Blog featuring asian fanfiction and etc.

Sunday 7 April 2013

Cocoa Macchiato (Part 3)

Author : Haepi Hun
Title : Cocoa Macchiato
Cast : - Do Kyungsoo/D.O (Exo-K)
          - Park Saehee (My sister/readers)
          - Kim Heechul (Super Junior)
Other Cast : - Ga Jaedong (OC)
                    - Poong Sanjin (OC)
                    - Moon Heejun (H.O.T) [Become Do Heejun for a while]
                    - Yang Seungho (Mblaq) [Become Do Seungho for a while]
                    - Kang Miyoon (OC)
                    - Choi Sunghee/Bada (S.E.S)
                    - Cho Kyuhyun (Super Junior)
                    - Lee Sungmin (Super Junior)
                    - Huang Zitao (Exo-M)
                    - Lee Taemin (SHINee)
                    - Lee Chanhee/Chunji (Teen Top)
                    (Rest you can find by yourself ^^) 
Rating : T
Genre : Romance, Family, Life, Friendship
Length : Chapter
__________________________________________________



_________________________________________________________________________________

'Saehee POV'


"Omo!" pekikku sambil menutup mulutku dengan kedua tangan.
"Mwo? Wae geurae?" tanya Sanjin sambil ikut melihat ke arah pandanganku.
"Kenapa dia bisa berada di sini?" gumamku. Kulihat ia menoleh ke arahku setelah memesan minuman bersama kedua temannya lalu berjalan menduduki kursi di depan meja bar. Aku kembali dapat bernafas lega ia tak lagi melihatku. Namun beberapa saat kemudian, kepalanya berputar dan mengahadap ke arahku. Ia menatapku dan hal itu membuatku menjadi salah tingkah. Nampaknya Jaedong dan Sanjin menyadari perilaku anehku yang tiba-tiba saja mengelap meja dengan tissue yang jelas-jelas masih bersih.
"Ya! Kau ini kenapa? Mejanya masih bersih!" tanya Jaedong penasaran.
"Eum, ani. Nan gwaencanha. Meja ini terlihat kotor jadi kubersihkan" jawabku sambil memamerkan gigiku.
Omona! Sekarang ia berjalan ke arahku. Apa yang mau dia lakukan? Dan apa yang harus kulakukan sekarang?



~Cocoa Macchiato~



"Hai" namja ini berdiri tepat di depanku sekarang tanpa melakukan apa pun.
"Aku tidak ingin berbasa-basi. Aku hanya ingin bertanya apakah kau sudah bertemu kakak sepupuku?" cih, sombong sekali orang ini. Aku bahkan hanya menyapanya. Apakah menyapa termasuk dalam kategori basa-basi?
"Eo... kau tahu aku ke sini untuk bertemu hyungmu? Belum, aku belum bertemu dengannya" jawabku sambil tersenyum keki.
"Tadi dia memberi tahuku bahwa ia akan sedikit terlambat dan memintaku untuk memberi tahumu"
"Oh..." gumamku singkat.
"Mungkin kau bisa bertemu dengan teman hyungku dulu selagi kau menunggunya. Sungmin hyung!" teriaknya ke arah dapur. Karena tak kunjung ada jawaban ia pun berjalan menuju dapur. Mungkin memanggil orang yang ia sebut sebagai Sungmin barusan.

Tak lama kemudian, Kyungsoo keluar bersama seorang namja berwajah imut yang mengenakan kaos berwarna pink pastel serta jeans hitam. Bukannya terlihat manis justru namja ini malah terlihat tampan dengan wajah imutnya itu.

"Hyung, ini orang-orang yang dimaksud Heechul hyung" Kyungsoo memperkenalkan.
"Oh, annyeonghaseyo. Lee Sungmin imnida" namja imut ini memperkenalkan diri dan kami bertiga pun juga memperkenalkan diri secara bergantian.
"Baiklah hyung, aku tinggal ya" bisik Kyungsoo namun masih bisa tertangkap oleh indra pendengaranku. Ia melenggang pergi menuju tempat duduknya kembali.
"Jadi kalian ini band jazz di Abiko Curry?" namja bernama Sungmin ini memecah lamunanku.
"Ne, benar"
"Ah ya, aku sepertinya tidak asing dengan kalian. Aku pernah beberapa kali ke sana dan melihat kalian. Menurutku kalian cukup berbakat" pujinya.
"Ah, kamsahamnida" ucap kami bertiga bebarengan.
"Eum" balasnya singkat lalu tak lama kemudian pintu Kona Beans terbuka. Itu Heechul oppa bersama seorang namja jangkung. Lee Sungmin langsung melambaikan tangannya pada kedua namja itu dan dengan tersenyum mereka berjalan ke tempat kami duduk.
"Hai. Sudah lama menunggu?" sapa Heechul oppa.
"Tepat lima menit sebelum kau datang" Sungmin melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Oh, hai. Maaf menunggu. Kami terjebak macet" Heechul oppa menjabat tangan kami bertiga begitu juga temannya ini yang baru kutahu bernama Cho Kyuhyun setelah berkenalan dengan kami.

Aku hampir memekik kegirangan kalau saja Sanjin tak meremas tanganku. Ternyata Heechul mengajakku kemari untuk memintaku bekerja di sini sebagai band di coffee shop yang baru kutahu ternyata ia pemiliknya bersama kedua sahabatnya ini. Ini sungguh anugerah dari Tuhan.

