Blog featuring asian fanfiction and etc.

Friday 18 November 2011

The Boy

Author : Pepita Karina
Title : The Boy
Cast : -Lee Jeongmin (Boyfriend)
          -Kim Minseo as You
          -Luna f(x)
          -Henry Lau (Super Junior)
Rating : G
Genre : Romance
Category : Oneshoot
__________________________________________________

Inspired by TRUE STORY
________________________________________________________________________
'Minseo POV'

"Luna-ya! kumohon! kenalkan aku padanya!" sekali lagi, aku menggoncang tubuh Luna, sahabatku
"Minseo-ah! itu sangat sulit! dia itu namja yang dingin! aku tidak bisa menjamin kalau dia akan menyukaimu" hatiku serasa layu tak pernah disiram setelah mendengar apa yang di ucapkan Luna. Lee Jeongmin. Namja yang telah membuatku gila ketika pertama kali melihatnya. Dia adalah teman Henry, pacar Luna. Oh.. tuhan! namja itu benar-benar perfect! wajahnya imut, rambutnya keriting seperti bulu domba (?), benar-benar keren! dan satu lagi yang memenuhi syarat pria sempurna, ayahnya adalah pengusaha ekspor minyak bumi kelas kakap di Korea selatan (apa deh).

Besok aku akan menemani Luna menemui Henry di tempat bermain skate board sepulang sekolah. Bukan Henry yang bermain skate, tapi Jeongmin. Aku selalu bersemangat jika disuruh menemani Luna bertemu pacarnya itu karena berarti aku juga akan bertemu Jeongmin.

"Yaaa my jagi .. akhirnya kau datang" seru Henry ketika melihat ku dan Luna datang. Seperti biasa, ketika bertemu mereka selalu melakukan kiss peck. Huhh.. sok bule! membuatku iri saja!
"kau mengajak Minseo juga?" tanya Henry sembari merangkul Luna
"ne.. oh iya jagi, aku membawakan makanan untukmu" Luna menyerahkan kotak makanan pada Henry
"waaa gomawo jagiya.. kau memang yeoja ku yang paling baik" Henry mencium kening Luna singkat
"yeoja mu yang paling baik? berarti kau punya yeoja lain selain Luna?" seru ku dengan menekankan kata 'paling'
"mwo? jelas tidak! kau ini sembarangan saja!" gerutu Henry
"iya! kau ini! aku itu yeoja satu-satunya Henry tau!" tambah Luna
"ne..ne, aku kan cuma bercanda" tatapanku kini beralih pada seorang namja yang dengan lihainya bermain diatas papan skate. Mataku berbinar-binar melihatnya
"Lee Jeongmin.." gumamku tiba-tiba yang hampir tidak terdengar
"Henry-ah! nanti aku mau ke kantor appa ku. Antar aku ya" tiba-tiba saja Jeongmin datang dan mengambil handuk kecil untuk menyeka keringatnya
"untuk apa? tumben sekali ke kantor appa-mu?" tanya Henry
"aku mau minta uang!" jawabnya enteng. Aku baru tau kalau dia itu namja yang manja. Ahhh tapi biarkan, yang penting aku menyukainya. Tak peduli dia manja, dia pelit, dia boros, cinta itu buta.
"eh, kau Kim Minseo kan?" tanya nya tiba-tiba yang membuatku terbelalak. Dia tau namaku? tuhan.. mimpi apa aku semalam?
"ohh... ne.." jawabku yang masih terpesona melihatnya dengan keringat yang bercucuran seperti itu
"hari ini kita jalan-jalan yuk" ajak Luna
"kemana? tumben kau mengajak jalan-jalan?" tanya Henry
"kemana saja... ke mall atau melihat pemandangan. ayolahhh"
"mm... boleh juga" Henry memasukan handphone nya kedalam saku celananya
"tapi aku tidak ikut ya" sahut Jeongmin tiba-tiba
"wae?"
"aku sedang malas"
"ayolahh, jangan malas! kita akan bersenang-senang hari ini!" rengek Henry
"tapi aku..."
"sudah!! ikut saja dengan kami! kau tidak akan menyesal!" belum selesai Jeongmin bicara, Henry sudah menggeretnya menuju motor mereka. Meskipun orang kaya, tapi Jeongmin tidak mau menggunakan mobil karena saat macet dia tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi biar tetap terlihat cool dia memilih menggunakan motor ninja nya kemana-mana.

