran ini hanya untukku saja?"
"Sayangnya iya." Jawab Heechul cepat dengan raut wajahnya yang sama dengan Saehee. Ia tahu kemana arah pembicaraan gadis itu dan ia sudah bisa menebak sebelumnya.
"Maaf. Kurasa Jaedong dan Sanjin tidak bisa ikut." Saehee hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti dengan perasaan kecewa.
"Gwaencanha. Yang penting mereka masih bisa bekerja di sini kan?" Gadis itu tersenyum datar menanggapi ucapan Kyuhyun.

'Author POV end'


'Saehee POV'


Oh, ini sungguh seperti mimpi. Aku bahkan dengan bodohnya menginjak kakiku sendiri untuk memastikan apakah aku benar-benar sadar. Aku tentu akan menjatuhkan harga diriku jika mencubit atau menampar pipiku sendiri di hadapan kedua namja ini hanya untuk meyakinkan diriku bahwa ini semua bukan mimpi.


Tapi bagaimana dengan Sanjin dan Jaedong? Apakah aku harus menolak tawaran ini demi kesetiakawananku pada mereka?


"Sanjin-ah.. menurutmu bagaimana jika kita– tidak bisa bersama-sama lagi?" Aku merutuki diriku sendiri. Ini permulaan yang buruk.

"Apa maksudmu?"
"Aku– Kau tahu agensi YG Entertainment? Mereka menawariku untuk bekerja sama dengan mereka." Akhirnya aku dapat mengatakan ini pada Sanjin. Tapi kenapa rasanya hatiku sakit melihat wajahnya yang berbinar itu?
"Jinjja? Itu bagus! Berarti kita akan menjadi musisi terkenal." Oh, aku benar-benar sedih sekarang melihat keantusiasannya. Bagaimana aku mengatakannya?
"Tapi–" Aku bisa melihat raut wajah Sanjin yang ikut berubah seiring nada bicaraku yang menggantung. Apakah aku harus mengatakannya sekarang? Tapi kupikir ia sudah mengerti arah pembicaraanku.
"Oh. Hanya kau?" Tuhan, tampar aku sekarang. Aku tidak sanggup melihatnya melunturkan senyum bahagianya yang tadi sempat terukir di wajah cantiknya. Aku merasa seperti seorangpemberiharapanpalsu sekarang. Wajahnya kini menampakkan senyumnya lagi. Tapi entahlah, seperti bukan senyum kegembiraan.
"Kau harus cepat menerima tawaran itu jika kau tidak ingin mereka berpaling pada orang lain."
"Mwoya?"
"Aku dan Jaedong akan selalu mendukungmu Park Saehee." Kali ini ia menggenggam tanganku erat. Kulihat bulir-bulir kristal bening di pelupuk matanya yang ia tahan-tahan suapaya tidak terjatuh melewati pipinya.
"Tapi– kau lupa misi kita datang ke sini?" Ujarku berusaha mengingatkannya namun ia menggeleng seraya menghapus air mata yang –akhirnya– mengalir di wajahnya.
"Lupakan misi itu! Sekarang masa depan indahmu ada di depan mata! Masa depanku, masa depanmu, dan masa depan Jaedong berbeda. Mungkin kali ini kau yang lebih dulu maju." Kami berdua mengembangkan senyum lebar. Bagaimana bisa aku mendapatkan seorang sahabat sepertinya?
"Dan aku yakin suatu saat nanti giliranku dan Jaedong yang akan menyusulmu." Segera kupeluk dirinya yang sudah berlinang air mata. Aku tahu dan sangat tahu kehidupan seorang musisi di agensi terkenal seperti YG Entertainment akan sangat melelahkan dan hampir tidak dapat bertemu dengan keluarga apalagi teman. Aku akan menghabiskan waktuku bersama para sahabatku untuk terakhir kalinya sebelum aku akan sulit bertemu dengan mereka.



***

Oh, sungguh. Aku harus benar-benar berterimakasih pada Heechul. Berkat dirinya yang diam-diam mengambil videoku yang sedang bermain saxophone, kini aku telah resmi menjadi bagian dari YG Entertainment. Namun ada yang ganjal beberapa hari terakhir ini. Aku tidak pernah melihat Kyungsoo lagi. Apakah sekarang dia sedang sibuk mengurus kuliahnya?

"Heechul oppa, kenapa akhir-akhir ini aku tidak pernah melihat adik sepupumu lagi?" Ada apa dengannya? Kenapa ketika aku bertanya mengenai Kyungsoo ia langsung begitu saja tersedak. Tidak hanya dia, bahkan Chunji, Tao, dan Taemin pun melakukan hal yang sama ketika aku menanyakan tentang sahabat mereka itu.
"Dia– Mungkin sedang sibuk dengan skripsinya sekarang."
"Mungkin?" Kuulang kalimatnya. Bagaimana mungkin dia hanya memperkirakan keadaan adik sepupunya itu sedangkan ia sendiri tinggal satu atap dengannya.
"Ya. Aku tidak tahu pasti keadaannya. Ah iya, kau belum tahu. Aku sudah membeli rumah sendiri sekarang dan aku sudah tidak tinggal bersama lagi dengan Kyungsoo."
"Jinjja? Sejak kapan? Kenapa kau tidak memberi tahuku?"
"Tiga minggu yang lalu. Mianhae. Aku begitu sibuk dengan coffee shop akhir-akhir ini." Astaga. Sudah selama itu kah aku tidak bertemu dengan Kyungsoo? Apakah kini aku merindukannya? Kurasa jawabannya iya. Entahlah, tapi perasaanku sudah berbeda sejak tragedi Ilsun dan Mai menjebakku di jurang waktu itu. Aku tidak dapat berpikir jernih ketika berada di dekatnya dan aku merasa jantungku berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya. Apakah aku menyukainya?
"Kau baik-baik saja?" Heechul memecah lamunanku. Aku hanya mampu mengangguk dan tersenyum menanggapinya.

'Saehee POV end'

'D.O POV'

Apa rencana-Mu kali ini setelah Kau memanggil ayahku? Astaga, bahkan keluarga kami masih dalam suasana berkabung dan sekarang apa? Saham agensi menurun? Ya Tuhan, kenapa secepat ini? Bagaimana aku harus menangani semuanya? Para trainee HD Entertainment pun dengan teratur menyatakan mengundurkan diri. Jika terus begini bagaimana aku bisa melanjutkan perusahaan ayah? 

"Sudahlah, Kyungsoo. Apa kau tidak memikirkan perutmu?" Suara ibu memecah keseriusanku pada layar komputer. Aku tidak menoleh atau pun sekadar melirik. Aku benar-benar harus berjuang sekarang demi perusahaan ayah.
"Kyung-ah. Kau akan sakit jika kau tidak mengisi perutmu." Hening. Aku tetap bergelut dengan keyboard dan layar komputerku.
"Do Kyungsoo!" Akhirnya kutolehkan pandanganku mendengar ibu memanggilku dengan nada tinggi seraya menggenggam tanganku erat. Dapat kulihat dengan jelas kesedihan di dalam matanya yang indah itu. Tidak ada satu menit ibu sudah mendekapku erat. Kubalas pelukan ibu sambil sesekali menepuk punggungnya yang sesenggukan dengan pelan.
"Mianhaeyo, eomma–"




*** 


 "Kyung-ah. Bagaimana kabar para trainee?" Aku mengembuskan nafas kekesalan mendengar pertanyaan Seungho hyung. Mencoba memberi kekuatan pada diriku sendiri. "Lima dari sepuluh trainee yang seharusnya debut dua tahun lagi tetap menyatakan mengundurkan diri." Kami berdua mendesah bersamaan. 
"Mereka memberi berbagai macam alasan yang klasik, tapi aku yakin alasan mereka yang sebenarnya karena sekarang ayah sudah tidak ada dan mereka khawatir agensi kita tidak akan laku di pasaran." 
"Bagaimana bisa ada orang yang berfikiran dangkal seperti mereka?" Aku mengendikkan bahu pasrah. Tak tahu lagi apa yang harus kukorbankan demi agensi ayah. 
Seungho hyung kemudian menepuk bahuku meyakinkan. "Kita harus buktikan pada mereka!" Kami berdua bersama-sama merekahkan senyum. Namun aku sedikit tidak yakin terhadap diriku sendiri. 