"Tentu saja kami mau. Tapi.." kugantungkan kalimatku menatap kedua sahabatku yang juga tengah menatapku.
"Tapi kami tidak tahu apakah manager akan mengizinkan kami bekerja disini sebelum kontrak kami habis atau tidak" lanjutku. Kini ketiga namja inilah yang ganti saling menatap satu sama lain.
"Mungkin kau bisa meminta izinnya dan membujuknya. Ayolah, kami sangat membutuhkan jasa kalian disini" usul Heechul yang ditanggapi anggukan dari kedua sahabatnya.
"Dia benar. Apa mungkin kami juga harus turun tangan?" kini namja bernama Kyuhyunlah yang memberi usul dan langsung kutolak dengan cepat.
"Ah, ani. Biar kami saja yang berbicara padanya"
"Baiklah. Nanti jika kalian sudah berbicara padanya, beri tahu kami ya"
"Tentu" jawab Sanjin dengan memamerkan eye smile miliknya.
"Kalau begitu sekarang ayo kita menikmati kopi spesial buatan para teman-temanku ini. Yoojin! Jinhae! Kemarilah!" teriak Heechul ke arah dapur dan keluarlah dua sosok yeoja yang sama-sama mengenakan celemek hijau bertuliskan Kona Beans.
"Ne daepyunim?" jawab mereka berdua serempak.
"Ah, sudah kubilang jangan panggil kami daepyunim. Ini hanya coffee shop biasa bukan kantor perusahaan yang besar" protes Kyuhyun setengah bergurau.
"Ne sunbaenim. Ada apa sunbae memanggil?"
"Tolong buatkan teman-temanku ini kopi paling spesial di tempat ini" ujar Heechul.
"Ne, algesseumnida" kedua yeoja itu pun berjalan menuju dapur. Kurasa Heechul sempat melirikku sekilas lalu setelah itu ia menyusul kedua pegawainya barusan atau lebih tepatnya teman. Entahlah apa yang dilakukannya di dalam sana. Aku hanya sibuk mengobrol ringan bersama dua sahabatku juga Kyuhyun dan Sungmin.

"Igo. Aku memesankanmu Macchiato paling spesial disini" bisik Heechul sesampainya di meja kami.
"Kau pasti akan menyukainya karena Macchiato akan pas jika diminum oleh yeoja sepertimu" katanya sambil menyodorkanku secangkir kecil Macchiato.
"Yeoja sepertiku?" kukernyitkan dahi menanggapi ucapannya namun ia malah mengendikkan dagunya menyuruhku untuk segera menyicipi Cappuccino versi kecil ini.
"Eotte? Perasaanmu merasa lebih baik setelah meminum ini?" tanyanya.
"Emm... ini enak. Geundae, aku masih tidak mengerti kenapa kau menyuruhku meminum Macchiato sedangkan teman-temanku yang lain meminum Granita Di Caffe Con Panna" ucapku jujur sambil kembali menyesap Macchiatoku.
"Kau itu seperti Macchiato. Pahit di bawah tapi manis di atas. Dan kurasa harus ada milk cream yang mencampurnya supaya menjadi lebih manis lagi" lagi-lagi aku dibuat bingung oleh perkataannya.
"Lalu siapa milk cream itu?"
"Tentu saja orang yang akan berada di hatimu kelak" jawabnya singkat dengan tersenyum namun mampu membuatku hening memikirkan ucapannya. Mungkinkah milk cream itu adalah dia?
"Hyung! Aku mau pulang" tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku.
"Kenapa buru-buru? Minumlah dulu disini bersama kami" ajak Heechul pada adik sepupunya itu.
"Ani. Kami sudah terlalu banyak minum kopi dan sekarang kami ingin pulang"
"Ayolah, mengobrol saja dulu disini bersama kami. Dari tadi kalian bertiga menyendiri di bar. Lebih baik kalian bergabung mengobrol dengan kami" bujuk Sungmin sambil menyeret paksa Kyungsoo dan kedua temannya untuk duduk di sebelahnya.

'Saehee POV end'

'Author POV'

Akhirnya Kyungsoo pun kalah dan mereka pun melanjutkan mengobrol sambil sesekali Tao dan Taemin membuat lelucon yang membuat Sanjin dan Sungmin tertawa terpingkal-pingkal. Selama mengobrol, Saehee terus bercanda dengan Tao dan Taemin dan hal itu sukses membuat Kyungsoo ingin tertawa namun karena sedang menjaga imagenya ia hanya terus diam tanpa tahu apa yang harus ia lakukan.

"Ahahahaha, aigoo. Ya! Kyungsoo! Kenapa kau diam saja dari tadi?" setelah berhasil meredakan tawanya, akhirnya Kyuhyun bertanya.
"Mwo? Ah.. gwaencanha. Aku hanya mengantuk" kilahnya sambil tersenyum.
"Ah jinjja. Saehee bahkan sudah membuat banyak lelucon dan kau masih saja mengantuk? Ah, dasar kau tak punya selera humor!" tandas Taemin dan mereka kembali melanjutkan aktivitas mengobrol dan tertawa mereka. Sejujurnya Kyungsoo hanya merasa tak nyaman dengan kehadiran Saehee di tengah-tengah mereka. Entah apa yang membuatnya begitu.

Hari sudah mulai senja dan pengunjung perlahan berdatangan. Kona Beans semakin malam akan semakin ramai karena suasananya yang nyaman di malam hari. Jaedong dan Sanjin izin pamit ke super market untuk berbelanja sedangkan Saehee ketika ingin ikut kedua sahabatnya malah ditahan oleh Heechul supaya menunggu mereka berdua saja sambil tetap mengobrol di Kona Beans. Kyuhyun menggantikan Xiumin di kasir karena shift-nya sudah habis dan Sungmin seperti biasa membantu Yoojin dan Jinhae meracik minuman untuk para pelanggan yang jumlahnya akan bertambah banyak menjelang malam. Jadilah tersisa Kyungsoo, Saehee, Heechul, Tao, dan Taemin.

