Blog featuring asian fanfiction and etc.

Saturday 25 August 2012

Couple (Sequel of Follower) (Part 2)

Author : Haepi Hun & PhiTao
Title : Couple
Cast : - Byun Baekhyun (Exo-K)
          - Park Hanra (author's 2nd eonnie/readers)
          - Park Chanyeol (Exo-K)
          - Kim Jongdae/Chen (Exo-M)
          - Kim Junmyun/Suho (Exo-K)
          - Kim Jongin/Kai (Exo-K)
          - Park Hyunri
          - Shin Gyungri
Rating : PG
Genre : Fantasy, Romance
Category : Chapter
__________________________________________________

1. Mysterious (1, 2-end)
2. Follower (1, 2-end)
3. Couple (1, 2, 3-end)
_________________________________________________________________________








__________________________________________________________________________________

'Hanra POV'

Tinggal menunggu dua hari lagi, maka sajangnim akan menentukan apakah aku dan Chen bisa di terima sebagai pegawainya di Abiko Curry. Atau mungkin hanya aku yang di terima, atau mungkin-- Ah aniya aniya! Positive thinking, Hanra!

"Annyeong Hanra!" suara teman-teman pegawai membahana di telingaku
"Hanra-ah.." serbu Gyungri tiba-tiba
"wae?"
"akan ada pelayan baru di restoran ini! Orangnya juga tampan! Sepertinya aku tambah betah bekerja disini" wajah Gyungri tampak berbinar-binar menceritakan orang itu
"nugu?"
tiba-tiba saja mata semua pegawai berpaling pada seseorang yang masuk ke tempat penitipan barang pegawai. Aku yakin itu pasti si pegawai baru itu
"ahhh itu dia!" Gyungri tambah tersenyum lebar melihat namja ini yang ternyata--
"CHANYEOL????????????" jika tidak ada tulang-tulang rusuk yang melindungi organ dalam tubuh, jantungku ini sekarang mungkin sudah mencuat keluar. Seorang Park Chanyeol bekerja sebagai pelayan di Abiko Curry?
"eo, annyeonghaseyo yeorobun.. Naneun Park Chanyeol imnida. Jido baramnida (Mohon bimbingannya)" ujarnya dengan suara beratnya yang sama sekali tak cocok dengan wajahnya yang seperti anak kecil. Selama 2 menit aku masih bengong tak percaya menatap namja di depanku ini hingga akhirnya ia membuyarkan lamunanku
"Hanra-ssi?"
"ah? Ne? Eum... kau, bekerja disini?" tanyaku memastikan. Ia tersenyum sekilas sebelum menjawab pertanyaanku
"ne, kau pasti heran kenapa aku bekerja disini. Itu karena aku ingin mengisi waktu liburan yang panjang ini karena para juniorku sedang melaksanakan ujian. Yahh aku libur kurang lebih satu bulan lebih dua minggu" jelasnya. Ya, mungkin alasannya itu masuk akal. Tapi kenapa harus dengan bekerja sebagai pelayan? Dia kan bukan orang yang kekurangan ekonomi, dia bisa saja melamar pekerjaan yang lebih baik melihat dirinya yang sudah sampai pendidikan tingkat tinggi.

"Hanra-ah, kau mengenalnya?" bisik Gyungri ketika aku sedang menjaga kasir. Aku mengangguk sambil menopang kepalaku dengan tangan kiri diatas mesin kasir
"memang dia siapa?" belum sempat aku menjawab, tiba-tiba Chanyeol sudah ada di hadapanku. Membuatku dan Gyungri terperanjat
"Hanra-ah, karena kita masih sama-sama pegawai percobaan, nanti kita pulang bersama ya?" ujarnya sambil membawa handuk lap meja
"eo, geundae aku bersama Chen. Kau tidak apa?"
"gwaencanha.. kita kan hanya mau pulang bersama. Justru aku yang ingin bertanya, apakah kakak mu itu keberatan jika aku ikut kalian pulang bersama?"
"ah.. pasti tidak. Dia orang baik" rasanya aku ingin memuntahkan kembali ucapanku tadi tapi tak mungkin di depan Chanyeol
"baguslah, kalau begitu aku akan kembali bekerja" Chanyeol menepuk bahuku sebelum pergi membersihkan meja nomor 5
"ya! kau belum menjawab pertanyaanku. Dia siapa?" tanya Gyungri lagi setelah Chanyeol pergi
"ahh... dia teman Baekhyun. Baekhyun yang memperkenalkan Chanyeol pada Suho oppa, jadi dia mengenalku" jelasku
"ahh kau beruntung sekali bisa kenal dengan orang-orang tampan seperti itu. Aku iri padamu Hanra-ah" tukas Gyungri lalu mengambil menu untuk pelanggan yang baru saja masuk.