"Loh.. Luna-ya! kalau kau digoncengi Henry, aku bagaimana?" tanyaku saat melihat Luna menaiki motor Henry
"tentu saja kau dengannya" jawab Luna sambil menunjuk Jeongmin yang sedang berjalan kearah kami
"ne, kau digoncengi Jeongmin. Jeongmin kan bawa motor" tambah Henry yang sudah siap dengan helmnya
"ne.. nanti kau menyusul ya dengan Jeongmin... annyeong" Luna melambaikan tangannya padaku dan langsung pergi dengan Henry
"Ya!! Ya!!!! Luna!!! aishhh" bagaimana ini? aku memang senang digoncengi oleh Jeongmin, tapi disisi lain aku sangat gugup! ahhh eottohke???
"ayo naik!" Jeongmin ternyata sudah siap dengan helmnya yang berada diatas motor ninja nya
"ah? ohh ne" dengan ragu, aku pun menaiki motornya
"sudah siap?" tanyanya
"ne.." jawabku
"pegangan ya" aku pun memegang sisa jok belakangku. Mana mungkin aku frontal memegang pinggangnya!

Aroma parfumnya sangat menyengat hidungku karena jarak kami yang memang hanya beberapa centi. Ahh... sepertinya aku akan merindukan bau ini.

'Minseo POV end'

'Author POV'

Setelah mampir ke kantor appa Jeongmin, Minseo dan Jeongmin menyusul Luna dan Henry di sebuah club. Omona, ke club? Minseo baru pertama kali memasuki club seperti ini! apa yang ada di pikiran mereka semua? mereka bahkan masih sekolah

'Author POV end'

'Minseo POV'

Apa ini? mereka mengajakku pergi ke club? apa mereka sudah gila? kami bahkan belum lulus SMA!

"club?" gumamku ketika sudah sampai disebuah club malam sambil turun dari motor
"ne. ayo masuk" ajak Jeongmin
"ahh aku tidak tau! aku belum pernah ke club sebelumnya!"
"mwo? kau belum pernah ke club? hah, kau pasti bercanda!" ejeknya
"sungguh! aku belum pernah!"
Jeongmin terlihat kaget mendengar pengakuanku
"kalau begitu kau harus masuk sekarang"
"ahh andwae! aku takut"
"apa yang kau takuti? tidak ada yang perlu di takuti!"
aku pun menyerah dan mengikutinya masuk kedalam dengan hati-hati. Ruangan yang gelap. Hanya ada lampu disko didalam dan juga musik yang keras. Bau rokok dan alkohol dimana-mana! banyak yeoja berpakaian sexy dan menggoda para namja yang datang kemari. Aku juga melihat banyak tontonan disini yang tidak seharusnya dilihat oleh anak dibawah umur. Aku bahkan kaget ketika ada dua orang yeoja berpakaian sexy merangkul Jeongmin dan menggodanya. Sungguh, aku benci tempat ini! Jujur saja! aku agak panas ketika melihat yeoja-yeoja itu menggoda Jeongmin! rasanya ingin ku tendang mereka sampai keluar jendela!

"Ayolah bermain bersama kami!" rayu yeoja yang mengenakan mini dress merah
"ahh maaf! aku tidak bisa" tolak Jeongmin. Haha! aku tertawa puas melihat yeoja-yeoja itu di tolak oleh Jeongmin. Kami pun berjalan menyusuri tempat laknat ini mencari Luna dan Henry. Ketemu! kenapa mereka mencari tempat duduk di pojokan seperti itu? gelap pula!