Dua hari sebelum ayah meninggal, Heechul hyung membeli sebuah rumah sederhana di kawasan Itaewon. Ia sudah merencanakan ini sejak sebelum ia memasuki S2 dan keinginannya adalah membeli rumah sebelum ia kembali ke Indonesia untuk melanjutkan studinya lagi. 

"Kyung-ah, kenapa Saehee tidak boleh mengetahui tentang kepergian ayahmu?" Kini aku dan Heechul hyung sedang berada di rumah barunya. Mencicipi hot chocolate-nya yang paling kugemari. Aku menjawabnya dengan menggeleng pelan. "Saehee sekarang sudah bekerja pada YG Entertainment bukan?" Heechul hyung menganggukan kepalanya. 
Aku mendesah lagi. "Dia gadis yang baik. Aku tahu itu." Heechul hyung menatapku heran namun tidak ada satu menit ia kembali menganggukan kepalanya. "Arasseo. Tapi kusarankan kau untuk jangan terlalu menutup diri. Kau bahkan tak mengizinkan teman-temanmu sendiri mengetahui keadaanmu." 
"Jangan mengkhawtirkanku."

Ini sudah hampir dua bulan aku tidak pernah bertemu dengan teman-temanku lagi. Aku merasa mulai merindukan mereka. Tetapi tanggung jawabku pada ayah tidak bisa kutinggalkan. Bahkan dengan kemunculan dua presdir baru tidak memengaruhi keinginan para trainee untuk tetap berada di agensi kami.


Aku berjalan menyusuri lorong kantor. Semua pegawai yang ada memberikanku hormat. Beginilah aku sekarang. Seorang mahasiswa Universitas Sungkyunkwan yang tiba-tiba mengambil cuti kuliah demi menjadi seorang presdir,menggantikan ayahnya yang telah meninggalkan keluarga dan perusahaannya sendiri.


Sesekali kurapihkan jas hitam yang membalut tubuhku di balik kemeja putih. Seungho hyung juga bekerja di suatu perusahaan, jadi hanya aku sendiri yang dapat menggantikan ayah di kantor. Sayang sekali, Seungho hyung hanya dapat membantu pekerjaanku di rumah itu pun jika ia sudah pulang.


TOK... TOK... TOK....


"Masuk!" Aku dapat melihat salah satu karyawanku yang dengan perlahan memasuki ruanganku sambil membawa sebuah map di tangannya.

"Daepyunim, ini daftar para trainee yang anda minta." Ia menyerahkan map itu dengan kedua tangannya dan berdiri di sana menungguku membuka hasil kerjanya.

Aku mengernyitkan dahi membaca semua tulisan dan grafik ini. Kini tinggal 53% trainee yang masih bertahan. Kenapa perbedaannya bisa menurun drastis dari kemarin? Minggu lalu aku masih melihat angka 85% tercetak di dalam grafik ini. Kutekan dahiku sendiri menggunakan tangan kananku. Kepalaku benar-benar pusing sekarang. 


"Tolong kumpulkan pengurus trainee nanti sore di ruang meeting." Perintahku sambil menyerahkan kembali map itu padanya. Ia membungkuk mengerti dan segera melangkah meninggalkan ruanganku.


'D.O POV End'


'Saehee POV'


"Saehee-ah! Mau makan siang dengan kami?" Aku dikejutkan dengan suara seorang yeoja yang sedang berdiri di depanku bersama seorang yeoja lainnya. Aku meletakkan saxophone-ku perlahan.

"Ah, kalian mau makan siang? Baiklah." Aku menyetujui ajakan mereka berdua. Aku baru satu minggu melakukan trainee di YG, dan mereka berdua lah yang pertama kali menjadi temanku di sini. 
"Dohee-ah, kita akan makan siang di mana?" Tanyaku di tengah-tengah perjalanan kami.
"Eum.. Entahlah. Kami sendiri juga masih mencari tempat makan yang lezat."
"Dan murah!" Tambah Min cepat seraya melebarkan bibirnya ke atas hingga membuat matanya mengecil.

Aku terkesiap ketika mengetahui ternyata mereka berdua memutuskan untuk makan di Abiko Curry ketika kami tidak sengaja melewati restoran tempatku dulu bekerja ini. Tentu saja aku sangat bersemangat ketika kami melangkahkan kaki masuk ke dalam.


"Kau dulu bekerja di sini?" Wajah Dohee tampak terkejut ketika kami sudah duduk di meja. Aku mengangguk mantap. "Bahkan aku masih berhubungan baik dengan sang manajer. Tapi sayangnya  sekarang sudah mulai sulit."

"Ah, kau pasti sangat hebat dalam bermain saxophone?" Tambah Min seraya menyeruput jus anggurnya.
"Yah, seperti yang kau lihat." Satu detik setelah aku mengendikkan bahu, suara seseorang mengejutkanku dari belakang.
"Park Saehee?" Aku menoleh mendengar panggilannya.
"Miyoon eonni?" Kami berdua pun secara reflek berpelukan. Aku benar-benar merindukannya. Sudah berapa lama aku tidak bertemu dengannnya?
"Wah, sekarang kau sudah menjadi trainee YG?" Miyoon eonni menatapku dari atas sampai ke bawah.
"Ckckck, bahkan sekarang rambutmu sudah sepanjang ini. Dan hey! Kau lebih gaya sekarang!" Pekiknya melihatku mengenakan sepasang sepatu boots berwarna coklat tua.
"Ini Heechul oppa yang membelikanku. Tidak perlu berlebihan." Kami berdua pun tertawa bersama.
"Eiyy... Heechul membelikanmu ini? Ah, aku curiga dengan kalian." Miyoon eonni memberikan wajah selidiknya padaku dengan setengah bergurau.
"Aniyo eonni! Aku dan Heechul oppa teman baik." Kami kembali tertawa kemudian aku tersadar sedari tadi aku belum memperkenalkan Dohee dan Min pada Miyoon eonni. Dohee dan Min sedikit terkejut begitu mengetahui ternyata Miyoon eonni adalah orang yang asik diajak mengobrol karena pandangan pertama mereka ketika melihat Miyoon eonni adalah orang yang serius.

Usai makan siang, kami bertiga kembali ke gedung YG untuk berlatih. Ini masih pukul 12 siang, berarti masih ada waktu 7 jam lagi untukku berlatih saxophone. Aigoo, menjadi seorang trainee di agensi besar memang sungguh melelahkan.

"Geurae. Kau sudah menujukkan kemajuan. Pertahankanlah semangatmu ini, Park Saehee." Ujar Han Sunbae sebelum aku kembali ke apartemen. Ya, sekarang aku tinggal di apartemen yang dekat dengan gedung YG Entertainment dan aku satu kamar dengan Min. Ini merupakan konsekuensi yang harus diterima para trainee YG.

"Ah iya. Satu lagi! Kau harus terus perkuat dietmu! Bahkan sekarang Sulha yang seperti itu sudah mengalahkanmu turun 10 kg. Kau harus lebih giat lagi." Mwo? Sulha berhasil menurunkan berat badannya hingga 10 kg? Ah, sial! Bisa-bisa berat badannya menyamai berat tubuhku sekarang.
"Eo, ne sunbaenim. Aku akan berjuang!" Jawabku semangat seraya mengepalkan tangan kananku ke udara.
"Saehee, kau sudah selesai? Eoh, Han Sunbaenim? Annyeonghaseyo!" Min segera membungkukkan tubuhnya begitu mengetahui aku sedang bersama pelatihku.
"Ne, annyeong. Cepatlah kalian kembali pulang! Tidak baik gadis-gadis seperti kalian masih berkeliaran di malam hari."
"Ne, sunbaenim." Sahut kami berdua serempak.
"Baiklah, aku pulang. Annyeong!"
"Ne, annyeonghaseyo sunbaenim!"

Malam ini malam bulan purnama. Aku jadi teringat bagaimana kebiasaanku dengan Sanjin ketika memasuki bulan baru. Kami akan berlaga menjadi seperti werewolf dan vampire kemudian kami akan melakukan hal itu di depan Jaedong hingga namja itu hanya mampu mengelus dadanya prihatin. Yah, meksipun kami bukan lagi seorang balita, tapi kami sama-sama memiliki sifat seorang bocah di saat-saat tertentu. Ah, aku merindukan mereka.


