Blog featuring asian fanfiction and etc.

Thursday 8 December 2011

Mianhae and Saranghae

story.. cekidot :D


________________________________________________________________________


Author : Pepita Karina
Title : Mianhae and Saranghae
Cast : - Kim Yeongwoon/Kangin (Super Junior)
          - Lee Jangseok (author's friend)
          - Dae Jungshin
          - Song Qian/Victoria f(x)
          - Shindong Hee (Super Junior)
Rating : G
Genre : Romance
Category : Oneshoot
__________________________________________________



'Author POV'


"ne appa... secepatnya aku akan kesana" Jangseok segera menutup telfonnya dengan appanya. Dia harus menyusul appanya sekarang ke kantornya karena appanya menyuruh Jangseok untuk mengambil barang titipan bibinya. Besok bibinya akan datang ke Korea dari Ukraina.


'Author POV end'


'Jangseok POV'


"Ya! Jungshin-ah!" panggilku pada sesosok namja yang tidak lain dan tidak bukan adalah namja chinguku
"ahh jagiya..." aku pun langsung menghampirinya
"waahhh kau makin cantik saja hari ini"
"ahh oppa! tidak usah merayuku!" aku tersipu mendengar ucapannya
"aku tidak berbohong.. aku bersungguh-sungguh" kami berdua pun tertawa-tawa sampai akhirnya ku lihat dosenku akan masuk ke kelasku. Aku melambaikan tangan pada Jungshin lalu segera masuk ke kelas mendahului dosenku yang sudah dekat dengan kelasku.


Setelah usai kuliah, aku akan menghampiri Jungshin ke kelasnya tapi tiba-tiba Kangin menabrakku sampai kami berdua terjatuh ke lantai. Posisi Kangin kini berada diatas tubuhku. Semua orang memperhatikan kami. Ada yang geleng-geleng kepala, tertawa cekikian, dan lain-lain. Ku lihat Jungshin sedang memperhatikan kami dengan tatapan tak percaya. Aku langsung bangun dan membenahkan diriku
"o..oppa..." aku mendekatinya, berusaha mencegahnya agar tidak salah paham lagi denganku
"mwo? alasan apa lagi? ternyata benar? maumu apa Jangseok-ah?" wajahnya terlihat sangat geram padaku dan Kangin
"oppa... ku mohon dengarkan aku. Aku dan Kangin terjatuh dan..."
"ashhh sudahlah! aku sudah tidak percaya lagi denganmu! mulai sekarang jangan pernah panggil aku oppa lagi! kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi sekarang! kau lanjutkan saja hubunganmu dengan nya!" Jungshin menepis tanganku lalu pergi meninggalkanku
"oppa!!! oppa!!!!"


'Jangseok POV end'


'Author POV'


Orang tua Jangseok dan Kangin adalah seorang pengusaha dan mereka bekerja sama dalam usaha peternakan. Ada yang bilang kalau mereka berdua akan di jodohkan padahal itu semua cuma gosip. Jungshin yang waktu itu masih menjadi kekasih Jangseok masih bersabar dan menganggap semua itu hanya kabar burung. Selama 3 bulan Jungshin menahan emosinya, berusaha untuk tidak cemburu, tapi teman-teman di kampusnya selalu menggosipkan Jangseok dan Kangin yang akan di jodohkan hingga akhirnya pemandangan mengecewakan ada di depannya. Jungshin sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.


'Author POV end'


'Jangseok POV'


"oppa!!! oppa!!!" panggilku berusaha mengejar Jungshin, tapi kakiku terkilir akibat jatuh tadi
"Ya! Kangin-ah! cepat kau jelaskan padanya! aku tidak ingin dia jadi salah paham seperti ini!" aku mengguncang tubuh Kangin
"tidak akan bisa! dia sudah terlanjur marah! aku yakin dia tidak akan memaafkan kita" jawab Kangin santai, membuatku geram
"isshhh kenapa kau bicara seperti itu? belum dicoba jangan pesimis dulu!!"
"sudahlah... tidak akan bisa!!" bukannya menolongku Kangin malah meninggalkanku. Ishhhh aku benci sekali namja ini. Sebenarnya apa yang ada di pikirannya?


Pagi ini aku kembali kuliah seperti biasa, tapi dengan perasaan kacau, sedih, gundah gulana (?).