"Ya! Henry!" panggil Jeongmin dan kami pun berjalan menuju ke arah Henry dan Luna
"apa yang sudah kau lakukan dengan Luna?" ejek Jeongmin
"aku tidak melakukan apa-apa!"
"tidak mungkin kalian tidak melakukan apa-apa!"
"sungguh! aku tidak melakukan apa-apa!"
"iya! kami tidak melakukan apa-apa!" tambah Luna
"isshhh kalian ngapain sih kesini? memang tidak ada tempat lain yang bisa dikunjungi?" tanyaku sambil menaikan nada bicaraku, aku mulai geram
"Minseo-ah! kau harus mencoba kesini! kau belum pernah kesini kan?" Luna tersenyum evil padaku. Sepertinya dia sudah sedikit mabuk karena nada bicaranya yang agak sempoyongan. Karena aku tidak suka mabuk-mabukan, jadi a ku hanya melihat chingudeul ku yang sudah pada mabuk termasuk Jeongmin.
"asshhh aku tidak suka tempat ini! aku mau pulang saja!" ketika aku mau berjalan keluar, seorang namja menabrakku hingga minumannya tumpah dikemejaku
"aisshhh!!!" gerutuku melihat kemejaku yang kotor
"ohh joisonghamnida" kata namja itu. Tiba-tiba saja Jeongmin memukul keras namja itu
"ya! apa yang kau lakukan padanya? kau sudah gila? kau tidak tau siapa dia? dia adalah yeoja chingu ku!!!! kurang ajar sekali kau!" ketika Jeongmin akan memukulnya lagi, aku mencegahnya. Hahhh sepertinya dia mulai ngelantur.
"Jeongmin-ah! apa yang kau lakukan?! aku tidak apa-apa! jangan kau pukuli orang ini. emm.. joisonghamnida. lebih baik kau pergi" kataku sambil menyuruh namja itu pergi dan tanpa kusuruh yang kedua kalinya dia langsung pergi
"ya! mau kemana kau kau pengecut? hahaha, dasar penakut!"
"Jeongmin-ah! kau gila? hey!!" aku berusaha menyadarkannya
"wae Minseo-ah? kau sudah tidak mencintaiku lagi?" Jeongmin berusaha memelukku
"isshhh kau mabuk berat!" aku pun mendudukkan Jeongmin dan aku pulang sendirian di tengah malam yang dingin.


Apa yang Jeongmin katakan? dia bilang aku yeoja chingunya? oh tuhan... meskipun itu hanya kata-kata ngelantur akibat mabuknya tapi rasanya kata-kata itu sungguh mengena di hati. Seandainya Jeongmin mengatakan itu dalam keadaan sadar..


Besok adalah hari Minggu. Seperti biasa jika hari Minggu pagi aku selalu menonton acara TV kesukaanku, Spongebob (?). Tiba-tiba aku teringat perkataan Jeongmin kemarin di motor


-Flash back-
"Jeongmin-ah.. kenapa kau tidak pernah membawa yeoja chingu mu?" tanya Minseo
"aku belum mempunyai yeoja chingu" jawab Jeongmin datar. 'berarti masih ada kesempatan' benak Minseo
"ohhh ku pikir kau sudah punya. Memang bagaimana kriteria wanitamu? mungkin aku bisa bantu carikan" ucap Minseo dengan maksud sebenarnya agar dia bisa mengubah dirinya seperti kriteria yang di inginkan Jeongmin
"mm... dia harus cantik, memiliki tengkuk yang indah serta sopan. Rata-rata semua yeoja yang pernah kupacari keturunan Chinese. Aku memang menyukai yeoja keturunan Chinese. Tapi kau tidak perlu repot-repot! aku tidak buru-buru ingin punya pacar" jelasnya
-Flash back end-


'Minseo POV'


Ku perhatikan diriku dicermin dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sepertinya secara fisik aku sudah memenuhi kriteria Jeongmin. Tengkukku juga tidak terlalu jelek. Apa lagi wajahku (mulai narsis). Tapi ada satu hal yang belum memenuhi kriteria. Aku BUKAN KETURUNAN CHINESE! apa yang harus ku lakukan? aku sangat ingin memilikinya. Sepertinya tidak ada pilihan lain! aku akan berbohong padanya kalau aku keturunan Chinese.


'Minseo POV end'


'Author POV'


Pagi ini Minseo berniat ingin kerumah Luna mengajaknya jalan-jalan. Tapi ketika dia sudah sampai dirumah Luna, eomma nya bilang kalau Luna belum pulang sejak semalam. Eomma nya bahkan meminta tolong ku untuk mencarinya. Isshhh anak ini! keterlaluan! aku pun menelfonnya


"Yoboseyo? Luna-ya! eodisseoyo?" teriak Minseo dan mulai geram pada Luna
"oh..emm?? Minseo-ah?" tanya nya yang sepertinya baru bangun tidur
"ya! Luna! kemana saja kau? kau tidak pulang semalaman? kau tau? eomma mu mengkhawatirkanmu! mau jadi apa kau? seorang yeoja mabuk bersama namja dan tidak pulang sampai pagi! kau ini keterlaluan! sudah ku bilang berapa kali? kau itu harus meninggalakan kebiasaan jelek mu itu!!" Minseo serasa sudah menjadi eomma ke dua bagi Luna. Bahkan eomma nya Luna tidak pernah memarahi Luna sampai seperti itu.
"Isshhh Minseo-ah! kau ini cerewet sekali! melebihi eomma ku! ne, ne! aku pulang!" tanpa ba bi bu lagi Luna langsung menutup telfonnya
"isshhhh anak ini! benar-benar keterlaluan!" gerurtu Minseo.