"Ne? Yeoboseyo?"

"Saehee, bagaimana keadaanmu? Kau sudah makan?"
"Eomma? Ne, aku baik-baik saja. Barusan aku membuat ramyun bersama teman sekamarku di apartemen."
"Aih, kenapa hanya makan ramyun? Jika saja ada eomma, pasti eomma akan membuatkanmu makanan yang sehat dan lezat."
"Gwaencanhayo. Sudah malam begini restoran mana yang masih buka? Aku janji besok aku akan makan makanan yang 'sesungguhnya'." Jawabku seraya menekankan kata 'sesungguhnya' dan hal itu membuat ibuku tertawa pelan.
"Baiklah. Jaga dirimu ya! Dan ingat janjimu pada eomma!"
"Ne, eomma. Yaksokhae."
"Geurae. Eomma mengantuk. Jalja nae ttal."
"Ne, jaljayo eomma. Saranghaeyo." Aku segera menutup ponselku. Kutatap langit malam dari jendela, mengembuskan nafas pelan. Memikirkan apa yang sedang dilakukan orang-orang yang kusayangi di sana. 

Kyungsoo? Kira-kira apa yang sedang ia lakukan sekarang? Apakah dia tidur dengan nyenyak? Apa dia sudah makan? Ah, kenapa aku jadi memikirkan dirinya? Belum tentu ia juga memikirkanku.


"Saehee-ah! Ayo tidur! Besok pagi kita harus kembali berlatih."

"Ne, Min-ah. Kau duluan."



***

Kupatut diriku di cermin. Ada lingkaran hitam di bawah mataku. Ya Tuhan, semenjak aku menjadi trainee di YG, waktu tidurku jadi berkurang. Tapi aku cukup senang, karena kepadatan kegiatanku membuat bobot tubuhku berkurang 3 kg. Yah, mungkin aku belum seberuntung Sulha yang telah berhasil menurunkan 10 kg bobot tubuhnya.

"Sudah cantik!" Kutolehkan pandanganku dari kaca ketika ada sebuah suara dari belakang tubuhku. Heechul tengah memerhatikanku dari belakang dengan menyandarkan sisi kanan tubuhnya pada pintu dan menyedekapkan tangannya di depan dada. Kuterohkan senyum padanya kemudian ia mengubah posisinya dan berjalan perlahan ke arahku.
"Apakah kau merasa lelah?"
"Wae? Kenapa kau bertanya seperti itu?" Kutautkan kedua alisku heran mendengar pertanyaannya seraya menatap dirinya yang sudah tinggal beberapa centi dariku.
"Ani. Aku hanya akan merasa bersalah jika benar kau merasa lelah. Akulah orang yang sudah membuatmu berada di sini." Ia mengendikkan bahunya sembarangan. Aku tertawa pelan.
"Oh ya? Tapi jika bukan karena persetujuan Yang Hyunsuk Appa, aku juga tidak akan berada di sini." Heechul menatapku seraya menaikkan sebelah alisnya.
"Hmpft! Aku bercanda." Kali ini Heechul menurunkan kedua alisnya lalu menggandengku pergi. "Ayo sarapan!"

Berada dalam satu ruangan yang sama dengan orang yang kau sukai dan tidak pernah kau temui tentu akan terasa sangat canggung. Tunggu! Kusukai? Mungkin ini sudah bukan saatnya untukku membohongi diriku sendiri bahwa aku benar menyukainya. Aku tidak mengerti, tapi ternyata tidak bertemu dengannya selama lebih dari satu bulan membuatku tersadar atas perasaanku padanya.

Mata kami saling bertemu. Entahlah, tapi aku merasa ada kecanggungan juga dalam dirinya. Kupikir hanya aku saja yang merasa aneh ketika bertemu dengannya. Setelah satu bulan lebih lamanya akhirnya kami bertemu kembali. Apakah dia juga merasa senang bertemu denganku?


"Kyungsoo.. Hai!" Sapaku kikuk seraya mengangkat sebelah tanganku sejajar dengan bahu. Ia tidak menjawab. Hanya tersenyum. Senyum datar.

"Lama tidak bertemu, ya?" Lanjutku lagi berbasa-basi sekaligus untuk mencairkan suasana tegang di antara kami.
"Kudengar kau sudah menjadi trainee YG sekarang?" Ucap Kyungsoo akhirnya. Aku mengangguk.
"Cukha!" Kenapa ucapan selamatnya begitu datar? Apakah dia tidak senang mendengar kabar baik tentangku?
"N.. ne. Gomawo." Kyungsoo kembali tersenyum kemudian mendahuluiku memesan green tea latte. Setelah mendapat pesanannya ia menghadap padaku.
"Aku masih ada urusan. Semoga kau sukses!"
"Eh? Ne... gomawoyo." Jawabku terbata. Wajahnya kali ini tampak amat serius. Aku ingin tahu sebenarnya apa yang sedang terjadi? Semua orang menjadi aneh.
"Eo. Aku pergi. Annyeong." Aku hanya membalas lambaian tangannya. Tak kusadari aku memandangi punggung tegapnya yang makin lama menghilang dari pandanganku. Kenapa rasanya sakit ketika dia tampak tidak senang ketika bertemu kembali denganku? Apakah selama ini hanya aku saja yang menganggap semua kebaikannya ini merupakan lampu hijau untukku? Jika memang benar itu hanya sebatas anggapanku saja, maka aku harus benar-benar menyiapkan hatiku dari sekarang.

"Saehee-ah! Setelah sarapan tadi kau kemana? Heechul sunbae sampai datang ke ruang latihanku tadi karena dia mencarimu." Dohee berlari ke arahku begitu mengetahui aku sudah kembali dari acarabelitehkuyangmenyedihkan.

"Ada apa dia mencariku?"
"Kau meninggalkan ini." Dohee menyerahkan sebuah syal coklat muda padaku. Aku tertegun. Ini adalah syal milik Kyungsoo yang ia serahkan padaku ketika aku hampir terkena hipotermia di jurang. Baiklah, aku ketahuan membawa benda itu sekarang ke tempat latihan.
"Ini Heechul oppa yang memberi?"
"Eo. Tadi setelah menyerahkan ini padaku, ia langsung pergi begitu saja." Aku menautkan kedua alisku.
"Oh, ne. Gomawo Dohee-ah."

Aku semakin penasaran. Tadi pagi aku mendengar kabar bahwa agensi HD Entertainment mengalami penurunan saham dan para trainee mereka banyak yang mengundurkan diri. Heechul oppa pun tidak biasanya menjadi sangat sibuk seperti ini. Belum lagi tentang keadaan Kyungsoo yang sulit ditemui dan dirinya kembali menjadi Kyungsoo yang dulu. Apa mungkin sikap aneh mereka semua ada kaitannya dengan masalah agensi HD Entertainment?


"Park Saehee! Kau sudah bekerja dengan keras. Kau cukup berbakat! Sepertinya aku tidak perlu memberimu latihan yang lebih lama lagi." Suaraku tercekat. Kenapa tiba-tiba YG Appa berbicara seperti itu padaku?
"Bulan depan mungkin aku akan mempersiapkan debutmu." ASA!!! Benar dugaanku! Akhirnya setelah sekian lama mengikuti trainee aku dapat debut juga. Aku benar-benar harus berterimakasih padanya.
"Jinjjayo?"
"Ne. Aku akan menyesal jika tidak segera membawamu keluar melihat dunia." Jawabnya dengan menekankan kata 'melihat dunia'. Aku benar-benar bahagia sekarang. Aku harus memberi tahu kabar baik ini pada ibu dan teman-temanku. Ah, mungkin hanya Sanjin dan Jaedong. Aku tidak ingin begitu gegabah sebelum impianku  benar-benar terwujud.


"Ne, eomma. YG Appa sendiri yang bilang padaku bahwa aku akan segera debut."

"Kalau begitu minggu depan eomma akan mengunjungimu ke Seoul."
"Jinjjayo? Eomma akan menemuiku?"
"Tentu saja! Eomma ingin memberikan pelukan selamat pada putriku." Aku memekik bahagia. Aku sudah sangat merindukan eomma. Kira-kira bagaimana kehidupanku nanti jika aku sudah debut? Aku pasti akan sering merindukan eomma.