"Kyungsoo! Aku sudah ditelepon ibuku. Katanya aku harus cepat pulang karena ayahku sedang pergi"
"Aku juga. Adikku sendirian di rumah. Kasihan tidak ada yang menemaninya" ucap Taemin dan Tao berurutan.
"Eo, mau kuantar?" tawar Kyungsoo. Itu pasti hanya modusnya agar ia bisa cepat pergi dari tempat ini.
"Ani. Tidak usah. Kami bisa naik bus. Annyeong" mereka berdua pun melambaikan tangan pada Kyungsoo, Saehee, dan Heechul.

Seketika suasana menjadi hening. Demi mencairkan suasana Heechul pun berdeham pelan dan berbicara "Aku bingung. Saehee yang baru pertama kali mengenal Taemin dan Tao hari ini saja sudah langsung bisa akrab dan tertawa seperti tadi. Tapi kenapa dengan Kyungsoo tidak? Padahal kau lebih dulu mengenalnya" pertanyaan Heechul telak membuat keduanya terdiam. Karena tidak ingin membuat Heechul merasa bersalah, Saehee pun menjawab dengan tersenyum "Jinjja? Mungkin kesalahan tidak terletak padaku. Aku sudah berusaha untuk berbaur" secara tidak langsung jawaban Saehee telah menyindir Kyungsoo yang langsung direspon oleh tatapan tajam Kyungsoo padanya. Akhirnya terjadilah adu pandang yang sengit.
"Jadi kau ingin bilang bahwa ini adalah salahku yang kurang pergaulan dan tidak bisa berbaur?" Kyungsoo masih dengan suara rendahnya namun bernada tajam.
"Aku tidak bilang seperti itu" balas gadis bermata besar itu santai.

Merasa keadaan malah bertambah tegang, Heechul pun mencoba angkat suara demi menghindari hal-hal yang tidak dia inginkan.
"Ah sudahlah. Aku juga hanya bertanya. Lebih baik kita ke topik lain"
"Oh, tidak perlu oppa. Karena kedua sahabatku sudah datang dan itu artinya aku harus segera kembali ke rumah. Gomawoyo untuk kopinya. Aku pamit" ucap Saehee sambil membungkukkan tubuhnya ke arah Heechul namun tidak pada Kyungsoo. Gadis itu justru menatapnya tajam sebelum berjalan menghampiri kedua sahabatnya yang bahkan belum sempat masuk ke dalam Kona Beans yang langsung ia ajak kembali pulang.

"Aishhhh jinjja! Namja itu benar-benar menjengkelkan! Kupikir ketika pertama kali bertemu dengannya ia adalah orang yang baik ternyata sebaliknya. Huh! Kutarik ucapakanku bahwa ia tampan. Ia sama sekali tidak tampan! Dia adalah manusia terjelek yang pernah kukenal!" gerutu Saehee ketika mereka telah sampai di rumah kontrakan mereka.
"Aigoo! Kenapa dari tadi kau terus membahasnya? Jika kau kesal sebaiknya kau diam dan jangan memikirkannya lagi! Memikirkannya hanya akan membuatmu bertambah kesal dan itu akan merusak telingaku secara perlahan!" merasa terusik oleh gerutuan Saehee yang tak selesai sejak tadi, Jaedong pun bergegas berjalan ke kamarnya dan menutup pintunya rapat-rapat. Melihat hal itu Sanjin hanya mendengus pelan.
"Jaedong benar. Sebaiknya kau jangan memikirkannya terus. Hal itu hanya akan membuatmu semakin kesal terhadapnya" Sanjin menasihati dengan bijak. Ketika Saehee atau pun Jaedong sedang stres, hanya Sanjinlah yang sanggup memberikan kalimat-kalimat bijak yang akan menyadarkan mereka. Sanjin sudah seperti ibu bagi mereka.
"Aku tidak memikirkannya tapi pikiran itulah yang datang sendiri ke dalam otakku dan mau tidak mau aku akan terus kepikiran"
"Jika seperti itu jalan yang terbaik adalah mendengarkan musik ballad dan tidur. Penelitian membuktikan dengan mendengarkan lagu ballad maka akan membuat tubuh manusia menjadi rileks. Bahkan hal itu juga berpengaruh terhadap hewan dan tumbuhan" tuturnya sambil mengajak Sahee menuju kamar mereka. Saehee pun luluh dan ia mengikuti apa yang disarankan oleh sahabatnya itu dan dalam beberapa menit saja rohnya telah terbawa di alam mimpi.



***


Kyungsoo tengah terbangun dari tidurnya. Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Biasanya ayah dan ibunya pagi-pagi sekali sudah berangkat bekerja dan kakak sepupunya itu sudah pasti masih berada di dunia mimpinya karena ketika liburan seperti ini sepupunya itu akan bangun sangat siang namun ketika keluar kamar, samar-samar Kyungsoo mendengar suara gaduh dari ruang keluarga. Demi mengantisipasi hal-hal buruk, ia pun berjalan mengendap demi melihat siapa yang berada di rumahnya itu. Mungkin satu pukulan sudah melayang ke wajah orang tersebut kalau saja Kyungsoo tak cepat-cepat membuka matanya.