Malam ini Suho oppa mengajakku makan malam bersama Chen. Entah kenapa tiba-tiba dia mengajak kami makan di luar, padahal Suho oppa itu adalah tipe orang yang tidak suka menghambur-hamburkan uang. Dia lebih suka menabung uangnya untuk keperluan yang lebih penting.

"Aisshh oppa, apa lagi yang kau tunggu? Makanan sudah datang semua. Aku sudah tak sabar ingin menyantapnya!" gerutuku yang sudah ingin mencomot berbagai hidangan lezat di depanku
"sabarlah! Kau ini memang ratu makan! Tunggu lah sebentar!" aku hanya bersungut mendengar ucapan Suho oppa. Sejujurnya cacing-cacing di perutku ini sudah memberontak! Aku tak bisa menunggu lagi. Ketika sedang sibuk menenangkan cacing-cacing di perutku, tiba-tiba dari arah pintu masuk restoran muncul lah dua namja keren. Yang satu rambutnya di sasak ke atas, memakai jaket kulit berewarna krem, celana jeans hitam panjang serta kaos hitam bertuliskan 'Anonymous'. Sedangkan namja yang satunya berambut sedikit di model acak-acakan, memakai jaket jeans berwarna abu-abu, kaos putih bergambar orang yang sedang membawa kamera, dan bercelana jeans biru panjang. Ya, siapa lagi kalau bukan Baekhyun dan Chanyeol?

Aku tercengang melihat mereka berdua yang malam ini sungguh mengesankan dan memesona. Berbeda dengan Chen yang simple, hanya memakai kaos putih berlengan panjang yang ia gulung hingga siku yang di padu padankan dengan celana jeans hitam panjang.

"Oppa, sebenarnya ini acara apa? Kenapa kau mengundang mereka berdua?" bisikku sebelum Baekhyun dan Chanyeol sampai di meja kami
"sekedar acara makan malam keakraban" jawab Suho oppa singkat sebelum ia menyapa Baekhyun dan Chanyeol yang kini sudah berjabat tangan dengan Suho oppa dan Chen
"wahh.. hyung, kau juga mengajak Hanra?" tanya Chanyeol yang menatapku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sejujurnya itu membuatku sedikit risih
"tentu saja. Dia kan juga adikku" kami pun makan malam di temani indahnya bulan purnama yang begitu besar dan terang.

"Setelah ini apakah kalian ingin berjalan-jalan? Akan kutraktir" cetus Baekhyun tiba-tiba
"jinjja? Akan jalan-jalan kemana?" mata Suho oppa terlihat berbinar
"eumm... mungkin Chen bisa memberi usul?"
"eo? Aku?" Chen langsung menunjuk dirnya sendiri dengan telunjuknya merasa namanya di sebut tiba-tiba setelah dari tadi hanya memerhatikan ketiga namja ini berbincang-bincang yang aku sama sekali tak mengerti apa yang mereka perbincangkan.

Akhirnya Chen yang memutuskan untuk bermain Ice Skating. Tapi karena Chen tak tau tempat ice skating yang bagus di Seoul itu di mana, jadi Chanyeol lah yang memberi saran untuk bermain di 'Ice Skating Rink Grand Hyatt Hotel Seoul'.

Sesampainya di sana, aku benar-benar takjub melihatnya. Sungguh mewah untuk ukuran tempat ice skating.


Di tambah lagi kami bermain ice skating disini ketika malam hari, menambah kesan romantis pada tempat ini.

"Ahh yeppeuda" pujiku pada tempat ini sesampainya kami di dalam. Ada beberapa pasangan yang juga sedang bermain di tempat ini
"Hanra-ah, kau menyukainya?" tiba-tiba saja Chanyeol sudah berada tepat di belakangku. Otomatis aku menoleh ke belakang. Aku mengangguk mantap sambil mengagumi tempat  ini
"neomu neomu yeppeuda. Seperti di negeri dongeng" mataku menjelajahi seisi tempat ini. Tak satu pun sudut yang luput dari mataku
"jika kau menyukainya, kapan-kapan kita ke sini lagi. Aku yang traktir"
"ya! kalian! Cepat kemari! Ayo kita berlomba!" teriakan Suho oppa membahana. Aku dan Chanyeol segera menyusulnya yang sudah bermain-main dengan Baekhyun dan Chen.