One year later...



"Pertunjukan yang sangat bagus! Sangat mengagumkan!"

"Bagaimana jika kita melakukan kolaborasi? Kurasa itu akan menjadi hal yang sangat menakjubkan!" Aku hanya mampu menyimak pembicaraan YG Appa dan dua orang rekan kerjanya. Jujur, aku memang senang sekarang semua orang mengenalku bahkan ada banyak akun fanbase tentangku di jejaring sosial. Tapi kenapa rasanya masih ada yang kurang? Aku merasa belum sepenuhnya bahagia.
"Eum, sillyehamnida. Saya izin ke belakang sebentar." Izinku pada tiga orang penting di hadapanku ini. Heechul oppa yang melihatku segera izin untuk menyusulku. Kurasa ia amat mengerti dirku.

"Apakah makanannya tidak enak?" Heechul oppa sudah duduk di sebelahku, mengikuti langkahku menikmati pemandangan taman restoran ini dan melihat keindahan langit malam Kota Seoul.

"Ani. Aku– Oppa. Kenapa aku masih merasa kurang puas dengan keadaanku sekarang?" Kutatap dirinya yang sedang menengadah menatap langit.
"Kau bukan merasa kurang puas. Kau hanya merasa rindu." Aku terkejut dengan jawabannya.
"Kaupikir begitu?"
"Aku sudah sangat mengenalmu, Park Saehee. Aku bahkan mengerti apa yang kau tidak mengerti dari dirimu sendiri." Kali ini aku menunduk merenungkan ucapannya. Mungkin dia benar.
"Merindukuan seseorang itu memang tidak enak ya?" Kali ini aku sangat yakin bahwa ucapan Heechul oppa benar. Aku memang merindukan Kyungsoo. Sangat.
"Jika ingin menangis, menangislah! Tempat ini cukup sepi."
"Kaupikir aku akan semudah itu mengeluarkan air mata hanya demi seorang pria?" Kutatap dirinya dengan pandangan mengejek.
"Ah, ya! Aku lupa. Kau ini kan wonder woman." Timpalnya seraya tertawa lepas. Aku ikut mengeluarkan tawaku, tapi berbeda dengan hatiku. Aku sangat sedih sekarang.

'Saehee POV End'


'Heechul POV'


Aku sudah memutuskan untuk menemui Kyungsoo siang ini. Aku harus bicara padanya. Kasihan Saehee, aku tahu ia pasti sangat merindukan Kyungsoo.


"Bisakah aku bertemu dengan presdir?" Tanyaku pada resepsionis namun sedetik kemudian wajahnya berubah masam.

"Joisonghamnida. Presdir sedang ada meeting di luar kota. Apakah anda ingin menitip pesan?"
"Begitu rupanya. Baiklah. Jika dia sudah pulang katakan saja bahwa Kim Heechul mencarinya."
"Ye." Ah. Anak itu benar-benar menjadi super sibuk sekarang. Aku bahkan yang sudah setua ini kalah darinya. Jika terus begini bagaimana aku bisa berbicara padanya?

"Hyung! Sejak saham HD Entertainment menurun, aku jadi sangat jarang bertemu dengan adik sepupumu."

"Itu benar! Bagiamana kabarnya sekarang?"
"Terakhir kami bertemu dengannya adalah ketika ia mendapatkan gelar S1-nya." Ujar Chunji, Taemin, dan Tao bersamaan.
"Entahlah. Sejak kelulusan S1-nya aku juga sudah tidak pernah bertemu lagi dengannya. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya." Atau mungkin tidak ingin menemuiku dan teman-temannya lagi?
"Kau tidak mencoba bertanya pada Seungho hyung?" Lanjut Taemin.
"Sudah. Semua sudah kucoba tapi selalu saja ada alasannya. Seungho sendiri sekarang juga menjadi amat sibuk ditambah ia juga masih bekerja di tempat kerjanya sekarang."
"Apakah saham HD sudah ada kemajuan?"
"Kurasa belum. Terakhir aku mendengar kabar minggu lalu ada tiga trainee yang mengundurkan diri lagi." Aku merasa sangat prihatin sekarang terhadap keluarga Kyungsoo. Bahkan mereka sampai menjual mobil Seungho.
"Ah, kasihan Kyungsoo. Seandainya aku bisa membantu."

'Heechul POV End'


'Saehee POV'


Nanti sore akan ada festival kembang api. Kurasa sedikit menghibur diri dari jenuhnya pekerjaan tidak ada salahnya.


"Dohee-ah! Ayo kita beli permen kapas itu!" Aku dan Dohee merasa kembali menjadi seperti anak kecil. Banyak permainan dan berbagai hiburan di sini. Beberapa kali  kami juga dimintai tanda tangan serta foto bersama para penggemar. Yah, aku memang tidak terlalu digilai para fans seperti G-Dragon sunbae dan yang lainnya, tapi aku bersyukur, dengan begitu aku tidak perlu menggunakan penyamaran dan waspada terhadap fans fanatik.

"Saehee-ah, aku ingin ke toilet sebentar."
"Baiklah. Akan kutunggu di sini." Aku memerhatikan orang-orang yang berlalu lalang di sini. Kurasa ada seseorang yang duduk di sebelahku. Jinjja! Orang ini berisik sekali. Aku ingin pindah ke tempat lain tapi bagaimana jika Dohee mencariku? Di sini sangat penuh sesak.
"Iya! Aku mendengar beritanya dari Tao! Semenjak ayah Kyungsoo meninggal, saham HD Entertainment jadi menurun drastis. Kasihan Kyungsoo, dia jadi harus bekerja keras sekarang demi mengembalikan saham perusahaan ayahnya."
"Benarkah? Ah, sayang sekali namja setampan dia harus bangkrut. Tapi, kenapa berita kematian ayah Kyungsoo tidak ada di media massa?"
"Itu karena keluarga Kyungsoo menutupinya! Aku juga tidak tahu kenapa mereka melakukan itu. Tapi aku yakin cepat atau lambat berita kematian ayah Kyungsoo pasti akan tersebar di media." Kuteguk liurku sendiri mendengarkan pembicaraan dua orang berisik di sebelahku ini. Jadi itu sebabnya kenapa Kyungsoo selama ini sulit ditemui? Tapi kenapa dia harus menutupi semuanya?
"Dohee-ah! Ayo kita pulang!" Segera kutarik lengan Dohee begitu ia datang. Wajahnya tampak bingung tapi Kyungsoo lebih penting saat ini.


"Oppa! Katakan padaku! Apa yang aku tidak tahu?" Tanpa permisi kuhampiri Heechul oppa di Kona Beans. Pikiranku benar-benar kalut saat ini.

"Hey! Ada apa?" Tanyanya sembari tersenyum padaku.
"Apa yang kau tahu tentang Kyungsoo yang tidak kuketahui?" Kali ini wajah Heechul oppa berubah murung. Sudah kuduga!
"Kenapa kau tidak memberitahuku? Kenapa Kyungsoo juga menutupi masalah ini?"
"Duduklah! Aku akan menceritakan semuanya padamu." Kuturuti permintaannya dan segera memposisikan diriku pada kursi bar di sebelahnya. Heechul oppa menceritakan padaku semua tentang Kyungsoo. Tentang kematian ayahnya, tentang penurunan saham, dan masalah-masalah lainnya. Rasanya aku ingin menangis sekarang tapi aku tidak akan melakukan itu di depan umum. Bisa jadi masalah jika ada seorang paparazi yang melihatku sedang menangis di hadapan seorang pria.

"Oppa! Aku ingin membantunya." Ujarku lirih.

"Tapi bagaimana? Bertemu dengannya saja sulit."
"Aku bersedia keluar dari YG dan pindah ke HD."
"Mwo? Itu tidak mungkin! Sekarang ini kau sedang tenar-tenarnya. Semua orang mengidolakanmu!"
"Justru itu! Karena aku sedang naik daun, dengan aku bekerja pada HD Entertainment maka aku akan kembali menaikkan sahamnya."
"Tapi tidak semudah itu Park Saehee." Aku menatap Heechul oppa sedih. Apa yang harus kulakukan demi membantu Kyungsoo?
"Aku akan mencoba!" Dan tanpa permisi lagi aku meninggalkannya yang menatapku prihatin. Tekadku sudah bulat untuk menemui Kyungsoo malam ini.