"Jangseok-ah.." panggil seorang namja. Aku tak menghiraukannya karena pikiranku kini sedang sangat kacau "ya! Jangseok-ah!" panggilnya lagi. Untuk kali ini aku menoleh dan... ternyata Kangin. Hahhh aku malas sekali melihat wajahnya hari ini
"isshhh kau lagi" aku kembali memalingkan wajahku "untuk apa kau kemari?"
"jangan marah!"
"mwo? jangan marah? kau pikir aku senang putus dengan Jungshin gara-gara kau?" aku mulai panas
"tunggu dulu! kau jangan marah dulu! ini bukan sepenuhnya salahku! kau tau? Jungshin memanfaatkan keadaan. Sebetulnya dia ingin pacaran dengan Victoria sejak lama. Tapi dia menunggu saat yang pas untuk bisa putus denganmu dan dia memanfaatkan keadaan kemarin!"
PLAKK!!! satu tamparan panas mendarat di pipi kanan Kangin. Sembarangan saja dia bicara!
"kau pikir aku akan begitu saja percaya dengan ucapanmu? tidak akan! aku tau Jungshin bukan orang seperti itu!" aku membentaknya dan tak terasa air mataku mengalir. Aku berlari meninggalkannya, dia masih berusaha mengejarku sampai akhirnya aku melihat Jungshin yang dengan wajah bahagianya merangkul Victoria. Air mataku bertambah deras melihat pemandangan ini. Benarkah yang ku lihat ini? aku tak percaya Jungshin setega itu padaku
"Ya!! Jungshin-ah!!!" aku menghampirinya dan karena emosiku yang meluap-luap aku langsung menamparnya
"Ya!!! apa yang kau lakukan?" bentak Victoria sambil memegang wajah sesorang yang kini telah menjadi kekasihnya
"ohh jadi kau memang memanfaatkan keadaan kemarin agar kau bisa putus denganku? agar kau bisa pacaran dengannya? iya?" aku membentak Jungshin yang masih memegangi pipinya yang kesakitan
"memang kenapa? aku memang sudah bosan denganmu karena kau selalu bersama Kangin. Kau pikir aku bisa melihat kekasihku bersama namja lain? untuk apa aku bersama yeoja yang sukanya hanya bermain-main dengan suatu hubungan kalau aku punya yeoja yang lebih baik dan lebih pengertian darimu?"
aku tercengang mendengar ucapannya. Benarkah dia cemburu? atau itu hanya akal-akalannya saja supaya aku mempercayainya.
"Ya!!! jangan bohong Dae Jungshin! aku tau kau sudah lama menyukai Victoria jauh sebelum gosip aku dan Jangseok di jodohkan beredar." sahut Kangin tiba-tiba
"kau tidak usah ikut-ikutan! ini masalahku dengan Jangseok!"
"tentu ini maslahku juga karena menyangkut diriku!" keadaan seketika hening. Air mataku masih mengalir.
"Baiklah... aku mengerti! kau sebetulnya memang menyukai Victoria. Bukan karena kau cemburu padaku! kalau kau memang mencintaiku, seharusnya kau berusaha untuk tidak melepaskanku. Tapi kenyataannya, kau malah memutuskanku dan dalam waktu sehari kau sudah dapat pengganti. Baiklah... aku tidak akan pernah mengganggu mu lagi. Selamat tinggal!" aku pun pergi meninggalkannya sambil terisak.


'Jangseok POV end'


'Kangin POV'


"Isshhh dasar kau! nappeun namja!!" kataku pada Jungshin dengan wajah tengilnya itu. Aku mengejar Jangseok yang terisak.
"Jangseok-ah..." panggilku. Ku lihat dia duduk dibawah pohon beringin dekat kampus. Dia menelungkupkan wajahnya pada kakinya
"Lee Jangseok.." perlahan aku mendekatinya dan duduk disebelahnya. Tak sadar aku mengusap rambutnya dan memeluknya erat seakan tidak ingin melihat yeoja ini menangis
"uljima.." ucapku dengan suara beratku. Seketika Jangseok mendongakkan wajahnya dan mendorong tubuhku jauh-jauh
"apa lagi? kau senang melihatku dan Jungshin putus?" bentaknya dengan wajah yang merah akibat menangis dan marah
"Jangseok-ah... kenapa kau menyalahkanku?"
"tentu ini salahmu! coba saja kalau kau tidak menabrakku waktu itu! pasti kejadiannya tidak akan seperti ini!"
"namanya juga musibah! lagi pula kalau pun aku tidak menabrakmu waktu itu, Jungshin tetap saja bisa mencari alasan untuk putus denganmu kan? dia itu kan playboy!"
ku lihat wajahnya kembali memerah, tanda bahwa dia akan menangis lagi
"uljima...." Jangseok menepis tanganku dan berlari mencari taxi.