"Hyung? Noona?" pekiknya melihat seorang namja dan seorang yeoja yang tengah membereskan barang bawaan mereka.
"Kenapa ekspresimu seperti itu? Kau tidak merindukan kakakmu ini?" kata namja tersebut sambil merentangkan kedua tangannya. Kyungsoo pun berjalan ke arah namja itu dan merangkulnya.
"Wah, Seungho hyung. Kau pulang kenapa tidak bilang-bilang?" tanyanya antusias "Oh, annyeong Taehyun noona" lanjutnya menyapa seorang yeoja yang sedang berdiri tersenyum melihat tingkah kedua kakak beradik tersebut.
"Annyeong!" balas yeoja yang disebut-sebut sebagai kekasih namja bernama Seungho tersebut.
"Aku sengaja karena aku tidak ingin mengganggu tidurmu jadi kami pulang naik taxi"
"Ah, kau dengan adikmu sendiri seperti dengan siapa saja" goda Kyungsoo sambil menyikut kakak kandungnya tersebut. "Aku bahkan waktu itu yang menjemput Heechul hyung di bandara" lanjutnya.
"Eh, Kyungsoo. Bisakah kau membantu adikku di luar? Tampaknya ia sedang kesulitan mengambil barang bawaannya" tanya Taehyun sambil sesekali menengok keluar.
"Mwo? Kau membawa adikmu?" pekik Kyungsoo tak percaya. Ia amat mengerti bagaimana adik dari calon kakak iparnya tersebut.
"Ne, kau belum tahu? Tahun ini dia masuk kuliah dan dia akan kuliah di Seoul bersama saudaraku yang juga semuruan dengannya" penjelasan Taehyun membuat Kyungsoo nampak sedikit terkejut.
"Oh, begitu rupanya" dengan lemas Kyungsoo berjalan keluar berniat membantu adik Taehyun tersebut. Bahkan dari luar suara keluhan adiknya itu sudah terdengar sampai ke dalam rumah.

"Eo, Ilsun. Annyeong" sapa Kyungsoo berbasa-basi dengan raut wajah tak nyaman.
"Aaahhh, jinjja Kyungsoo oppa! Kenapa kau malah berdiam diri saja di situ? Ppaliwa! Bantu aku! Ini sangat berat tahu?!" Bingo! Baru saja Kyungsoo berpikir bahwa gadis ini akan sangat menyebalkan jika terus berada di rumahnya dan sekaranglah permulaannya. Suara cemprengnya akan sangat merusak gendang telinga siapa pun yang mendengarnya.
"Ne, ini aku juga baru mau membantumu. Sabarlah sedikit!"

'Author POV end'

'D.O POV '

"Omo! Ilsun-ah! Nuguya? Kyyaaa!!!! Neomu kyeopta!!!" pekik seorang yeoja lagi yang baru kusadari kehadirannya. Cih, dasar tak tahu malu!
"Oh iya, oppa! Kenalkan, dia saudaraku. Namanya Mai" ujar Ilsun memperkenalkan saudaranya tersebut. Jadi dia yang dimaksud Taehyun noona? Oh My God! Saudaranya pun tak kalah gilanya dari Ilsun. Aigoo, aku harus bagaimana sekarang? Dua yeoja girang yang tak tahu malu sekarang ada di hadapanku. Huft! Calm down Do Kyungsoo!
"Eiyy? Eo.. Oh, hehehe ne. Do Kyungsoo" balasku dengan tertawa hambar dan kurasa yeoja aneh yang satu ini masih saja menatapku takjub. Aigoo! Dasar tak punya urat malu!


Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Sebetulnya pagi ini aku ada kelas, tapi barusan aku mendapat kabar dari Taemin bahwa dosen yang akan mengajar kami tidak masuk jadi kelas hari ini diliburkan. Ah, senangnya.
Untuk mengenyahkan kebosananku, aku pun berniat untuk pergi ke Kona Beans bertemu dengan Tao dan Taemin. Heechul hyung bilang hari ini ada sesuatu yang perlu didiskusikannya bersama Sungmin dan Kyuhyun hyung mengenai Kona Beans, jadi ia tidak bisa ikut bersamaku.

Sial! Ketika aku akan pergi, tiba-tiba saja saudara Ilsun dan Taehyun noona ini muncul di hadapanku dengan senyuman lebarnya.
"Annyeong Kyungsoo oppa" sapanya sambil melambaikan tangannya tepat di depan wajahku.
"Oppa!" tiba-tiba sebuah suara muncul dari belakangku. Aish, Ilsun. Mau apa lagi dia?
"Oppa oppa! Kau mau pergi?" tanyanya girang yang diselingi anggukan semangat dari Mai. Kutatap dua yeoja aneh ini dengan prihatin.
"Ne"
"AAAAA!!!!" teriak keduanya bersemangat yang membuat jantung dan telingaku mau copot.
"Bolehkah kami ikut??? Boleh ya? Boleh ya? Boleh ya oppa???" tanyanya atau lebih tepatnya merayu dengan mengedipkan matanya cepat beberapa kali. Cih, cara klasik!
"Aigoo, tapi aku bersama teman-temanku" kilahku.
"Ah, gwaencanha. Kami justru senang jika ada teman-temannu"
"Benar sekali! Siapa tahu ada yang tampan seperti oppa" tambah Mai gamblang dengan wajah 'sok' malu-malunya yang memuakkan itu.
"Geundae..."
"Ya oppa ya??? Boleh ya??? Kami akan bosan di rumah sebesar ini" rengek Ilsun. Karena tak tahan mendengar suara cemprengnya tersebut, dengan berat hati aku pun memersilakannya ikut denganku. Taemin, Tao, mianhae telah membawakan kalian dua alien aneh ini.