"Camkkanmanyo! Tapi aku benar-benar harus bertemu dengan presdir sekarang juga."
"Tidak bisa nona! Presdir sedang tidak bisa ditemui sekarang."
"Baiklah! Aku akan menunggunya!" Dengan keras kepala aku berdebat dengan resepsionis menyebalkan ini dan akhirnya aku memutuskan untuk menunggu Kyungsoo di Lobby sampai ia datang. Aku tidak peduli harus berapa lama aku menunggu.

'Saehee POV End'

'Author POV'


Dua jam lamanya Saehee menunggu hingga tempat itu mulai sepi. Bahkan beberapa office boy sudah pulang tapi keinginan Saehee amat kuat untuk membantu Kyungsoo.


"Apakah gadis itu masih menungguku?"

"Ye, Daepyunim. Ia bersi keras."
"Aigoo. Baiklah." Kyungsoo menutup teleponnya seraya mengembuskan nafas kekesalan. Ia tidak bisa pulang jika Saehee masih saja berada di Lobby.
"Jinjja! Kenapa dia sangat keras kepala? Aku ingin pulang sekarang!" Kyungsoo mengacak-acak rambutnya frustrasi.
"AHA!!! Kenapa aku tidak lewat pintu belakang saja? Aish jinjja! Kenapa tidak dari tadi Do Kyungsoo?" Ia pun dengan segera merapihkan barang-barangnya dan dengan cepat ia keluar dari ruangannya menuju pintu yang menghubungkannya dengan basement.

Kyungsoo berjalan mengendap melewati punggung Lobby demi sampai ke pintu belakang. Akhirnya ia sudah berada di depan mobilnya sekarang. Dengan tersenyum kemenangan ia berjalan menuju kursi kemudi.


"Kukira kau lembur hari ini."

"ASTAGA!!" Kyungsoo hampir saja menjatuhkan kunci mobilnya melihat seorang yeoja dengan wajah berantakan sudah berada di belakangnya.
"Bagaimana kau bisa di sini?" Nada bicara Kyungsoo terdengar panik. Ia yakin sekali bahwa tadi ia melihat gadis ini tengah tertidur di Lobby.
"Kyung-ah. Aku ingin berbicara padamu."
"Aku tidak punya waktu." Dengan cepat Saehee mencegah lengan pria di hadapannya sebelum ia masuk ke dalam mobil.
"Lima menit. Hanya lima menit. Kita harus bicara."
"Kubilang aku tidak punya waktu. Menyingkirlah!" Dengan kasar Kyungsoo menepis tangan Saehee dan segera memasuki mobilnya.
"Kyungsoo nappa!!!!!" Gerutu Saehee yang sebenarnya tengah menahan tangisnya.

Saehee sudah seperti orang gila sekarang. Berjalan sendirian dengan keadaannya yang sudah sangat berantakan. Orang-orang tidak akan mengira bahwa ia adalah salah satu Hallyu Star.

"Cepat ikut aku!" Saehee sangat terkejut ketika seseorang menarik tangannya begitu saja. Gadis itu terpaksa mengikutinya berlari karena tangannya dicekram dengan kuat. 
"Heechul oppa?" 
"Ssttt!!!! Diamlah!" Orang yang ternyata adalah Heechul itu menarik Saehee agar lebih merapat padanya. Selama tiga menit mereka berdua bersembunyi di balik semak-semak. Menunggu seseorang yang sedari tadi mengincar Saehee agar segera pergi.

"Nah. Sudah aman." Heechul mengajak Saehee keluar dari persembunyian.

"Sebenarnya ada apa oppa menarikku dan mengajakku bersembunyi di sini tiba-tiba? Kau sangat mengejutkanku tadi."
"Kau lihat orang berbaju hitam tadi?" Saehee mengangguk pelan. 
"Jika kau sampai tertangkap kamera olehnya sedang berjalan seperti tadi, bisa-bisa besok semua orang akan melihat di media massa bahwa seorang pemain saxophone ternama -Park Saehee- telah menjadi gila. Kau mau seperti itu?" Saehee tertawa kecil menanggapinya.
"Kalau begitu sekarang biar kuantar kau pulang. Kaja!"


"Hyunsuk-ah. Apakah benar Saehee akan berkolaborasi dengan Jokwon 2am?" Kini Heechul tengah menghadap Hyunsuk di ruangannya yang sedang menjajal musik mentah untuk single terbaru 2NE1.

"Benar. Bahkan sekarang kami tengah membuat konsep untuk mereka. Ada apa?"
"Begini, aku– punya usul. Sebentar lagi musim semi. Biasanya akan ada banyak acara dan berbagai festival. Pasti akan sangat laris jika kau melakukan kolaborasi dengan berbagai penyanyi dari agensi-agensi lain." Hyunsuk tampak menimbang-nimbang seraya mengelus dagunya dengan jari telunjuk dan ibu jarinya.
"Bisa juga idemu. Akan kubicarakan dengan yang lain." Heechul tersenyum gembira. Tidak sabar menanti hari itu akan tiba.


"Annyeong Saehee."

"Heechul oppa! Ada apa kemari?"
"Hari ini aku hanya ingin mengajakmu ke Kona Beans. Kau akan sangat sibuk nanti untuk mempersiapkan kolaborasimu. Jadi sebelum kau tidak dapat menikmati bersantai akan kuajak kau menikmati macchiato ala Kona Beans."
"Wah, gomawo oppa!"

Dengan wajah gembira yang ia paksakan, Saehee berjalan memasuki pintu Kona Beans bersama Heechul di sebelahnya. Di dalam, Chunji dan kawan-kawannya sudah menunggu kehadiran temannya yang satu ini.


"Park Saehee!"

"Hey!" Mereka semua saling berpelukan. Saehee seakan melupakan kesedihannya ketika bertemu kembali dengan teman-temannya.
"Wah! Saehee! Kau makin cantik!"
"Dan kau makin bergaya sekarang!" Berbagai celotehan terlontar dari mulut mereka tak terkecuali Jaedong yang biasanya tidak banyak bicara.
"Hey! Mana kekasihmu, Jae-ah?" Saehee menyadari bahwa sedari tadi ia tidak melihat Sanjin, sahabatnya yang paling ia cintai.
"Tadi sedang ke kamar mandi. Ah, itu dia!"
"AARGHHH!!!! PARK SAEHEE!!!!" Sanjin dengan begitu saja berlari memeluk Saehee, membuat pengunjung lain yang tadinya tidak menyadari bahwa ada seorang bintang di Kona Beans menjadi menoleh ke arah mereka. Beberapa dari pengunjung ada yang berkasak-kusuk melihat Saehee. Mungkin penggemar?

"Sanjin-ah! Nan neomu neomu neomu beogoshippeo!"

"Nado! Ah, astaga! Kau bahkan berubah menjadi seorang putri yang cantik sekarang!" Sanjin tampak takjub seraya memutar-mutar tubuh Saehee dan memerhatikan sahabatnya itu dari kepala sampai kaki.
"Wah, bagaimana kabarmu sekarang? Pasti senang ya dikenal banyak orang."
"Ah, kau berlebihan." Akhirnya siang itu diisi dengan berbagai cerita pengalaman mereka masing-masing. Bahkan minuman mereka sampai dingin saking asyiknya mengobrol.

"Tao. Apakah hanya aku yang tidak mengetahui tentang berita kematian ayah Kyungsoo?" Setelah dirasa semuanya sudah puas saling melepas rindu, sekaranglah saatnya membicarakan hal ini pada sahabat-sahabat Kyungsoo.