Sialan! Gara-gara Chen, aku jadi terjatuh. Rupanya dia tahu bahwa aku tak bisa bermain ice skating, jadi dia sengaja melepaskan tanganku darinya
"ya! Keterlaluan kau! Awas ya! Akan kubalas!" aku meringis memegangi bokongku yang sakit. Di ujung sana Chen hanya tertawa puas karena berhasil membuatku terjatuh kesakitan. Dasar namja menyebalkan! Sebuah tangan tiba-tiba terulur padaku
"ayo berdiri" Baekhyun. Namja ini tersenyum padaku! Dan mengerlingkan matanya. Perlu di garis bawahi, mengerlingkan matanya.
"ah, ne" aku segera meraih tangannya. Sementara tangan kanannnya memegangi tangan kananku, tangan kirinya meraih pinggangku, melingkarkan tangannya di sana untuk membantuku berdiri
"gomawoyo, Baekhyun-ssi" ucapku berusaha menormalkan deru jantungku yang menggebu. Jarak kami begitu dekat dan itu sukses membuatku mati kutu
"oh, ayolah. Mau sampai kapan kita akan terus menggunakan bahsa formal? Kau tahu? Sejujurnya aku sangat tidak suka berbicara dalam bahasa formal" protesnya karena aku memanggilnya dengan sebutan 'ssi'
"jadi, aku harus memanggil mu apa?"
"Baekhyun, hanya Baekhyun"
"eo... geurae..."
"jadi, kau tak keberatan kan jika aku memanggil mu.. Hanra-ah?" tanyanya sambil menirukan suara orang yang sedang berteriak memanggil orang lain. Aku mengangguk sambil terkekeh pelan.

Sudah setengah jam kami membuat goresan-goresan di atas dataran es ini. Kakiku rasanya benar-benar kaku jadi aku memutuskan untuk beristirahat sejenak di pinggir. Ketika sedang meluruhkan otot-otot tegang di kakiku, tiba-tiba lampu tempat ice skating ini menjadi redup dan di gantikan oleh beberapa lampu kecil yang terpasang berjejer di tiang-tiang penyangga. Dan dalam waktu yang sama, terdengar alunan musik dari 4 speaker besar yang terpasang di setiap sudut lantai es. 

Lagu Kenny G - Loving You, mengalun indah di telinga. Aku tahu, sekarang ini adalah saat dimana para pengunjung di persilakan untuk berdansa di atas lantai es. Aku memerhatikan sepasang kekasih yang berdansa dengan indahnya. Kelihatannya mereka sudah mahir, karena tarian mereka sungguh mengagumkan. Beberapa kali sang yeoja berputar di bawah tangan sang namja lalu kembali berdansa dengan lihainya.

"Dansa?" lagi-lagi sebuah tangan sudah ada di hadapanku. Siapa lagi kalau bukan tangan Baekhyun
"eo? Geundae, aku tak bisa berdansa" elakku
"gwaencanha, aku akan mengajari mu" akhirnya dengan ragu aku meletakkan tanganku di atas tangannya dan mulai berjalan ke tengah. Aku sedikit gugup. Bayangkan saja! Jangankan berdansa di atas lantai es, bermain ice skating saja aku tak bisa. Sekarang aku di minta untuk berdansa dengan Baekhyun? Ya, mungkin aku memang bahagia. Seorang Baekhyun memintaku berdansa dengannya, tapi di sisi lain aku juga sangat gugup.

Tangan kiri Baekhyun memanjang menggenggam tangan kananku, sedangkan tangan kanannya bersemayanm di pinggangku. Tangan kiriku kupasrahkan di dadanya. Sungguh, aku tak akan bisa melupakan momen-momen seperti ini bersama Baekhyun. Wajah kami begitu dekat sehingga aku bisa merasakan deru nafas Baekhyun yang- tak beraturan? Menerpa wajahku.