'Author POV end'


'Luna POV'


Ketika sudah sampai di depan rumah, aku berjalan gontai menuju kamar. Ku lihat Minseo sedang berbaring di ranjangku


"Luna-ya! apa saja yang kau lakukan semalaman? huh?" Minseo langsung menyerangku dengan pertanyaannya
"Aku? tidak melakukan apa-apa!" jawabku santai
"lalu semalam kau tidur dimana?"
"di club"
"hah? denagn Henry dan Jeongmin?" tanyanya mulai menyelidiki ku
"ani.. Jeongmin langsung pulang setelah dia sadar dari mabuknya. Aku bersama Henry"
"mwoya? Jeongmin saja bisa sadar! kenapa kalian tidak?"
"kami terlalu lelah dan akhirnya aku dan Henry ketiduran di club"
tatapan Minseo bagaikan pisau tajam yang akan membunuhku
"tenang saja! aku dan Henry tidak melakukan apa-apa! dia tidur di kursi depanku! kami tidak satu kursi" Minseo pun terdiam sejenak mendengar penjelasanku
"Luna-ya." panggilnya
"mwo?"
"menurutmu apa aku gila kalau aku bilang pada Jeongmin kalau aku ini kieturunan Chinese?"
"mwo? untuk apa kau bilang padanya kalau kau keturunan Chinese?"
"ddemune... dia menyukai yeoja yang keturunan Chinese" jawabnya ragu
"geundae Minseo-ah, aku khawatir jika suatu saat nanti dia tau sebenarnya bahwa kau tidak keturunan Chinese" jawabku menasihatinya
"ne.. geundae, aku sangat menginginkannya! kau tau kan aku sudah tergila-gila padanya sejak pertama Henry mengenalkannya padaku"
"terserah kau saja lah. Yang penting aku sudah memperingatkanmu!".


'Luna POV end'


'Minseo POV'


Hari ini aku ingin mengajak Jeongmin ketemuan di Itaewon Coffee Shop. Aku ingin mengenalnya lebih dekat lagi.


"Hai.. sudah menunggu lama?" tanya Jeongmin yang baru saja datang
"mm... kau datang tepat 5 menit setelah aku datang" jawabku sembari memepersilakannnya duduk
"oh.... mm.. ada apa kau mengajakku ketemuan?"
"tidak ada. hanya ingin mengobrol saja denganmu. Aku kesepian dirumah"
"Kenapa kau tidak pergi saja dengan Luna?"
"dia di hukum orang tuanya karena dia pulang pagi"
"tch... anak itu kebiasaan!" gumamnya sambil tersenyum simpul
"ne... aku sampai kesal menasihatinya terus dari dulu, tapi dia tidak juga berubah" kami berdua tertawa bersama. Kami membicarakan banyak hal mulai dari sekolah kami, perang antara korsel dan korut, sampai ngelantur kemana-mana. Dan tak lupa, aku membicarakan masalah cinta padanya.
"oh... ternyata kau juga belum punya namja?" tanya nya sembari meneguk kopi ginseng nya
"ne..selama sebulan ini orang tuaku tinggal di China" kataku berbohong
"mwoya? orang tuamu di China? wae?"
"tentu saja untuk menengok kampung halaman" jawabku asal
"ah... jadi kau orang China?"
"bukan orang China, aku orang Korea hanya saja nenekku orang Chinese"
"oh... begitu.." sepertinya Jeongmin mulai tertarik dengan cerita keluargaku yang tentunya ku karang sendiri supaya dia bisa menjadi milikku.


***

Sudah sebulan aku kenal baik dengan Jeongmin. Aku masih menunggu nya untuk menyatakan perasaan padaku. Malam ini kami berempat seperti biasa jalan-jalan menikmati udara malam Seoul.