"Kyungsoo-ah! Kenapa mereka sangat berbeda dengan Taehyun noona? Kakakknya saja halusnya setengah mati, cantik pula. Aigoo" bisik Tao padaku yang tengah mengamati dua yeoja yang sedang sibuk mengobrolkan sesuatu yang membuat pengunjung lain menoleh pada mereka karena suara gaduh yang mereka berdua buat. Karena malu, akhirnya aku memilih duduk memisahkan diri dari mereka berdua dan duduk bersama kedua sahabatku di bar favorit kami.
"Kyungsoo, sebenarnya mereka berdua siapa?" Yoojin sudah berada di hadapan kami sambil mengelap gelas-gelas yang baru saja di cucinya tentunya juga dengan menatap aneh ke arah Ilsun dan Mai.
"Dia adik dan saudara dari Taehyun noona. Kekasih kakakku" jawabku lesu. Yoojin nampak tak percaya dengan jawabanku.
"Mwo? Jika kakakmu jadi menikah dengan kekasihnya itu berarti kau akan selalu digandrungi olehnya?" tanyanya sambil melirik ke arah Ilsun yang kini sedang mencoba memakan choco chipnya dengan cara dilempar ke atas terlebih dahulu dan yang membuatku ingin tertawa adalah choco chipnya tersebut tak berhasil masuk ke dalam mulutnya dan justru mengenai matanya.
"Molla. Tapi kurasa tidak karena aku juga kelak akan memiliki keluarga sendiri"
"Iya, tapi jika ada acara keluarga kau tentu akan bertemu dengannya juga kan?"
"Ah, biarlah. Aku tidak ingin membahas alien itu" tepat ketika aku menyelesaikan ucapan terkahirku, suara bel pintu berbunyi dan aku segera menoleh ke arah pintu.

Saehee? Apa yang dia lakukan sendirian di sini? Biasanya ia datang bersama dua sahabatnya itu.
"Eo, Saehee-ah!" panggil Taemin dan Tao. Saehee pun menoleh dan berjalan ke arah kami. Aku hanya mendengus pelan.
"Hey, kalian juga di sini?" sapanya sambil mengambil tempat duduk di sebelah Taemin.
"Ne. Ini adalah tempat bersantai kami. Kau sendiri, kenapa sendirian kemari? Mana Sanjin dan Jaedong?" tambah Taemin.
"Mereka tidak ingin ikut. Katanya lelah, jadi mereka beristirahat di rumah. Karena bosan, akhirnya aku datang kemari" jelas gadis berambut coklat ini. Aigoo, kenapa juga Taemin dan Tao harus memanggilnya kemari?

Tampaknya kehadiran Saehee di sini akan menggeserku sebagai sahabat Taemin dan Tao. Buktinya mereka berdua malah asik mengobrol sendiri dan mengacuhkanku.
"Wah, wah. Kelihatannya ada yang didepak sebagai teman" sindir Jinhae yang sedang membuat kopi pesanan pelanggan. Aku menatapnya sinis.
"Tenang saja! Mereka berdua hanya butuh suasana baru. Mana mungkin mereka akan melupakanmu sebagai sahabat mereka" tambah Jinhae berusaha menghiburku. Aku hanya sibuk meminum Hot Chocolate-ku.

Setelah lama mengobrol, Saehee tampak berjalan menuju toilet. Lama berada di sana, tiba-tiba aku mendengar suara teriakan yeoja yang sudah tak asing lagi di telingaku.
"AARRGGHHH!!!" semua mata pun tertuju pada dua yeoja yang sedang saling menatap satu sama lain dengan tatapan shock.
"Omona! Bajuku!!"
"Ilsun?" ternyata dua yeoja itu adalah Ilsun dan Saehee dan kulihat ada noda kopi di baju Ilsun serta tumpahan kopi beserta gelas plastiknya yang sudah berceceran di lantai. Karena aku tidak melihat kronologinya secara jelas jadi kusimpulkan bahwa Ilsun sedang membawa kopinya lalu bertemu dengan Saehee dan mereka pun bertabrakan hingga terjadilah kecelakaan ini.

'D.O POV end'

'Saehee POV'

Omo! Gawat! Aku membuat masalah! Aku membuat kopi yeoja ini tumpah di bajunya. Aissshhh, dan suaranya yang cempreng itu membuat telingaku mau tuli.
"YA! Kau tidak pernah menggunakan matamu ketika berjalan? Aisshhh, bajuku. Eottohke?" rutuk yeoja centil ini sambil mengibaskan bajunya.
"Ahhh joisonghamnida agassi. Jeongmal joisonghaeyo. Eum, aku akan membersihkannya" ketika aku akan mencoba membersihkan pakaiannya, segera tangaku ditampik cepat olehnya.
"Tidak usah! Kau urus saja masalahmu sendiri! Nanti pakaianku malah tambah kotor!" jawabnya ketus. Aku hanya mampu menunjukkan wajah merasa bersalahku walaupun sebenarnya aku juga sedikit kesal dengan yeoja sombong nan centil ini. Ish, memangnya dia pikir hanya bajunya saja yang kotor? Bahkan aku sampai terjatuh menabraknya dan tampaknya pergelangan kaki kananku sedikit terkilir.

Yeoja ini masih saja terus mengomel padaku dan hal itu membuat kakiku bertambah sakit karena terpeleset barusan. Ish, rasanya ingin kusumbat mulut besarnya itu dengan sepatuku. Oh, tidak! Sepatuku terlalu berharga untuk menyumbat mulutnya itu.
Tiba-tiba sepasang tangan besar menyentuh kedua bahuku dan hal itu otomatis membuat yeoja ini terdiam (untuk sementara).

"Taukah kau? Dia lebih menderita dibandingkan dirimu yang hanya terkena tumpahan kopi! Jadi berhenti membuat kericuhan di sini karena Heechul hyung tidak akan segan-segan mendepakmu keluar jika sampai kau membuat coffee shopnya sepi!" Omo! Dia Kyungsoo? Apa aku tidak salah dengar? Dan ia membelaku?
"Eo, Kyungsoo-ah" dengan perlahan ia memapahku untuk berjalan ke tempat dudukku semula dan yeoja itu masih saja berteriak seperti orang gila.
"Ya! Kyungsoo oppa? Kenapa kau malah jadi memarahiku? Yang salah kan yeoja sialan itu! Huh!" eiyy, enak saja dia mengataiku sialan! Dasar yeoja girang!