"Kau? Tahu?" Tao memekik tak percaya dengan pertanyaan Saehee.
"Sudahlah! Cukup katakan yang sebenarnya padaku." Tao menundukkan kepalanya sebelum menjawab. "Mianhae. Kyungsoo melarang kami untuk memberi tahu yang lain termausk kau. Aku juga tidak tahu kenapa. Tapi ternyata kau tahu ya?" Tao tertawa hambar demi mencairkan keadaan yang mulai terasa kaku baginya.
"Kemarin saat festival kembang api ada dua yeoja yang membicarakan tentang Kyungsoo dan kudengar kau yang menceritakan itu semua padanya." Lagi-lagi Tao tertawa hambar, kali ini dengan menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Kau jahat! Kenapa tidak memberitahuku? Malah memberitahu yeoja itu."
"Mianhae, Saehee-ah! Kyungsoo benar-benar melarangku memebritahukan ini padamu. Sekali lagi maafkan aku." Saehee mengembuskan nafas panjang.
"Sekarang aku bingung harus membantunya bagaimana."
"Ah, jagiya~" seseorang memasuki pintu Kona Beans lalu Taemin menghampirinya kemudian mengecup kening gadis itu.
"Kenapa lama sekali? Kami sudah di sini sejak dua jam yang lalu."
"Mianhae, Taeminnie~ Tadi aku benar-benar sibuk." Saehee membelalakkan matanya melihat siapa yeoja yang dirangkul Taemin itu. "Miyoon eonni??" Pekiknya. Miyoon menoleh lalu tersenyum lebar. "Park Saehee!!!"

Miyoon melepas rangkulan Taemin di bahunya dan berjalan cepat memeluk Saehee.

"Eonni? Kau dan Taemin..." Miyoon menatap Taemin yang berdiri di belakangnya seraya tersenyum.
"Kami akan bertunangan."
"Waahhhh cepat sekali, eonni!" Pekik Saehee tak percaya. Taemin yang ia kenal dulu adalah seorang yang kekanak-kanakan dan penggemar berat banana milk. Tapi Taemin yang sekarang ia lihat adalah Taemin seorang editor majalah ternama yang sukses dan seorang yang sudah dewasa. Benar-benar drastis.
"Wah, aku benar-benar takjub padamu Taemin-ah! Kau bisa meluluhkan hati seorang Kang Miyoon!" Ujar Saehee kagum. Taemin tersenyum lalu kembali merangkul calon tunangannya itu.
"Tentu saja! Apapun akan kulakukan demi Miyoon Manajer."
"Ah, sepertinya di sini hanya aku yang tidak punya pasangan ya?" Lanjut Saehee sembari menatap teman-temannya yang sedang duduk berpasang-pasangan dengan kekasih masing-masing. Sungmin yang sedang membantu Jinhae membuat pesanan sekaligus mencari 'kesempatan', Jaedong dengan Sanjin, Kyuhyun dengan Ilsun, Chunji dengan Mai, dan sekarang bahkan Saehee melihat Tao yang tadi baru saja mengobrol bersamanya sudah berbalik menghadap Yoojin yang juga tengah membuat pesanan.
"Ah, bahagianya."
"Kau melupakan Heechul hyung? Sampai sekarang bahkan ia tidak pernah terdengar dekat dengan yeoja mana pun." Tambah Taemin.
"Hahaha. Kau benar." Dan seketika pikiran Saehee melayang kembali pada Kyungsoo.

Sebelum kembali pulang, Ilsun dan Mai berjalan menghampiri Saehee.

"Annyeong Park Saehee." Sapa Ilsun.
"Oh, annyeong." Balas Saehee kaku.
"Selamat ya! Kau beruntung sekali bisa menjadi musisi didikan YG. Aku sangat iri padamu!"
"Ya! Ilsun benar! Aku tidak akan menyerah untuk menyaingimu Saehee-ah!" Mereka bertiga pun tertawa bersama.
"Maaf ya dulu aku sering mencelakaimu."
"Aku juga."
"Ah, aku sudah melupakan hal itu. Tenang saja."
"Omong-omong, bagiamana kabarmu dengan Kyungsoo oppa?" Pertanyaan Ilsun telak membuat hati Saehee seakan teriris belati tajam. Ia menjawabnya dengan tersenyum tipis.
"Aku tidak pernah bertemu dengannya."
"Sayang sekali. Kalian sama-sama sibuk sampai tidak bisa bertemu satu sama lain." Tambah Mai yang justru membuat hati Saehee bertambah sedih.

Akhirnya acara 'temu kangen' pun berakhir. Heehul dan Saehee bersama-sama pulang menuju apartemen Saehee.

"Saehee-ah, lima bulan lagi aku akan kembali ke Indonesia."
"Mwo? Kenapa cepat sekali oppa?"
"Apa katamu? Itu waktu yang sangat lama Park Saehee! Aku tidak bisa terus-terusan cuti kuliah! Kapan aku akan mendapat gelar S3-ku jika tidak segera kembali?" Saehee mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban Heechul.
"Lalu siapa yang akan menemaniku di sini?"
"Lalu teman-temanmu itu kau anggap apa?"

Setelah lama di perjalan, mereka pun sampai di apartemen Saehee. Karena masih ada urusan Heechul pun segera kembali pulang ke rumahnya tanpa sekadar menikamati orange juice buatan Saehee terlebih dahulu.



Akhirnya setelah tiga setengah bulan lamanya, Saehee sekarang sudah selesai melakukan konser kolaborasinya bersama Jokwon. Namun kesibukannya belum berakhir. Malam ini Hyunsuk mengajak Saehee sebagai perwakilan dari YG juga ditemani oleh Heechul untuk menemui beberapa pemilik agensi entertainment yang lain untuk membicarakan masalah usulan Heechul beberapa bulan lalu mengenai kolaborasi antar agensi menjelang musim semi.


"Hei! Anak gadis harus duduk yang manis!" Hyunsuk mengingatkan posisi duduk Saehee. Gadis itu hanya menunjukkan deretan gigi putihnya seraya membenarkan posisinya. Mereka bertiga tengah menunggu rekan Hyunsuk yang lain di sebuah restoran papan atas di Seoul.


"Ah! Itu mereka datang. Annyeonghaseyo." Baru saja Saehee berdiri demi menyambut rekan Hyunsuk, ia sudah dibuat terkejut. Ternyata Kyungsoo adalah salah satu rekannya yang akan diajak bekerjasama. Keduanya tertegun. Mata mereka saling bertemu. Saehee seolah kehilanagn kata-katanya ketika bertemu kembali dengan pria yang telah lama ia rindukan ini. Tersadar, Kyungsoo pun menghentikan kegiatan tatap menatapnya dan duduk di hadapan mereka bertiga.

"Oh, maaf Tuan Yang. Aku hampir lupa memperkenalkan anda. Ini adalah sekretarisku, Hong Jisub." Ujar Kyungsoo memperkenalkan yeoja yang sedari tadi ia bawa pada Hyunsuk.
"Dan sekaligus calon tunangannya." Seakan ada ribuan anak panah yang menusuk hati Saehee ketika mendengar kelanjutan kalimat yeoja bernama Jisub tersebut. Tenggorokannya terasa mulai mengering seolah semua cairan yang ada di dalamnya berpindah menuju ke dalam kelopak matanya. Tapi ia tidak boleh menangis di sini.
"Ah, jadi ini kekasih Tuan Do? Anda sangat cantik."
"Kamsahamnida Tuan Yang."
"Ah iya, apakah aku perlu memperkenalkan dia?" Hyunsuk melihat ke arah Saehee yang sedang mati-matian menahan air matanya juga Heechul.
"Oh, kau jangan bercanda! Kami berdua bahkan sudah lebih dari kenal." Jawab Heechul seraya tertawa bersama Kyungsoo yang sebenarnya bertujuan untuk mencairkan suasana tidak nyaman di tempat itu.

Selama menikmati makan malam, Jisub terus memperlakukan Kyungsoo layaknya suaminya sendiri dan hal itu benar-benar membuat hati Saehee menjadi amat sedih. Untuk mengalihkan perhatiannya, Heechul sesekali mengambil makanan lain lalu ia letakkan di atas piring Saehee.


"Oppa! Makananku bahkan belum habis! Kenapa terus kautambahi?" Gerutu Saehee kesal.