"Minseo-ah.. kau ini kan keturunan Chinese, pastinya kau memiliki nama Chinesemu sendiri" ucap Jeongmin yang membuatku tersedak. Nama Chinese? tuhan.. bagaimana aku mengarang nama Chinese?
"oh..eum... ne.. tentu saja aku punya" jawabku gugup
"kalau begitu apa nama Chinese mu?"
"eum..." aku memutar otakku, mencari nama Chinese yang bagus
"nama Chinese ku... Lim Huozai.. ne.. Lim Huozai" jawabku dusta
"Huozai?" tanya Jeongmin memastikan sambil menautkan alis nya "setauku Huozai itu artinya api. Kenapa bisa orang tuamu memeberi nama itu?" tanya nya bingung
"oh... mmm... karena... mereka... mereka ingin aku selalu menyala seperti api.." jawabku dengan senyum kecutku. Oh... apa lagi ini? padahal kan aku cuma mengarang nama, tapi ternyata karanganku itu ada artinya. isshhh Kim Minseo!!! babo babo babo!!!!
"menyala seperti api? kenapa tidak menyala seperti cahaya? jadinya Lim Guangxian. Menurutku itu lebih baik" katanya. Ya tuhan.... aku jadi mati kutu!! aku sama sekali tidak mengerti bahasa China! aku hanya tau 'Nihaoma' saja. Ahh... tuhan.. bantu aku!
"oh.. mollayo. Orang tuaku yang memeberi nama seperti itu. Jujur saja, sebetulnya aku tidak terlalu suka dipanggil menggunakan nama Chineseku. Aku lebih suka di panggil Minseo"
"ohhh begitu.."
"mwo? Minseo keturunan Chinese? bukannya....awww" sebelum Henry menyelesaikan kalimatnya, aku langsung menginjak kakinya supaya dia tidak keterusan. Bisa gawat kalau Jeongmin sampai tau
"wae Henry-ah?" tanya Jeongmin sedikit curiga
"ahh... gwaencanha... kakiku sepertinya digigit semut merah" Henry masih memegangi kakinya yang kesakitan.


'Minseo POV end'


'Jeongmin POV'


Aneh sekali orang tua Minseo itu. Kenapa memeberi nama anaknya 'api'?
Aku pun berjalan menyusuri taman. Seoul kelihatan indah di malam hari seperti ini. Tiba-tiba Minseo datang dan langsung menempatakan dirinya di sebelahku


"Kenapa kau suka yeoja keturunan Chinese?" tanya Minseo tiba-tiba membuyarkan lamunanku
"hm? ddaemune... aku punya kenangan indah dulu waktu aku berlibur ke China" jawabku sembari tersenyum mengingat kenangan itu
"kenangan apa?"
"waktu aku berlibur ke Shanghai, aku pergi ke sebuah kuil. Ada tempat meramal menggunakan dupa. Aku pun mencobanya. Kata halmeoni yang memberikanku dupa itu, hidupku akan bahagia jika aku hidup bersama yeoja Chinese. Dan saat itu juga aku bertemu seorang yeoja Chinese yang cantik. Aku menyukainya. Dan ternyata dia adalah anak rekan bisnis appa ku. Aku senang bukan main, kami bahkan sudah sempat menjalani hubungan 1 tahun lamanya. Tapi saat itu kejadian na'as menimpanya. Mobil yang dia tumpangi berhenti mendadak tepat diatas rel kereta api. Belum sempat dia keluar dari mobil, kereta itu menabraknya. Sebelum dia pergi, dia   memberiku cincin yang sebenarnya akan dia sematkan dijariku saat perayaan hari jadi kami. Dari situlah aku menyukai yeoja Chinese." jelasku panjang lebar. Tak terasa air mata yang sedari tadi menggenang di pelupuk mataku akhirnya jatuh juga
"uljima! mian, aku telah mengingatkanmu pada masa lalumu" ucapnya dengan anda agak menyesal
"gwaencanha. kau kan tidak tau"
Minseo hanya tersenyum padaku. Saat dia berbalik, tiba-tiba saja dia terjatuh. Dengan sigap aku langsung menangkap tubuhnya
"Minseo-ah.. kau kenapa? Minseo-ah! gwaencanha?" aku mulai panik. Henry dan Luna sudah pulang dari tadi. Akhirnya ku putuskan untuk membawanya ke apartemenku karena aku tidak tau dimana rumahnya. Sesampainya di apartemenku, aku menidurkannya di sofa dan memberikannya air putih sambil terus mengipasinya.