"Aigoo. Saehee-ah, gwaencanha?" serbu Taemin dan Tao sesampainya aku di kursi. Mereka tampak sangat khawatir.
"Nan gwaencanha. Hanya terpeleset dan sedikit terkena tumpahan kopi saja" jawabku santai lalu seorang pegawai yang kemarin di panggil oleh Heechul sebagai Yoojin mendatangi kami semua. Aku menatapnya tak enak hati.
"Gwaencanha, Aku akan segera membereskannya" ucap yeoja berkulit gelap ini lalu bergegas membersihkan hasil ulahku barusan. Kurasa Kyungsoo masih saja memerhatikanku. Apa mungkin ia juga mengkhawatirkanku?
"Kau jangan coba-coba mencari masalah lagi dengan yeoja tadi! Dan satu hal yang paling penting, kau jangan membuat masalah di coffee shop hyungku ini!" ujar Kyungsoo memeringati dengan nada tajam. Huh! Namja ini sudah ketahuan mengkhawatirkanku masih saja berlaga sok.
"Sudahlah Kyung-ah! Dia sedang kesakitan! Jangan kau buat dia tambah pusing!" bela Taemin. Aku tertawa dalam hati yang melihatnya hanya menunjukkan wajah masam.

Setelah kejadian tadi, Temin dan Tao memaksa Kyungsoo untuk mengantarku pulang karena hanya dia yang membawa mobil di sini. Dan dua yeoja pengusik bersuara cempreng itu terpaksa tinggal di coffee shop karena jika ia ikut Kyungsoo mengantarku pulang, mobilnya tidak akan muat.

"Gomowoyo. Jeongmal gomawo sudah membantu dan mengantarku pulang" ucapku sambil membungkuk.
"Ne. Kau yakin masih bisa berjalan ke dalam? Perlu kuantar?" tawar Taemin. Anak ini, tampaknya dia yang paling mengkhawatirkanku.
"Ah, aniya. Tidak perlu. Aku bisa berjalan"
"Kalau begitu masuklah"
"Ne" ketika akan berjalan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba aku merasakan nyeri kembali pada kakiku yang terkilir dan membuat keseimbanganku hampir goyah kalau saja tidak ada seseorang yang menahanku.
"Ck, tidak usah pura-pura kuat!" ternyata Kyungsoo? Dan ia pun memapahku kembali berjalan ke dalam rumahku. Omo! Kuakui wajahnya jika dari dekat seperti ini terlihat dua kali lebih tampan di tambah aroma maskulinnya. Detak jantungnya terasa jelas di punggungku. Aish, apa yang kau pikirkan Park Saehee?

"Omona! Saehee, apa yang terjadi?" Sanjin langsung menyerangku dengan pertanyaannya saat melihatku yang dibantu berjalan oleh Kyungsoo.
"Hei, apa yang terjadi pada uri Saehee?" kali ini pertanyaannya dilontarkan pada Kyungsoo yang jelas saja membuat Sanjin berpikiran dialah orang yang bertanggung jawab atas diriku karena hanya dia yang sekarang bersamaku.
"Tadi ada sedikit kecelakaan di coffee shop dan kakiknya terkilir lalu aku, Taemin, dan Tao mengantarnya pulang agar ia bisa segera diobati" jelasnya singkat sambil menyerahkanku pada Sanjin.
"Ne, tapi hanya terkilir sedikit kok" kilahku.
"Ah, begitu rupanya. Terima kasih ya kau sampai repot mengantarnya pulang" ujar Sanjin tulus.
"Yah, dia memang merepotkan kok" apa-apaan namja ini? Sanjin bahkan berbicara sungguh-sungguh padanya dan ia malah membalasnya seperti itu? Kulihat wajah Sanjin mulai tidak nyaman dan hal itu membuatku ingin menghajar namja ini sekarang juga yang telah membuat Sanjin sakit hati namun mengingat masih ada sahabatku tercinta di sini jadi kuurungkan niatku tersebut demi menjaga suasana. Baiklah Do Kyungsoo, walaupun kau telah menolongku tapi akan kupastikan besok kau akan menyesali perbuatanmu hari ini!
"Geuraeyo. Terima kasih sudah mengantarku. Kau bisa pulang sekarang" ujarku yang secara tak langsung telah mengusirnya.
"Tidak perlu kau suruh pun aku juga sudah ingin pulang dari tadi. Annyeong" balasnya dengan wajahnya yang menyebalkan itu.

Setelah ia menutup pintu rumahku aku langsung mendesah frustasi.
"Ah jinjja! Kenapa namja itu begitu menyebalkan! Bahkan ia tidak bisa berbicara dengan halus!" gerutuku sambil mengurut keningku.
"Tenanglah. Bukankah dia memang seperti itu?" kata Sanjin menenangkanku. Aku hanya menatapnya prihatin. Lihatlah Do Kyungsoo! Kau akan mendapatkan balasannya!