'Kangin POV end'


'Jangseok POV'


Kenapa harus seperti ini? padahal dulu hubunganku dan Kangin baik-baik saja, tapi karena kejadian ini aku jadi membencinya. Sangat sangat sangat membencinya!!


"Aku pulang" suaraku terdengar lirih, lalu aku meletakkan sepatuku di rak. Ku lihat ibu ku yang sedang menonton TV. Tumben sekali eomma dirumah? biasanya kan dia selalu sibuk dengan kerjaannya, apa mungkin sedang libur?
"Jangseok.. kau kenapa? kenapa matamu sembab? kau habis menangis?" tanya eommaku lembut. Tapi aku tetap berjalan menuju kamarku
"gwaencanha eomma.. aku hanya sedikit tidak enak badan" dustaku dan segera masuk ke kamarku dilantai atas.


'Jangseok POV end'


***

'Author POV'

Sudah sebulan sejak kejadian itu, Jangseok tak pernah lagi bersenda gurau dengan Kangin. Dia sangat marah dan membencinya. Jangseok kini tengah mempersiapkan segala sesuatu untuk kelulusannya. Ia ingin segera lulus sarjana lalu mencari pekerjaan yang jauh dari Kangin, itulah rencana Jangseok.

'Author POV end'

'Jangseok POV'

"Yeoboseyo? Jangseok-ah?" terdengar suara eommaku di sebrang sana
"ahh ne eomma? waeyo?" tanyaku sambil mencatat catatan temanku yang ku pinjam
"kau pulang kuliah jam berapa?"
"ini aku sudah pulang eomma"
"ohh kebetulan, kau bisa tidak setelah ini pergi ke Hongdae restaurant? tapi sebelumnya kau pulang dulu untuk berganti baju dan berdandan"
"tumben sekali? memang ada acara apa eomma?"
"yahhh pokoknya sekarang juga kamu pulang dan kenakan dress yang eomma belikan minggu lalu, dandan yang cantik ya. Annyeong.."
"eomma..." belum sempat aku bertanya eomma sudah menutup telfonnya. Aku pun segera pulang kerumah dan melakukan apa yang tadi eomma suruh.

Sesampainya di Hongdae restaurant, aku mencari meja nomor 05, ahh itu mereka appa dan eommaku. Tapi mereka bersama siapa? apakah bersama teman-teman kantornya? tapi untuk apa aku disuruh ikutan kesini?

"Ahhh ini dia Jangseok" sambut eommaku penuh ceria pada namja dan yeoja di depannya yang tadi kulihat tertawa-tawa dengan orang tuaku. Reflek aku menyambut mereka
"Ah.. annyeonghaseyo.." kataku sembari membungkukan tubuhku lalu aku duduk disamping appaku
"baiklah.. kita mulai saja pembicaraan kita. Begini Jangseok-ah.. appa dan eomma sudah setuju untuk menikahkanmu dengan Kangin.." kata appaku penuh wibawa. MWO??? menikah dengan Kangin? ya, kedua orang didepan orangtuaku ini memang orang tua nya Kangin, tapi aku tidak kepikiran kalau mereka ternyata akan menjodohkanku dengan anaknya itu. Isshhh jinjja! apa yang digosipkan oleh teman-teman kini menjadi kenyataan. Tapi dimana Kangin? di momen penting seperti ini dia malah tidak datang? bukannya aku menyetujui perjodohan ini, tapi kan harusnya dia ada disini. Ahhh tapi peduli sekali? aku kan membencinya.
"Baiklah... kapan kita akan menikahkan Kangin dan Jangseok? aku sudah tidak sabar ingin melihat anak kita di altar. Aku akan sangat bangga melihatnya" ungkap eomma Kangin. Ketika sedang ngobrol-ngobrol, tiba-tiba saja Kangin datang
"Annyeonghaseyo ahjumma, ahjussie. Mianhaeyo appa, eomma, aku terlambat. Tadi sedang ada rapat untuk acara biking besok" katanya sambil tergesa-gesa. Pasti dia berlari-lari karena ku lihat nada bicaranya yang terengah-engah dan tubuhnya yang sedikit berpeluh.
"Ne, gwaencanha" 
Kangin pun segera menempatkan diri di depanku. Entah kenapa wajahnya kini begitu mempesona dengan kemeja hitam yang dirangkup jas dark blue serta celana jeans gelapnya. Yah, ku akui dia sangat tampan malam ini. Tapi tetap saja aku masih marah padanya. Ahhh kenapa appa dan eomma harus menjodohkanku denganya???.