'Jeongmin POV end'


'Minseo POV'


Kurasakan ada banyak angin diwajahku. Perlahan kubuka mataku dan.... kulihat sesosok malaikat yang sedang menatapku.


"Minseo-ah.. kau sudah sadar?" tanya nya. Aku masih lemas. Tapi aku langsung membuka mataku lebar-lebar begitu melihat tempat asing di depan mataku
"Jeongmin-ah.. nan eoddisseo?" tanyaku masih bingung melihat temapat ini. Sungguh luas dan bersih
"kau di apartemenku.. tadi kau pingsan"
"pingsan?"
"ne.. lebih baik kau minum dulu" Jeongmin memberikanku segelas air putih
"sudah merasa baik?" tanya nya yang dengan raut wajah khawatir. Aku mengangguk pelan.
"Sebenarnya kau kenapa? kenapa tiba-tiba kau pingsan? saat berangkat tadi kau terlihat baik-baik saja"
"aku... punya penyakit anemia, sebetulnya keadaanku saat berangkat tadi sudah tidak fit"
"kenapa kau paksakan?"
"aku bosan dirumah"
"baiklah... setelah ini kau ku antar pulang ya. Orang tuamu pasti mengkhawatirkanmu" Jeongmin tersenyum dan mengacak rambutku lalu pergi ke dapur. Ya tuhan... namja ini tidak se dingin yang di katakan Luna. Justru dia sangat hangat. Namja ini sudah membuatku gila!!!


'Minseo POV end'


'Jeongmin POV'


Minggu depan aku akan menjadi MC dalam acara gelar seni di sekolahku. Kebetulan kepala sekolahku mengundang murid dari sekolah Ziang Bilingual High School. SMA di Seoul yang di khususkan untuk para warga China yang tinggal di Seoul. Sepertinya aku harus mencari seorang translator. Mungkin aku bisa meminta bantuan Minseo :D


"Annyeong.." aku mengembangkan senyumanku pada Minseo setelah dia membukakan pintu rumahnya
"ah... Jeongmin-ah.. tumben kau datang kemari?" tanyanya yang juga menyunggingkan senyuman padaku lalu mempersialakanku duduk didalam
"mm... aku.. ingin meminta bantuanmu"
"bantuan apa?"
"begini, minggu depan aku akan menjadi MC acara gelar seni disekolahku. Kepala sekolahku ternyata mengundang murid-murid dari sekolah Ziang Bilingual High School. Aku butuh bantuanmu untuk menjadi transalator"


'Jeongmin POV end'


'Minseo POV'


"begini, minggu depan aku akan menjadi MC acara gelar seni disekolahku. Kepala sekolahku ternyata mengundang murid-murid dari sekolah Ziang Bilingual High School. Aku butuh bantuanmu untuk menjadi transalator"
DEG!!!! eottohke??? apa yang harus ku lakukan? menjadi translator? bahasa inggrisku saja jelek, sekarang disuruh menjadi translator bahasa mandarin? hahhh gila!!
"uh? eum... memang tanggal berapa acaranya?" tanya ku ragu
"tanggal 21 November"
"21 November? aahhhh mianhae Jeongmin-ah, sebetulnya aku ingin sekali membantumu tapi tanggal itu aku mau... aku mau pergi ke China" jawabku gugup
"oh... begitu ya? mm... sayang sekali, tapi baiklah, gwaencanha"
"ahhh sekali lagi maafkan aku tidak bisa membantumu."
"gwaencanha, oh iya... apa kau sering ke Luohu? dengar-dengar yeoja Chinese banyak yang suka  kesana?" tanya nya
"oh... eum... ne.. aku pernah dua kali kesana" jawabku gugup
"memangnya itu tempat apa?" 
"oh... itu tempat.. tempat kecantikan.." jawabku asal
"oh... eh tunggu. tapi setauku itu adalah tempat belanja?"
"oh.... ne... tapi disana juga banyak tempat kecantikan"
"ohhh begitu..."
Kami banyak mengobrol dan pertanyaan Jeongmin selalu membuatku bingung dan harus memutar otakku! Hahh.... tuhan, beri aku jalan.