~***~

"Ya! Kau!" tudingku pada namja yang kini tengah menikmati segelas Hot Chocolate-nya di sebuah meja bar yang kuketahui sebagai tempat duduk favoritnya jika berkunjung ke coffee shop milik sepupunya ini. Ia hanya menoleh dan menatapku datar lalu mengarahkan jari telunjuknya pada dirinya sendiri, bermaksud memastikan bahwa orang yang kupanggil adalah benar dirinya.
"Apa maksudmu berbicara kasar terhadap sahabatku?" tanyaku langsung pada inti persoalan tanpa basa-basi seperti biasanya.
"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan" jawabnya datar sambil kembali menyesap minumannya. Hal itu membuatku semakin geram terhadap manusia kasar ini.
"Hey! Dengar ya! Jika kau tidak menyukaiku, kau bisa memaki diriku! Tapi jangan kau sakiti hati sahabatku! Dia tidak mengerti apa pun!" entah apa yang lucu dari perkataanku, namun namja ini malah tertawa pelan atau lebih tepatnya terkekeh mengejek.
"Aku sedang santai menikmati coklatku dan tiba-tiba saja ada seorang gadis aneh yang marah-marah padaku. Aigoo, lucu sekali" lalu ia kembali melanjutkan kalimatnya "Dan itu sangat mengganggu" dengan raut wajah yang berubah tajam ia menatapku.
"Jinhae-ah! Ini uangnya. Aku sudah kehilangan selera" ujarnya pada seorang kasir bernama Yang Jinhae  sambil meletakkan beberapa lembar Won di atas meja lalu berjalan mendahuluiku.
"Dasar kau namja kasar yang tak punya perasaan!" ucapku sedikit menaikkan nada bicaraku sebelum ia sempat keluar dari coffee shop ini. Setelah mendengar ucapanku, ia segera berhenti dan tak lama kemudian berbalik menghadapku. Aku mulai khawatir ketika ia berjalan kembali menghampiriku dengan wajah yang mengernyit.
"Mwo? Kau pikir siapa dirimu? Kau tiba-tiba datang dan mengganggu aktifitas bersantaiku! Dan sekarang kau memaki diriku! Orang tuaku bahkan tak pernah memaki-maki diriku!" ujarnya tajam yang membuatku sedikit takut. Apakah perkataanku salah? Tapi kenyataannya dia memang lelaki kasar! Tanpa ada jawaban apa pun dariku ia kembali berjalan keluar dari Kona Beans lalu memasuki mobilnya dan melajukan kendaraannya tersebut dengan kecepatan tinggi. Aku hanya mampu mendesah pelan menatapnya.

Memikirkan hal itu membuat perasaanku jadi tidak nyaman. Aku pun memutuskan untuk memesan Macchiato dan duduk di bar. Kini Macchiato menjadi minuman favoritku semenjak Heechul memperkenalkannya padaku terutama jika aku sedang stres seperti sekarang ini, hanya Macchiato lah yang mampu menenangkan otakku.

"Mungkin dia sedang stres. Jangan terlalu dipikirkan" ujar seseorang yang sering dipanggil Jinhae ini sambil memberikanku secangkir Macchiato.
"Gomawoyo" balasku seraya tersenyum padanya.
"Dia memang seperti itu. Jika sedang ada masalah, ia akan sering datang kemari dan perilakunya jadi dingin dan sedikit menyebalkan. Tapi aslinya dia sangat baik dan juga suka tertawa" tuturnya menjelaskan. Aku hanya menatap cangkir Macchiato-ku. Mungkinkah perkataanku barusan sudah keterlaluan? Mana kutahu bahwa ia sedang ada masalah?

'Saehee POV end'

'D.O POV'

Kenapa Tuhan harus membuat garis hidupku seperti ini? Tak pernah kusangka bahwa ayah akan mengidap penyakit seperti ini. Lupus yang menyerangnya telah membuat kekebalan tubuhnya menurun dan yang menjadi masalahnya adalah penyakit ini mematikan. Dokter mengatakan bahwa penyakit lupus yang diderita ayahku adalah karena faktor hormonal dan lingkungan.

Dan sekarang yeoja itu malah datang dan semakin membuat pikiranku menjadi runyam. Aigoo! Bisakah sehari saja aku mendapat ketenangan?

"Kyung-ah, apakah appa sudah mengetahui mengenai penyakitnya?" tanya Seungho hyung ketika aku telah kembali ke rumah. Aku menggeleng lemah.
"Aku takut jika appa cepat mengetahuinya maka semangatnya akan menurun"
"Hmmm, kau benar. Tapi cepat atau lambat appa pasti akan tahu" entahlah. Aku sudah tidak dapat berpikir kali ini. Rasanya bebanku begitu berat karena hanya ayah lah kepala keluarga di sini dan hanya dialah yang menjadi tempatku berkeluh kesah. Tuhan, sembuhkanlah ayahku.



***

"Oppa! Oppa!" arrghhh!!!! Jinjja! Kenapa yeoja itu selalu berteriak-teriak memanggilku bahkan ketika aku sedang menikmati makan siangku. Kutatap dirinya malas. Sangat berbeda dengan wajahnya yang begitu bersemangat dan sangat sumringah menatapku.
"Oppa, kemarin Ilsun mendapat dua tiket untuk pergi ke acara musim semi di Namdaemun. Kita pergi sama-sama yuk!" aku melengos. Apa lagi yang ingin ia rencanakan dengan Ilsun setelah ide buruk mereka kemarin yang memang sengaja mencelakakan Saehee karena mereka berdua iri padanya yang bisa akrab dengan teman-temanku?

Ya, aku baru tahu setelah kemarin tak sengaja aku mendengar percakapan mereka di kamar yang tertawa gembira karena telah berhasil membuat Saehee terjatuh dan malu di depan semua orang. Terang saja hal itu membuatku murka dan yang paling membuatku heran adalah kenapa mereka berdua tidak kapok juga dan sekarang yeoja ini malah mengajakku berjalan-jalan. Sebenarnya dimana urat malunya?


"Kau pergi saja dengan Ilsun" jawabku datar dan seketika nafsu makanku menguap begitu saja ketika Mai datang. Langsung kubawa mangkuk makanku dan berniat untuk membawanya ke tempat cuci piring namun tanganku ditahan olehnya.
"Oppa! Ayo kita pergi sama-sama! Ilsun bahkan sudah menyerahkan tiket itu untuk kupakai bersamamu. Ya, oppa ya?? Ya??? Ya??? Ya????" rengeknya sambil menarik-narik lenganku. Hal itu tentu saja tidak dengan mudah menggoyahkan pertahananku karena memang pada dasarnya aku tidak menyukai yeoja aneh ini. Lalu dengan senyuman yang kubuat-buat, aku menjawabnya "Mai, aku bilang aku tidak mau pergi! Jadi jangan menggangguku!" kali ini aku meninggikan nada suaraku pada kalimat yang terakhir dan hal itu membuatnya sedikit tersentak. Aku tak peduli, kutepis tangannya dari tanganku sedikit kasar lalu bergegas pergi ke tempat cuci piring.