"Ahh.... ne, baiklah. Kamsahamnida" appa dan eommaku melambaikan tangan pada appa dan eomma Kangin. Aku pun berjalan menuju mobilku. Sesampainya dirumah aku langsung melempar tasku ke sofa
"Appa!! eoma!!! kenapa kalian harus menjodohkanku dengan Kangin?" tanyaku sambil sedikit berteriak
"waeyo? kami dan orang tua Kangin itu kan bersahabat Jangseok-ah.. jadi apa salahnya kalau kami menikahkan kalian berdua?" tanya eommaku sabar, tapi tetap saja aku tak bisa meredam emosiku
"salah eomma! aku tidak mencintai Kangin"
"tapi bukankah kau sudah tidak bersama Jungshin lagi? lalu untuk apa kau memberontak? toh kau juga belum punya namja sampai sekarang kan? jadi kenapa kau tidak terima saja pernikahan ini?" sambung appaku
"ashhh tapi kalain tidak mengerti! aku dan Kangin itu... asshh sudahlah!" aku tidak sanggup melanjutkan kalimatku dan langsung berlari ke kamarku. Aku membanting keras pintuku. Air mataku sudah habis, aku tidak bisa menangis lagi saat ini.


'Jangseok POV end'


'Kangin POV'


Hari ini aku tidak melihat Jangseok setelah pertemuan semalam. Apa dia marah karena perjodohan ini? ahhh itu dia! sedang mengutak-atik biolanya di kursi taman, tempat favoritnya ketika pulang kuliah.


"Annyeong.." sapaku sembari duduk disebelahnya. Dia tidak berkutik, masih sibuk dengan biolanya. Jangankan membalas sapaanku, menatapku saja tidak
"Jangseok-ah.." panggilku lagi "mianhae" aku terdiam sejenak lalu melanjutkan ucapanku "mianhae, aku tidak bisa membantumu berdamai dengan Jungshin. Baiklah.. aku mengaku salah. Kumohon maafkan aku"
tiba-tiba saja dia menoleh ke arahku
"sudah?"
"mm... mwo?"
"kalau sudah selesai bicaranya sekarang aku pulang"
aku terdiam mendengar ucapannya
"kurasa sudah tidak ada yang ingin kau bicarakan lagi. Kalau begitu aku plang" ketika Jangseok berdiri akan pergi, aku menahannya
"chankanman.." aku menatap kedua matanya lekat-lekat "apakah kau benar-benar tidak bisa memaafkanku? aku berjanji akan membayar kesalahanku. aku akan membayar semuanya"
"bagaimana caranya? kau akan membayar dengan apa? uang? ini bukan soal materi Kangin-ah!" jawabnya ketus
"aku akan membayarnya setelah kita menikah. Aku berjanji akan membahagiakanmu selamanya. Kau tidak akan menyesal menikahiku"
"tcih.... memang aku bilang kalau akau setuju menikah denganmu? dengar ya! bagaimaan pun caranya, aku akan membujuk orang tuaku supaya membatalkan pernikahan ini. Aku muak dijodohkan olehmu!" Jagseok langsung menepis tanganku dan berlari meninggalkanku. Sekarang apa yang harus ku lakukan agar dia mau memaafkanku? jujur saja, sebetulnya aku yang memaksa kedua orang tuaku agar menikahkanku dengan Jangseok. Aku sudah lama menyukainya, tapi Jangseok malah mempunyai Jungshin dalam hidupnya sampai akhirnya aku tau busuknya Jungshin itu. Aku merasa kasihan pada Jangseok, dan aku ingin berusaha membahagiakannya. Jangseok-ah, Mianhae. Aku melakukan ini karena aku memang benar-benar mencintaimu.


Minggu depan adalah acara pertunanganku dengan Jangseok. Kami akan menggelar pertunangan megah ini disebuah resort bintang lima mewah yang terletak di tengah kota. Aku sangat senang karena aku akan menikah dengan Jangseok, tapi disisi lain aku takut, takut akan membuatnya marah. Aku pasti akan membuatnya mencintaiku. Malam ini aku berkunjung kerumahnya, bermaksud mengajaknya jalan-jalan. Aku yakin kali ini Jangseok tidak akan menolak karena kedu aorang tuanya ada dirumah. Mereka pasti akan menyuruh Jangseok untuk pergi kencan denganku.


BRAK!! Jangseok menutup pintu mobilku dengan kasar. Tersirat kemarahan diwajahnya.