"Ah, sayang jika kau tidak mencoba semua makanan ini! Kau harus mencicipinya!" Saehee hanya menatap Heechul horor.
"Eiyy, tunggu! Ada nasi di pipimu." Heechul dengan gerakan lambat mengusap pipi kiri Saehee. Kyungsoo yang melihatnya tanpa sadar telah mengiris dagingnya dengan sangat kasar. Hatinya sangat panas sekarang.
"Kyungsoo-ah! Pelan-pelan! Tanganmu bisa terluka." Jisub memeringati tapi tak dihiraukannya.
"YG Appa! Lihatlah kelakuan sahabatmu ini! Bagaimana aku bisa diet jika dia terus menjejaliku dengan banyak makanan ini?" Adu Saehee lalu dengan wajah kesalnya ia pamit untuk pergi ke toilet.
"Aigoo, begitu saja marah. Aku kan hanya ingin berbuat baik."
"Ah, maafkan dia. Anak itu memang kadang-kadang suka sembarangan." Ujar Hyunsuk pada tiga orang rekan di hadapannya.
"Eum, maaf. Sepertinya aku juga harus pergi ke toilet." Kyungsoo pun dengan langkah cepat berjalan keluar dari ruang makan VIP mereka.

Bukannya ke toilet Saehee justru duduk di sebuah bangku panjang yang terletak di taman bermain yang berada di restoran itu. Hari sudah malam jadi tidak banyak anak-anak yang bermain di sana.


Sesekali gadis itu mengembuskan nafas demi menahan air matanya sambil memegang dadanya yang terasa sakit.


"Jangan berpura-pura kuat!" Saehee dikejutkan oleh sebuah suara yang amat ia kenal. Ia menoleh dan mendapati Kyungsoo sudah berada di sampingnya membawa dua kaleng coke. Saehee tak menanggapi apa pun namun Kyungsoo justru memberikan satu coke-nya pada Saehee.

"Gomawo."
"Sudah kubilang jangan berpura-pura kuat!" Ulanganya. Kali ini dengan sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Maafkan aku." Ucap keduanya bersamaan lalu mereka kembali saling berpandangan.
"Maafkan aku, karena telah membuatmu khawatir dan bersedih." Lanjut Kyungsoo. Saehee menatapnya tak –pura-pura– mengerti.
"Kenapa kau berpikir seperti itu?"
"Aku tahu kau selalu mengkhawatirkanku dan kau– juga pasti sedih melihatku dengan Jisub."
"Tch... percaya dirimu sangat tinggi Tuan Do."
"Jika tidak, lalu kenapa waktu itu kau ingin membantuku dengan rela keluar dari YG dan lebih memilih ikut denganku yang masih terbilang agensi kecil ini? Hm?" Kali ini Kyungsoo menatap gadis di sebelahnya lekat.
"Itu.. karena–"
"Apa?"
"Karena–"
"Kau mencintaiku kan?" Saehee menundukkan kepalanya dalam untuk menutupi kegugupannya. Ucapan Kyungsoo memang benar, tapi mana mungkin Saehee akan mengakuinya?
"Yang lain sudah menunggu." Sehee segera berdiri bersiap-siap akan kembali masuk ke dalam dan pada saat itu juga Kyungsoo menahan tangannya tapi Saehee sanggup melepasnya paksa dan segera berjalan memasuki restoran kembali.

Sejak kejadian itu hari-hari Saehee jadi bertambah buruk. Apa pun yang ia lakukan selalu salah. Ia tidak dapat berpikir jernih. Pikirannya selalu melayang pada Kyungsoo. Belum lagi kabar bahwa Kyungsoo akan segera melamar Jisub, itu semakin membuatnya kalut.


"Jisub-ah! Kakekmu bahkan sudah tidak memaksaku lagi untuk menikahimu! Kenapa kau begitu keras kepala?" Nada bicara Kyungsoo terdengar sedikit berteriak.

"Kyungsoo-ah! Tapi kau tidak bisa menghentikan ini! Aku hanya ingin menikah denganmu! Bahkan aku telah memesan gaun pengantin."
"Itu salahmu sendiri. Aku belum mengatakan setuju tapi kau sudah bertindak sejauh ini! Aku tidak mau menanggung semua biaya yang sudah kauperbuat!"
"Apakah kau punya yeoja lain?"
"Tidak! Tapi aku menyukai yeoja lain dan kau tidak bisa melarangku lagi karena keputusanku untuk menikahinya sudah bulat!"
"Tapi Kyung.."
"Akan kubatalkan semua rencana kita!" Kyungsoo berlalu dari hadapan Jisub tanpa menghiraukan tangisan gadis itu.

Di tempat latihan, lagi-lagi Saehee membuat kesalahan. Han Sunbae sudah sangat sabar dari kemarin menghadapi tingkah laku hoobae-nya ini.

"Ayolah, Park Saehee! Ada apa denganmu? Kau harus serius demi kolaborasi besar kita nanti!" Ujar Han yang sudah amat frustrasi dengan gadis di depannya ini.
"Maaf."
"Aisshhh kau bahkan sudah dua kali menjatuhi kakiku dengan saxophone berat ini! Ayo latihan lagi! Kali ini yang serius!"
"Ne, sunbaenim. Mianhaeyo." Jawab Saehee lemah dan ia kembali meniup saxophone-nya.

Seseorang sudah menunggu Saehee di bawah sampai ia harus melawan dinginnya malam Kota Seoul.

"Park Saehee, neo eodisseo?" Gumamnya seraya menggosokkan kedua telapak tangannya.

Di tempat lain, gadis yang ia tunggu-tunggu justru sedang menikmati kopi panasnya di meja pantry.

"Oh masih ada Nona Saehee rupanya." Pekik salah seorang office boy yang berniat mengambil segelas air putih.
"Jun-ah. Jika kau suka dengan seseorang tapi ternyata orang itu akan menikah, apa yang akan kaulakukan?" Tanya Saehee yang membuat office boy bernama Jun itu menghentikan kegiatan mengambil air mineralnya.
"Ah, jika orang yang kusuka itu juga menyukaiku maka aku akan mengejarnya. bahkan akan kuhentikan pernikahannya." Jawab Jun lantang.
"Memangnya kenapa, Nona?"
"Eum, ani. Hanya ingin tahu." Setelah puas menenangkan diri di pantry, Saehee pun akhirnya memutuskan untuk pulang. Min masih berada di luar kota bersama girl bandnya jadi ia sendiri sekarang di apartemen.

Saehee amat terkejut ketika melihat seseorang yang amat ia kenal tengah tertidur di kursi security dengan menyedekapkan kedua tangannya di dada.

"Omo! Kyungsoo? Apa yang dia lakukan di sini?" Saehee menyentuh wajah Kyungsoo.
"Astaga! Dingin sekali. Aigoo, sebenarnya apa sih yang dia pikirkan? Ya! Kyungsoo-ya! Ireona! Ya!" Saehee mengguncang tubuh Kyungsoo tapi tidak juga ada respon.
"Aigoo apa yang harus kulakukan sekarang?"
"Bawa aku ke apartemenmu." Tiba-tiba saja sebuah kalimat terlontar dari bibir Kyungsoo yang masih memejamkan matanya dan hal itu membuat Saehee terkejut.
"Ya! Kau tidak tidur? Apa yang kau lakukan di sini? Sana pulang! Di sini dingin!"
"Kubilang bawa aku ke apartemenmu!"
"Kau gila? Bisa mati aku jika tertangkap paparazi membawa seorang pria ke apartemenku."
"Kalau begitu aku tidak akan pulang."
"Yasudah kalau kau mau mati membeku di sini. Aku mau pulang!" Saehee melenggang pergi begitu saja meninggalkan Kyungsoo yang sudah dongkol. Pria itu pun bangun dan mengikuti Saehee di belakang.


"OMONA! Kau menguntitku?" Pekik Saehee ketika ia sudah sampai di depan apartemennya. Pria yang dilihatnya hanya tersenyum memamerkan gigi-giginya. Saehee segera melihat ke kanan dan ke kiri setelah dirasa aman ia segera menarik Kyungsoo masuk.