"Taukah kau? Sebetulnya kau cepat belajar. Sedari tadi aku tidak merasakan tanda-tanda tubuh mu akan terjatuh ke lantai" ujarnya sambil menunjukkan senyumnya yang, ahh... aku tak dapat mendeskripsikannya. Tapi yakin lah, kalian tidak hanya akan senang melihatnya, tapi serasa akan di bawa ke langit ke tujuh
"jinjja? Padahal dari tadi gerakanku begitu kaku" balasku merendah
"tapi itu permulaan yang bagus seukuran pemula seperti mu"
"gomawo, Baekhyun-ah".

'Hanra POV end'

'Author POV'

Besok adalah hari terakhir Hanra dan Chen menjadi pegawai percobaan sekaligus penentuan apakah mereka akan benar-benar di terima atau tidak. Berbeda dengan Chanyeol yang kini tengah merenung melamunkan sesuatu yang membuatnya gundah.

"Chanyeol-ah.." panggil sesorang yang membuatnya terkesiap dari renungannya
"ah.. ne?"
"kau melamunkan apa? Cepat bereskan meja kosong itu sebelum pelanggan banyak yang datang" ternyata Heechan, teman Chanyeol yang juga pegawai di restoran ini. Chanyeol hanya mendengus sesaat walaupun dirinya tetap mengerjakan apa yang Heechan katakan tadi. Pikirannya tentang Hanra dan Baekhyun yang begitu dekat malam lusa kemarin di lantai es masih berkecamuk di otaknya. Niatnya membawa mereka semua ke sana agar Chanyeol bisa mendekati Hanra, tapi malah jadi Baekhyun yang mendekatinya. Sejujurnya, Chanyeol sedikit iri dengan Baekhyun. Sejak awal pertemuannya dengan Baekhyun, Chanyeol memang sudah merasa tak nyaman dengan penyanyi itu.

"Hanra-ah, kita sudah di panggil sajangnim untuk ke ruangannya sekarang" ujar Chen ketika Hanra sedang menjaga kasir
"oh? Ne, camkkanman" sahut Hanra cepat-cepat merapihkan bajunya.

'Author POV'

'Baekhyun POV'

Aisshhh jinjja. Aku sudah muak dengan semua teror ini. Sebenarnya siapa yang 3 minggu ini telah mengusik hidupku? Setiap malam aku selalu mendapat telefon yang mengatakan bahwa jika aku tidak menyerahkan diri padanya, maka dia akan melukai siapa pun yang kucintai. Dan setiap subuh, aku selalu mendapati bangkai hewan yang sudah busuk di teras rumahku. Terakhir orang misterius itu memberiku bangkai anjing yang sudah penuh dengan belatung. 

Apakah aku akan tetap diam seperti ini? Menunggu sampai orang misterius itu datang dan membawaku pergi? Atau bahkan melukai orang-orang terkasihku? Tidak! Aku tidak akan membiarkannya. Aku harus cari tau siapa manusia bejat itu.

'Baekhyun POV end'

'Author POV'

"Ya! Hanra-ah! Kau jangan makan terus! Mentang-mentang sekarang sudah resmi jadi pegawai, kau berfoya-foya dengan semua makanan mu itu. Aisshhh, cepatlah bantu aku mencuci pakaian yang sudah menumpuk ini! Tanganku hanya dua! Tak sanggup mencuci pakaian sebanyak ini sendirian!" mulut besar Chen sudah berkicau dari belakang memanggil adik tirinya yang sedang bersantai di depan TV dengan berbagai camilannya
"ck.. aisshhh, malas! Kau saja sendiri" jawab Hanra sambil terus mengunyah
"ya! Adik macam apa kau ini? Melihat kakaknya kesulitan bukannya membantu malah bersantai! Cepat bantu aku! Atau aku akan.." terdengar Chen menggantungkan ucapannya sejenak. Berpikir. Hanra hanya menoleh ke belakang sambil menaikkan kepalanya, tanda 'Atau kau akan apa?' pada Chen
"Atau aku akan beri tahu Suho hyung, bahwa kau lah yang kemarin menghabiskan jatah makan malamnya!" Chen menaikkan sebelah sudut bibirnya. Tersenyum licik
"ya! Bagaimana kau tahu?" tanya Hanra sedikit berteriak
"hahaha, kau kan tukang makan! Siapa lagi yang akan mengambil jatah makan malam Suho hyung kalau bukan kau!"
"ck... aisshhh neo jinjja!!!"
"lebih baik kau sekarang cepat bantu aku sebelum aku mengadu pada Suho hyung!"
"isshhhh dasar pengadu!" gerutu Hanra sambil meletakkan camilannya kasar ke meja dan bangkit dari sofa menuju Chen untuk membantunya menyuci pakaian.