"Sebenarnya apa maumu?" tanyanya tiba-tiba ketika mobil sedang ku lajukan
"mwo?"
"kenapa kau selalu mencari muka dengan orang tuaku? apa yang kau inginkan?"
"aku hanya ingin menikahimu. Itu saja"
"lalu bagaimana Taeyeon? apa kau melupakan kekasihmu itu? apa kau juga tak ada bedanya dengan Jungshin? meninggalkan kekasihmu sendiri?" serangnya dengan perkataan-perkataan sengit. Aku terdiam dan memberhentikan mobilku dipinggir sungai. Aku mengajaknya turun. Langsung kutempatkan diriku ke arah sungai sambil memasukkan kedua tanganku di saku celanaku
"kau ingin tau jawabannya?" tanyaku sambil tetap menatap ke arah sungai dan menghembuskan nafas panjang setelahnya "Taeyeon... dia pindah ke Jepang. Dia sendiri juga akan dijodohkan oleh pengusaha kaya raya. Aku tak sanggup berbuat apa-apa. Bukannya aku tidak memperjuangkan cintaku padanya, tapi aku melihat jika Taeyeon juga menyukai pengusaha itu. Aku tidak bisa memaksa. Aku tau Taeyeon. Dia adalah yeoja yang selalu kuat dengan pendiriannya, seharusnya kalau dia tidak menyukai pengusaha itu dia kan bisa bersi keras untuk menolak tapi kenyataannya dia menerima begitu saja perjodohan itu" jelasku yang membuatnya terdiam ambil menatap kearah sungai
"cobalah untuk mencintaiku. Baiklah, untuk saat ini aku tidak akan memaksamu untuk mencintaiku, tapi paling tidak cobalah untuk memaafkanku" kini tubuhku sudah menghadap ke arahnya
"cepat! apa yang mau kau lakukan sekarang?! setelah itu aku mau langsung pulang" jawabnya lalu segera berjalan masuk kearah mobilku. Aku mengikutinya. Sepanjang perjalanan kami hanya diam seribu bahasa. Tak ada yang berani memulai pembicaraan hingga akhirnya kami sampai di restoran yang mengambang di pantai. Aku sengaja membawanya ke tempat ini karena nuansanya romantis dan kuharap itu bisa meluluhkan hati Jangseok.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Jangseok yang sepertinya mulai risih karena dari tadi ku pandangi
"ani... aku senang melihatmu malam ini" jawabku sambil memberikan senyumanku
"wae?"
"karena kau terlihat berbeda. Kau lebih cantik dari pada biasanya"
kulihat dia hanya memutar bola matanya sambil mendengus
"aku tidak akan termakan omongan gombalmu! dengar ya! aku pasti akan membujuk orang tuaku supaya membatalkan pernikahan ini!" 
aku tak menghiraukan kata-katanya yang ketus, aku tetap saja memandangi wajahnya
"JANGAN LIHAT AKU SEPERTI ITU!!!!".


'Kangin POV end'


'Jangseok POV'


Tak terasa seminggu sudah terlewati dan sekarang tepat tanggal 5 Desember, aku akan bertunangan dengan Kangin. Ahh percuma saja ternyata aku membujuk orang tuaku, aku malah kena marah. Apa yang harus ku lakukan? aku tidak ingin menikah dengan Kangin.


"Waahhh putri eomma sudah cantik. Kangin pasti akan senang melihatmu berdandan seperti ini" ucap eommaku yang melihatku sudah siap dengan dress panjang warna hijau tosca, high heels 5 centimeter serta rambutku yang digulung ke atas
"eomma.. kenapa aku harus menikah dengannya?" tanyaku dengan wajah lesu. Eommaku pun duduk disebelahku
"Jangseok-ah.. usiamu itu sudah cukup untuk menikah. Memang kau tidak ingin menikah?"
"arasseo eomma, geundae... asshhh kenapa harus dengan namja itu? aku rela dijodohkan eomma dengan siapa saja asal jangan Kangin"
"memang kenapa? bukankah hubungan kalian dari dulu baik-baik saja? kalian berteman cukup akrab kan? lalu kenapa sekarang kau tidak mau menikah dengannya?"
"eomma... berteman akrab bukan berarti aku menyukainya"
"sudahlah Jangseok... kau tidak bisa menolak lagi sekarang. Hari ini adalah hari pentingmu. Kau akan dilamar olehnya. Eomma harap kau tidak akan mengecewakan appa dan eomma." eommaku langsung kleuar dari kamar riasku menuju para tamu yang sudah datang. Padahal ini baru pertunangan, tapi aku gugup bukan main. Meskipun aku tidak menyukai Kangin tapi aku tetap gugup karena orang tuaku banyak mengundang tamu. Aku takut jika ditengah jalan aku terpeleset atau apa ._.?