'Minseo POV end'


'Author POV'


Hari ini adalah liburan persiapan natal. Jeongmin, Minseo, Henry, dan Luna sibuk mempersiapkan natal. Malam ini Luna mengajak mereka bertiga dinner di restoran mewah temannya Henry, Cho Kyuhyun.


"Ya! Minseo-ah! tumben kau memakai rok? apa karena malam ini adalah dinner spesial mu bersama Jeongmin?" goda Luna saat melihat Minseo mengenakan mini dress soft blue selutut dengan blazer hitam dan wedges hitam milik eomma nya, rambutnya di ikat setengah ke atas
"isshhhh ini semua karena eomma ku!" gerutu Minseo
"ne.. ne, aku kan cuma bercanda!" sedetik setelah Luna bicara, Jeongmin datang dengan kaos hitam yang ditutupi jaket hitam serta celana jeans hitam panjang (kaya gini nih)


(>< gantengnya nae namja chingu #plak)

'Author POV end'

'Minseo POV'

"Annyeong...sudah menunggu lama ya? maaf ya, tadi aku mengantar halmeoniku check up ke rumah sakit dulu" ucapnya dengan senyumnya sambil mengambil tempat duduk di sebelah Henry. OMO!!!! tuhan... bagaimana bisa ada namja seperti dia?
"ah.. gwaencanha. Kami juga baru datang" jawab Luna ramah. Entah kenapa rasanya hari ini aku sangat gelisah. Selama lima belas menit kami makan dan mengobrol.

"Aku mau ke kamar mandi dulu" seru Jeongmin sambil menarik kursinya dan menuju toilet. Aku bosan hanya melihat Luna dan Henry yang sedang berduaan. Aku merasa seperti nyamuk sekarang. Lebih baik aku pergi ke air mancur yang ada di restoran ini. Aku termenung sendirian memandang jalanan kota Seoul yang ramai namun indah untuk dipandang, tapi tidak dengan hatiku. Aku merasa sangat risau, takut, gelisah. Aku menyesal tidak mendengar perkataan Luna waktu itu. Bagaimana jika Jeongmin tau yang sebenarnya? dia pasti akan sangat membenciku. Ya tuhan... beri aku jalan.

'Minseo POV end'

'Jeongmin POV'

Setelah dari toilet aku berniat ingin kembali ke tempat dudukku tapi aku mengurungkan niatku setelah aku melihat sesosok gadis yang tak asing lagi dimataku sedang memandangi jalanan kota Seoul sendirian. Dari pada aku kembali ke tempat dudukku, aku malah di hiraukan oleh Luna dan Henry yang asik pacaran, lebih baik aku menemaninya

"Minseo, kenapa kau disini?" tanyaku sambil mengambil posisi di sebelahnya
"aku hanya bosan, aku cuma menjadi nyamuk saja karena Luna dan Henry terus pacaran" jawabnya sambil tertawa kecil, aku pun juga ikutan tertawa. Sejenak kami sama-sama terdiam
"Jeongmin-ah" panggilnya sambil tetap menatap ke depan
"hm?"
"aku ingin bertanya"
"tanya apa?"
"apakah.... kau akan marah jika dibohongi?"
aku terdiam mendengar pertanyaannya. Kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu?
"tergantung"
"tergantung bagaimana?" sekarang matanya menatap mataku, berusaha mencari jawaban
"jika berbohong dengan alasan yang masuk akal dan untuk kebaikan aku maafkan, tapi jika maksudnya untuk berbuat jahat dan untuk hal-hal tidak penting, tentu aku akan marah"
ku lihat dia kembali terdiam dan menundukkan wajahnya. Ku dengar suara isak tangis
"ya! kau kenapa?" aku memegang kedua bahunya dan mensejajarkan wajah kami
"mianhae.." ucapnya sambil terisak, aku menatapnya bingung "mianhae karena aku telah menipumu..aku..aku bilang padamu kalau aku keturunan Chinese, itu semua bohong. Aku bilang kalau orang tuaku sering pergi ke China untuk mengunjungi kampung halaman, itu semua bohong!" tangisnya semakin menjadi-jadi
"tapi... kenapa kau harus berbohong?" tanyaku bingung
"itu semua kulakukan karena aku menyukaimu. Aku menyukaimu sejak pertama aku bertemu denganmu. Kau bilang kau suka dengan gadis keturunan Chinese, jadi kuputuskan untuk berbohong agar kau menyukaiku."
aku tercengang mendengarnya.. 
"aku yakin, kau pasti sekarang sangat membenciku karena alasanku ini tidak masuk akal! aku akan pergi jika kau mau" dia berjalan kedalam. Jadi Minseo menyukaiku?