Karena di rumah aku terus-terusan diganggu oleh dua makhluk menyebalkan itu, akhirnya kuputuskan untuk pergi ke Kona Beans. Tadi pagi Heechul hyung sudah pergi kesana, mungkin aku bisa sedikit menenangkan pikiranku dengan mencurahkan keluh kesahku padanya tentang dua alien itu.

"Igo. Hot Chocolate kesukaanmu" Heechul hyung menyerahkanku segelas coklat panas sambil duduk di hadapanku.
"Kenapa kau tidak membawa dua temanmu?" tanyanya.
"Tao dan Taemin maksudmu? Aniya, mereka pasti belum bangun karena semalam mereka bertanding game sepak bola hingga larut" jawabku. Belum sempat aku meminum Hot Chocolate-ku, pintu Kona Beans sudah terbuka dan menampakkan sesosok namja yang sudah tak asing lagi bagiku. Namja itu berlari ke arahku dan dengan senyum gembiranya ia memelukku erat.
"Hyung! Ah, jeongmal bogoshipeo"
"Aigoo! Aigoo! Hey! Lepaskan aku! Aku tidak bisa bernafas!" pekikku tertahan akibat pelukan orang ini yang terlalu kencang mencekik leherku. Ia pun melepaskan pelukannya dan menatapku sumringah.
"Ah jinjja! Tadi aku melihatmu dari luar dan segera saja aku masuk kesini untuk menemuimu. Ah, aku benar-benar merindukanmu hyung!" serunya dengan senyuman yang masih setia terukir di wajah cantiknya.
"Aigoo. Chunji-ah! Kenapa kau sangat berlebihan? Tidak perlu sampai mencekikku seperti itu!" keluhku seraya mengusap-usap leherku yang sakit karenanya.

Lee Chanhee atau lebih akrab disapa Chunji ini adalah salah satu dari sahabatku juga selain Taemin dan Tao. Selama satu bulan ini ia mengikuti olimpiade lari marathon dari berbagai universitas di Korea Selatan. Setiap universitas membawa satu mahasiswa dari masing-masing fakultasnya sebagai perwakilan untuk ditandingkan dan Chunji yang terpilih untuk mewakili fakultas kami, Fakultas Seni Jurusan FTM. 

"Hehehehe, hyung. Apa kau tak merindukanku?" ucap Chunji sambil mengerucutkan bibirnya. Cih, aku sangat anti dengan namja aegyo seperti dirinya tapi kenapa aku mau bersahabat dengannya ya?
"Aish, sudahlah. Tidak usah memasang raut wajah seperti itu! Aku jijik, kau tahu? Sudah kau duduk saja disini!" titahku memersilakannya duduk di sebelahku.
"Wah, bagaimana olimpiadenya? Apa kau menang?" tanya Heechul hyung ramah dan itu membuat Chunji menjadi tambah bersemangat.
"Eo! Aku memenangkannya hyung! Padahal saat pertama mengikutinya aku tidak yakin jika aku akan menang. Ah, senangnya bisa membawa semua teman-teman satu jurusanku pergi liburan dengan voucher gratis" ungkapnya. Aku mengernyitkan dahi mendengar ucapannya.
"Apa maksudmu?"
"Ya, jika perwakilan dari satu jurusan menang maka seluruh mahasiswa dari jurusan yang menang tersebut juga ikut mendapatkan hadiahnya yaitu voucher liburan gratis ke Gyeongju, hyung" kubelalakkan mataku mendengarkan jawabannya. Yang benar saja? Satu jurusan ada banyak sekali mahasiswa. Apakah penyelenggara olimpiade ini seorang miliarder?
"Jinjja? Whoaaa, itu akan sangat menyenangkan" pekikku.
"Ah iya, khusus bagi pewakilnya yang menang boleh membawa orang dari luar jurusannya bahkan dari luar kampus untuk ikut berlibur dengan voucher gratis tersebut. Pokoknya Tuan Baekjun sangat baik"
"Wah, itu bagus! Berarti kau bisa mengajakku juga. Hahahahaha" gurau Heechul hyung yang hanya diselingi tawa oleh kami berdua. 

Kembali terdengar suara bel pintu yang menandakan ada orang yang masuk. Dua namja yang telah kukenal baik menghampiri kami dengan mata bengkak.
"Hahahahaha, ada apa dengan kalian? Kkk~ Tao, kali ini kau benar-benar mirip dengan panda" ejekku melihat kedua sahabatku ini yang pasti kurang tidur.
"Jinjja! Ibuku memaksaku untuk berbelanja tadi pagi dan sekarang aku tidak bisa tidur lagi" jelasnya dengan wajah lesu yang membuatku ingin terus tertawa karena predikat pandanya sekarang benar-benar terealisasikan dengan adanya lingkaran hitam di bawah kedua matanya.
"Itu benar. Dan sialnya dia juga memaksaku untuk mengantarnya" tambah Taemin sambil melirik Tao sinis.
"Ah mau bagaimana lagi? Tidak mungkin kan aku meminta Kyungsoo yang menemaniku? Sedangkan rumahnya dengan rumahku sangat jauh" setelah Tao menyelesaikan kalimatnya, lagi-lagi kudengar suara bel pintu berbunyi.

Aku melengos begitu mengetahui ternyata yeoja itu yang kembali datang kemari namun kali ini ia bersama seorang yeoja yang tampaknya seumuran dengan Heechul hyung. Kenapa dia rajin sekali datang kesini? Apa mungkin ia dan Heechul hyung mempunyai hubungan spesial?

-TBC-