'Jangseok POV end'


'Kangin POV'


Akhirnya acara pertunangan pun usai setelah aku menyematkan cincin emas di jari Jangseok. Ku lihat Jangseok hanya berdiam diri di balkon luar.


"Kenapa tidak masuk? diluar dingin" tanyaku sambil menempatkan diri disebelahnya, dia tidak menjawab pertanyaanku. Aku tau dia pasti marah sekali denganku
"sampai kapan kau akan begini terus?"
dia tetap tak menjawab pertanyaanku dan menatap lurus kedepan. Tak tau kerasukan setan apa tiba-tiba saja aku memeluknya
"Jangseok-ah. kumohon jangan begini.. jebal" aku berusaha menahan tangisku "aku janji, aku akan membahagiakanmu. Aku pasti akan berusaha menjadi namja yang lebih baik dan menjadi seperti yang kau inginkan. Sekalipun aku harus menjalani operasi plastik agar mirip dengan Jungshin, aku rela." kini sebagian air mataku sudah mengalir. Jangseok yang tadinya berusaha melepaskan pelukanku perlahan menjadi diam setelah mendengar ucapanku
"uljima.." ucapnya lirih. Aku menatap kedua matanya lekat-lekat
"aku berjanji Jangseok-ah... aku pasti akan membahagiakan mu meskipun aku harus menjual seluruh hartaku yang paling berharga sekalipun"
Jangseok hanya menatap mataku, setelah itu pergi begitu saja meninggalkanku.




***

Sudah seminggu sejak pertunangan kami, tapi Jangseok masih belum mau membukakan pintu hatinya untukku. Aku masih bersabar menunggunya agar mau memaafkanku. Jangseok-ah... aku pasti akan membuatmu jatuh cinta padaku.

Malam ini aku akan berkunjung ke rumah Jangseok untuk mengambil buku-buku mata kuliahku yang tertinggal dirumahnya. Aku mencoba mengetuk pintu beberapa kali tapi tak ada yang membukakan pintu sampai akhirnya aku coba membuka pintu rumah Jangseok, ternyata tidak dikunci. Pelan-pelan aku masuk kedalam rumahnya, aku lupa kalau orang tua Jangseok sedang ada rapat bisnis dengan appa ku, pantas saja tidak ada yang membukakan pintu. Tapi kulihat Jangseok sedang tertidur pulas di sofa ruang tengah dengan TV yang menyala. Anak ini! bukannya menonton TV malah TV nya yang menontonnya. Aku mengambil remote dan mematikan TV itu. Aku memandangi wajah Jangseok yang tertidur. Aku tersenyum melihatnya, segera ku ambilkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Sebelum beranjak pulang, aku duduk sebentar disebelahnya. Ku susuri wajahnya dengan jemari ku, mulai dari rambut, hidung, hingga pipi nya.
"Kau begitu cantik jika sedang tidur.." gumamaku pelan supaya tak membangunkannya.

'Kangin POV end'
'Jangseok POV'

Kurasakan ada yang membuka pintu rumahku. Kupikir eomma dan appa sudah pulang tapi ternyata dugaanku salah. Kangin? untuk apa dia kemari? aku langsung berpura-pura tidur kembali. Aku tak tau apa yang akan dia lakukan, dia mengambil remote dan mematikan TV. Kurasakan dia menyelimuti tubuhku lalu duduk disebelahku dan mulai menelusuri wajahku. Aku bergidik, ingin membuka mata dan segera menepis tangannya tapi ku urungkan niatku itu. 
"Kau begitu cantik jika sedang tidur.." gumamnya pelan namun masih bisa terdengar oleh telingaku. Tiba-tiba saja kurasakan bibirnya menyentuh dahiku dan kembali bergumam pelan
"jalja.." lalu dia bangkit dan keluar dari rumahku. Setelah dia pulang aku langusng membuka mataku dan memegang dahiku yang diciumnya tadi. Selang beberapa menit kemudian setelah Kangin pulang, ada yang memencet bel pintu rumah. Segera kubuka pintu, tapi tidak ada siapa-siapa. Yang ku temukan malah sebuah kotak coklat berukuran sedang. Segera ku ambil kotak itu dan membawanya masuk kedalam. Ketika kubuka aku meihat ada banyak kertas dan bertuliskan

Kau sudah mendapat calon menantu untuk putri cantikmu itu? wah wah... cukhai. Tapi sepertinya kau akan menderita setelahnya. Aku akan menghancurkan keluargamu jika kau tetap meneruskan pernikahan putrimu dengan putra pengusaha hewan ternak itu! ingat itu!!