'Jeongmin POV end'

'Author POV'

Selama dua hari ini Minseo selalu murung sejak kejadian itu. Luna tak kuasa melihat keadaan sahabatnya sekarang. Benar-benar seperti orang frustasi. Akhirnya Luna memikirkan bagaimana cara agar Minseo kembali ceria seperti dulu. Sore ini Luna mengajak Minseo pergi keluar untuk menghibur Minseo agar dia tidak terus bersedih.

"Minseo! ayolah... namja di dunia ini tidak hanya Jeongmin seorang!" bujuk Luna sambil meneguk kelapa muda nya
"aku tidak tau, tapi kurasa akan sangat sulit melupakan namja seperti dia! sepertinya akan membutuhkan waktu yang sangat lama bagiku!" ucap Minseo lemah tak bersemangat. Luna hanya menghembuskan nafas berat setelah itu dia pergi ke toilet.

'Author POV end'

'Minseo POV'

Sudah 5 menit aku menunggu Luna dari toilet. Sebenarnya apa yang dia lakukan di kamar mandi? kenapa lama sekali? Sampai kurasakn ada yang menepuk bahuku. Pasti Luna! hihhh dasar anak ini! Aku pun berbalik dan..

"Jeongmin???" tanyaku tak percaya. Kenapa bisa ada dia disini?
"Boleh aku duduk disebelahmu?" tanya nya lembut sambil menempatkan dirinya disebelahku. Aku masih tak percaya Jeongmin sekarang disini.. bersamaku. Tapi untuk apa dia kesini? bukankah dia marah denganku?
"sebenarnya kau kenapa dua hari ini tidak mengangkat telfonku? kau juga tak membalas sms ku."
aku tertunduk lemas
"Jeongmin-ah! sudahlah! aku tau kau marah denganku! lebih baik kau menjauh dariku dari pada kau tambah membenciku!" aku mulai terisak lagi. Jeongmin lalu mengangkat wajahku dengan kedua tangannya mantap dan mensejajarkan wajah kami
"sebenarnya disini siapa yang marah? disini malah terlihat kau yang marah  padaku! kau tidak pernah mengangkat telfonku! padahal aku selalu menunggu telfon dan sms darimu!" ucapnya membuatku menautkan kedua alisku
"Minseo-ah! dengarkan aku! aku tidak peduli kau mau yeoja keturunan Chinese, Amerika, Afrika, atau apapun! aku mencintaimu!" DEG!!!! jantungku rasanya lepas dari dadaku. Benarkah dia mengatakan semua ini? dia tidak sedang mabuk seperti waktu itu kan?
"Jeongmin-ah.. kau.. sedang mabuk?" tanyaku masih tercengang
"aniya... aku 100% sadar! Kim Minseo... menikahlah denganku." kali ini rasanya tenggorokanku benar-benar tercekat. Apa yang dia katakan barusan? ini lebih gila! kulihat dia mengambil sebuah rangkaian bunga yang indah dari belakang tubuhnya (nggak tau datengnya dari mana ._.) dan menyerahkannya padaku
"belum terlambat untukku menjadikan mu istriku kan?" dia tersenyum manis sekali padaku. Aku tidak sanggup menatap wajahnya. Aku langsung menangis, tapi bukan tangisan kesedihan, tapi tangisan keharuan
"Jeongmin... kau sungguh... tidak marah padaku karena aku telah menipumu?"
"ani... aku menyukaimu sejak di club waktu itu. Makanya aku langsung memukul orang yang waktu itu menumpahkan minuman di pakaianmu"
aku langsung memeluknya
"hey.. jangan hanya memelukku saja! aku butuh jawaban dari mulutmu" katanya meledekku. Aku mengerucutkan bibirku sambil tersenyum kecil
"tentu saja aku mau jadi istrimu oppa!!!" kami sama-sama terkekeh kecil
"Saranghae Kim Minseo"
"Nado saranghaeyo Lee Jeongmin".

THE END