"Kau sudah gila? Untung saja tidak ada yang melihat!" Cerca Saehee setelah mereka berdua sudah berada di dalam.
"Maka dari itu aku mengikutimu supaya orang-orang tidak mengira bahwa kita saling kenal."
"Ah, dasar keras kepala! Sebenarnya apa yang kau inginkan?"
"Aku ingin kau membuatkanku Hot Cocoa."
"Mwo? Hanya ingin meminum Hot Cocoa kau sampai datang ke apartemenku? Kau orang gila! Kau bisa meminta secara cuma-cuma pada hyungmu itu!"
"Tapi aku ingin kau yang buat." Saehee menatap namja di depannya horor. Lalu dengan terpaksa ia berjalan menuju dapur untuk membuatkan 'pesanan' Kyungsoo.
"Tch, dia kira aku ini pelayannya? Rasakan saja Hot Cocoa 'spesial' buatanku, namja manis!" Seringaian tampak di wajah berlesung pipi Saehee.
"Ini pesananmu." Ujar Saehee semanis mungkin seraya menyerahkan segelas hot cocoa pada Kyungsoo.
"Ah, gomawo." Tanpa basa-basi Kyungsoo langsung meneguk hot cocoa buatan Saehee tanpa curiga sedikit pun.
"Massitta?" Wajah Kyungsoo mulai berubah. Rongga hidungnya membesar.
"Haishh... hot cocoa macam apa ini? Kenapa.... shhhh pedas sekali?" Kyungsoo mengibas-ibaskan tangannya di depan lidhanya.
"Pedas? Ah, jinjja! Kurasa aku tidak sengaja memasukkan washabi ke dalamnya." Jawab Saehee santai seraya tertawa puas.
"MWO? Kau gila!!!" Dengan Panik Kyungsoo berlari ke arah dapur dan mencari air dingin.
"Hahahaha! Rasakan itu makhluk keras kepala!"


Ini sudah seminggu lebih Kyungsoo selalu mengganggu hari-hari tenang Saehee. Gadis itu memang cukup senang, tapi jika ia teringat bahwa Kyungsoo akan menikah ia akan kembali bersedih dan tidak berani terlalu berharap pada pria itu.


Hari ini adalah hari ulang tahun Saehee dan ini adalah kesempatan baginya untuk dapat mengundang seluruh teman-temannya. Tadinya Saehee berniat tidak ingin mengundang Kyungsoo ke pesta ulang tahunnya, tapi karena bujukan dari Sanjin akhirnya gadis itu mau mengundang Kyungsoo.


"Wah, pestamu ini meriah sekali."

"Benar! Omong-omong dari tadi aku belum melihat Kyungsoo, di mana dia?"
"Entahlah." Jawab Saehee acuh terhadap Miyoon dan Taemin.
"Saehee-ah, sebenarnya bagaimana perasaanmu terhadapnya?"
"Mwo? Nugu?"
"Kyungsoo. Apakah kau menyukainya?" Lanjut Miyoon.
"Aniya. Aku tidak menyukainya. Lagi pula kan ia akan menikah."
"Hey!!! Ada yang terjebak di balkon!!!!!" Teriak seseorang tiba-tiba dan hal itu membuat semua orang panik dan segera melihat ke tempat kejadian tak terkecuali Saehee sang pemilik acara.

"Astaga! Itu Kyungsoo!"

"Bagaimana ia bisa berada di sana?" Mendengar berbagai pekikan dari orang-orang tentang Kyungsoo membuat Saehee bertambah penasaran serta panik. Dilihatnya sebelah tangan Kyungsoo yang sudah berpegangan pada tiang balkon.
"Argh! Tolong aku!" Teriaknya yang membuat semuanya menjadi panik. Tangan Kyungsoo sudah tidak dapat menahan lagi karena tiang balkon yang licin dan akhirnya dengan naasnya Kyungsoo terjatuh ke bawah.
"AAAARRGHHHH!!!!"
"KYUNGSOO!!!!!" Teriak Saehee yang panik dan ia pun segera berlari ke bawah menghampiri tubuh Kyungsoo yang sudah tak sadarkan diri.
"Kyungsoo-ah! Ya! Do Kyungsoo! Ireona!" Kali ini Saehee sudah tidak dapat menahan air matanya lagi. Ia bersimpuh memangku kepala Kyungsoo.
"Kyungsoo-ya! Jebal ireona!" Saehee memeluk kepala Kyungsoo yang sudah memejamkan matanya.
"Nan... jeongmal saranghaeyo." Setetes air mata Saehee jatuh membasahi wajah Kyungsoo lalu sedetik kemudian mata itu terbuka membuat Saehee terbelalak kaget.
"Jeongmal?" Bahkan wajah itu kini tersenyum sumringah.
"Ya! Kau pura-pura?" Bentak Saehee antara kaget dan malu. Kyungsoo terkekeh pelan kemudian ia mendudukkan dirinya.
"Lihatlah ke atas!" Saehee pun menuruti ucapan Kyungsoo dan yang ia lihat sekarang adalah teman-temannya yang sedang  membawa kain besar bertuliskan 'Will You Be Mine?' serta kembang api indah yang meledak-ledak di langit. Mata Saehee berbinar. Sebuah tangan melingkari tubuhnya. Saehee menoleh dengan wajah harunya.
"Will you?" Ucap Kyungsoo. 
"Tapi... bukankah kau? Jisub?" Jawab Saehee terbata tak sanggup berkata-kata.
"Itu sudah berakhir." Saehee tersenyum bahagia dan ia pun mengangguk lalu memeluk Kyungsoo erat. Semua teman-temannya yang berada di atas menyoraki mereka berdua.
"Sekarang yang boleh kau panggil oppa hanya aku! Arasseo?"
"Ne! Kyungsoo oppa!"
"WOHOOOOOO!!!!!!" Sorakan teman-teman mereka bertambah kencang. Mereka bahkan menumpahkan seember kelopak bunga pada kedua sejoli itu.
"Akhirnya rencanaku berhasil." Heechul sudah berada di hadapan mereka berdua dengan membawa sebuket bunga di tangannya.
"Hyung?"
"Selamat ya! Kuharap hubungan kalian akan terus berjalan sampai kakek nenek." Heechul menyerahkan buket bunga itu pada Saehee.
"Gomawo hyung!"
"Ya! Do Kyungsoo! Park Saehee! Kalian harus berterimakasih pada Heechul hyung! Dialah Dewa Cupid kalian!" Teriak Tao dari atas. Kyungsoo mengernyit bingung.
"Mwo?"
"Jika dia tidak mengusulkan pada Yang Hyunsuk untuk mengadakan kolaborasi antar agensi, kalian tidak mungkin bertemu lagi!" Lanjut Chunji. Kyungsoo dan Saehee menatap Heechul tak percaya.
"Hyung... tapi, kupikir kau–"
"Ani! Aku tidak pernah menyukai Saehee. Selama ini aku mendekatinya karena aku ingin menyatukan kalian. Aku gemas sekali, kalian itu seperti Tom & Jerry. Jadi kenapa tidak kujodohkan saja kalian?" Saehee dan Kyungsoo tersenyum bersamaan.
"Lagi pula aku juga harus segera kembali ke Indonesia besok untuk menemui tunanganku." Lanjut Heechul.
"Mwo? Hyung, kau punya tunangan?"
"Tentu saja! Maka dari itu tidak mungkin kan aku menyukai Saehee?" Semua tertawa mendengar jawaban Heechul.

Sekarang semuanya kembali seperti dulu lagi namun perbedaannya kali ini sudah dengan memiliki pasangan masing-masing. Dan sekarang saatnya mereka semua bersulang.


"Hot Cocoa ini kuberikan kepada Tuan Do Kyungsoo." Ujar Saehee setengah bergurau seraya memberikan segelas Hot Cocoa pada kekasihnya itu.

"Dan Macchiato ini kupersembahkan untuk Nona Park Saehee yang paling kucinta."
"WOHOOOO!!!!" Semua kembali bersorak ketika mereka berdua saling bertukar minuman.
"Putriku memang sudah dewasa ya?"
"Eomma??" Pekik Saehee ketika menyadari si pemilik suara itu. Saehee begitu saja berlari memeluk ibu satu-satunya itu.
"Eomma.."
"Saengil cukha nae ttal." Saehee kembali memeluk ibunya dan aksi dramatis itu disaksikan oleh semua teman-temannya

Mereka semua mulai menari di lantai dansa. Semua tampak bahagia. Bahkan Seungho, Taehyun, dan juga Sunghee juga tururt hadir dalam pesta ulang tahun Saehee.


Kyungsoo menggenggam tangan Saehee erat. Kaki mereka beriringan dengan lagu dansa yang diputar. Suasana romantis mulai menyelimuti mereka semua.


"Park Saehee.."

"Ne?"
"Be Mine! Jadilah milikku!"
"Selamanya.. Do Kyungsoo."


-THE END-



________________________________________________________________________

Mian judul dan ceritanya nggak nyambung. (--)v