DEG!!! tenggorokanku tercekat membaca kertas ini. Apa ini? siapa yang mengirimkan semua ini? apa orang ini berusaha meneror keluargaku? Aku harus cepat memberi tau kan ini semua pada appa ku.
**

Sudah 2 minggu kami selalu mendapat teror semacam itu yang berisi peringatan-peringatan. Aku takut sekali jika terjadi sesuatu dengan keluargaku. Eomma ku sampai demam memikirkan teror itu, kasihan dia.

"Aisshhh eottohke..." aku mondar mandir di depan kursi taman kampus, bingung bagaimana cara menemukan teroris (?) itu. Ingin rasanya aku mengadukan ini ke polisi dan berharap polisi bisa segera menangkapnya atas sikap tidak menyenangkan.
"Ya! Jangseok-ah, kenapa kau mondar mandir seperti itu?" tanya Kangin tiba-tiba. Aku menatapnya sinis
"ya!! ini semua karena kau!" aku mengutuk dirinya
"mwoya?"
"teror itu! itu semua tidak akan terjadi jika kita membatalkan pernikahan kita nanti! tapi kau tetap bersi keras tidak mau membatalkannya! alhasil, sekarang ada yang tidak suka dengan pernikahan kita dan mencoba menghancurkan keluargaku jika aku tetap menikah denganmu!"
ku lihat Kangin terdiam dan menundukkan kepalanya
"aku... aku tidak tau kalau... akhirnya akan seperti ini" ucapnya lirih
"ini semua salahmu!"
"ne... benar! ini semua salahku. Aku salah memaksamu untuk menikah denganku. Tapi sebenarnya aku melakukan itu semua bukan tanpa sebab. Aku memang mencintaimu. Aku tidak bermaksud melukaimu. Baiklah... Aku akan membatalkan pertunangan kita secepatnya. Aku tidak ingin membuatmu terluka." Kangin segera pergi meninggalkanku. Aku merasa sedikit bersalah karena telah membentak dan memarahinya terus menerus. Tapi kini aku harus mencari tau tentang teroris itu kalau tidak aku akan kehilangan keluargaku.

Aku bergegas pulang kerumah. Biasanya setelah pulang kuliah, aku akan mendapat paket teror tapi kali ini aku tak melihat ada sesuatu di depan rumahku. Apakah teroris itu sudah jera? tiba-tiba aku mendapat telfon dari appa ku
"yeoboseyo? Jangseok-ah.. cepat kau ke kantor polisi dekarang!" perintah appa ku dengan nada khawatir
"memang ada apa, appa?" tanyaku tak kalah paniknya
"kau cepatlah kesini dulu!"
"ah baiklah appa" aku segera menutup telfon dan pergi ke kantor polisi.

Sesampainya di kantor polisi aku sudah melihat appa dan eomma ku sedang bersama seorang namja.
"appa eomma.." panggilku sambil sedikit berlari ke arah mereka dan aku baru tau siapa namja yang bersama mereka
"Jungshin???" tanyaku tak percaya. Untuk apa dia disini? dia tersenyum sinis padaku
"lihatlah kelakuan mantan namja mu ini! ini semua ulahnya!" appa ku melemparkan semua benda teror ke atas meja yang selama ini diberikan pada keluargaku
"Jungshin-ah.. ini... ini semua... ulahmu?" aku masih tak percaya
"ne... ini semua karena aku. Aku yang mengirim semua teor itu. Hahaha" Jungshin tertawa evil
"geundae... untuk apa kau meneror ku? kenapa kau akan menghancurkan keluargaku kalau aku menikah dengan Kangin?"
"karena aku tidak suka melihat kalian berdua!!"
"tapi kau kan sudah bersama Victoria! untuk apa kau masih cemburu! kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi Jungshin-ah!!" bentakku
"ne.. memang! tapi aku benci melihat kalian berdua!"
aku langsung menampar wajahnya saking geramnya. Kangin, dimana dia?
"appa... bagaimana bisa appa menangkapnya?" tanya ku sambil berusaha membendung air mataku
"bukan appa yang menangkapnya. Kangin lah yang berhasil menemukan makhluk bejat ini! kasihan dia! wajahnya sampai memar. Dia sangat terluka" jawab appa ku sambil menatap Jungshin tajam
"mwo?? Kangin? dimana dia sekarang appa?" aku merasa sudah sangat bersalah dengan Kangin dan sekarang aku harus meminta maaf padanya sebelum semuanya terlambat
"dia... dia.. di rumah sakit Jangseok-ah.." jawab appa ku dengan wajah khawatir
"mwo?? di rumah sakit?" aku yakin pasti ini semua karena ulah Jungshin. Apakah Kangin sangat terluka sekarang? ahhh aku harus segera menyusulnya
"appa, eomma... aku kerumah sakit sekarang" aku langsung berlari meninggalkan kantor polisi itu. Aku mendengar suara teriakan appa dan eomma ku yang memanggilku kembali tapi aku tak menghiraukannya. Aku harus cepat menemui Kangin.

Sesampainya di rumah sakit aku langsung berlari mencari kamar Kangin. Setelah ketemu langsung kubuka pintu kamar itu dan..

"Jangseok??"
kulihat Kangin sedang duduk menghadap kasur rumah sakit. Bukankah dia yang sedang sakit? lalu kenapa dia tidak tidur dikasur?
"Kangin-ah... bukankah kau... seharusnya sedang sakit sekarang?" tanyaku terengah-engah
"aku? memang aku kenapa?"
"kau kan... harusnya babak belur sekarang dan terkapar di rumah sakit"
"aku hanya memar sedikit, berlebihan sekali hanya memar seperti ini sampai harus masuk rumah sakit?"
"tapi tadi kata appa.. kau... dirumah sakit karena kau berkelahi dengan Jungshin" air mataku mulai mengalir, aku tak berhasil membendungnya, Kangin tertawa kecil
"haha... bukan aku yang masuk rumah sakit. Tapi saudaraku! lihat? ini Shindong hyung" jawabnya sambil sedikit menggeser kursinya agar aku bisa melihat siapa yang terbaring lemah dikasur rumah sakit itu
"annyeonghaseyo..." sapa saudara Kangin yang bernama Shindong itu
"ahhh annyeonghaseyo..." aku membungkukan tubuhku. Ahhh aku malu sekali! Jam menjenguk pun sudah habis, aku dan Kangin keluar dari rumah sakit itu dan Kangin mengajakku ke sebuah taman yang terdapat air mancur indah.

"Jangseok-ah... mianhae, aku memaksamu ntuk menikah dengan ku." seketika suasana menjadi hening "aku sudah mengatakan pada appa dan eomma ku untuk membatalkan perikahan kita meskipun mereka sedikit kecewa. Kau bisa hidup lega sekarang, kau tidak akan menikah denganku" ucap Kangin dengan senyum paksanya
"mwo??? kau sudah bilang kalau kau akan membatalkan pernikahan ini?"
"ne..."
"Kangin-ah..." aku langsung memeluknya.

'Jangseok POV end'

'Kangin POV'

Mwoya? apa ini? Jangseok memelukku? aku tidak sedang bermimpi kan?

"Jangseok-ah..." aku masih setengah kaget dengan perbuatan Jangseok sekarang
"Kangin-ah... mianhae.... aku yang salah. Aku baru menyadari betapa jahatnya diriku ini" ucapnya terisak. Aku bisa merasakan nafasnya yang sesenggukan di dadaku. Jika aku boleh meminta, biarkan tetap seperti ini. 5 menit saja..
"Aku tidak mau memaafkanmu hanya karena masalah seperti itu. Dan aku memang baru tau betapa busuknya Jungshin itu. Kangin-ah... Mianhae, saranghae..." tangisnya semakin deras. Aku tak kuasa melihatnya menangis jadi ku balas pelukannya dan ku pererat pelukanku di tubuhnya
"uljima... kau tidak jahat." kataku menenangkannya seraya mengusap rambutnya
"aku jahat Kangin-ah... hukum aku! marahi aku!"
"ani.." mana mungkin aku memarahi gadis ini? aku terlalu mencintainya
"kumohon jangan pernah batalkan pernikahan ini" ucapnya lirih
"ne... aku pasti akan mengembalikan semuanya. aku tidak akan membatalkan pernikahan ini" aku memegang kedua pipinya "kita mulai lagi semuanya dari nol"
Jangseok mengangguk setuju. Aku menghapus sisa-sisa air mata di pipinya dengan ibu jari ku
"jangan pernah menangis lagi. Tersenyumlah untukku.."
Jangseok pun sedkit tersenyum mendengar ucapanku
"Kangin-ah.. Mianhae wa Saranghae.."
"Nado saranghae Jangseok-ah" aku pun mencium keningnya dan memeluknya erat. Tak ingin lagi aku kehilangan seorang Lee Jangseok.

THE END
__________________________________________________________________________
haduhhh mian ya kalo kurang bagus, kalo kurang greget, kalo kurang panjang. Lagi kehabisan ide nih. Jangan lupa RCL ya kawan...