'Author POV end'

'Hanra POV'

Menjadi pegawai restoran memang tak mengenal kata libur.  Aku harus siap mulai sekarang, setiap hari aku akan masuk pagi dan pulang sangat larut. Aku pasti akan sangat lelah.

"Hanra-ah.."
"ne?"
"hari ini kau mulai benar-benar bekerja ya?"
"eo. Benar! Aku akan pulang malam hari ini dan seterusnya" dengusku "wae, Chanyeol-ah?"
"ahh... ani. Kau sudah menjadi pegawai tetap sekarang. Dan aku belum. Itu artinya kita tak bisa pulang bersama lagi" ujar Chanyeol. Aku tersenyum sekilas
"memangnya kenapa harus pulang bersamaku?"
"karena aku akan kesepian jika pulang tanpa mu" sesaat wajahku merona. Entah kenapa ucapannya barusan membuat jantungku berdegup kencang. Aku hanya membalasnya dengan senyum sekenaku.

Kurasa Chanyeol betul-betul serius dengan perkataannya. Dari siang tadi sampai maghrib, dia belum juga pulang. Alasannya karena dia menungguku. Dia tak ingin pulang sendirian. Dasar anak gila! Jadwal pulangnya sebagai pegawai percobaan seharusnya pukul 12 siang tadi, tapi dia bersi keras mengatakan ingin menungguku pulang agar ia bisa pulang bersamaku. Padahal aku pulang pukul 9 malam. Apa orang tuanya tak mencarinya?

"Yeol-ah... kau pulang saja! Orang tua mu akan mengkhawatirkan mu! Ini sudah jam 7 malam" ucapku sambil merapihkan beberapa lembar won di mesin kasir
"aniya... aku kan sudah bilang akan menunggu mu pulang agar kita bisa pulang bersama" Jinjja! Anak ini benar-benar keras kepala
"tapi orang tua mu akan mencari mu!"
"Hei! Kau pikir aku anak perempuan? Mereka pasti akan maklum jika aku pulang malam. Aku ini kan namja. Wajar saja jika pulang malam"
"aisshhh terserah kau saja. Yang jelas aku tidak akan ikut-ikut jika terjadi apa-apa pada mu!"
Chanyeol hanya tersenyum meledek ke arahku.

Pagi ini tak seperti biasanya Baekhyun datang begitu awal. Biasanya dia datang hanya pada saat jam makan siang. Tapi kulihat wajahnya begitu lesu dan tak bersemangat. Restoran yang masih sepi pun membuatku memberanikan diri untuk menghampirinya yang mengambil tempat duduk di dekat jendela.

"Annyeong Baekhyun-ah.." sapaku. Kulihat senyumnya mengembang setelah melihatku
"ah.. Hanra. Duduklah. Temani aku" ujarnya sambil mempersilakanku duduk di kursi depannya yang kosong. Aku pun menurutinya, berhubung restoran masih baru buka dan belum ada pelanggan yang datang selain Baekhyun jadi kenapa tidak kutemani dia saja
"tumben kau datang sepagi ini? Ada apa? Apakah makanan untuk mu sarapan habis hingga membuat mu sarapan di sini?" tanyaku langsung
"ani... aku kemari bukan untuk makan. Tapi..." kulihat wajahnya berpikir sejenak "ah... gwaencanha.. lupakan. Aku hanya ingin menghirup udara pagi yang segar dan kebetulan aku lewat sini. Jadi kenapa aku tidak mampir saja sekadar bertemu dengan mu juga Chen" jawabnya
"ah ya, Chen hari ini tidak masuk kerja karena sakit"
"eo? Geuraeyo? Sakit apa?"
"hanya masuk angin. Mungkin fisiknya kurang siap karena kemarin dia mulai bekerja seharian non stop dari pagi hingga larut"
"ahh... begitu rupanya. Sampaikan salamku padanya. Semoga cepat sembuh"
"ahh iya, pasti kusampaikan" tak lama setelah aku menyelesaikan ucapanku, Chanyeol datang dengan jaket dan sarung tangannya. Kurasa dia mengendarai motor hari ini
"ah.. Chanyeol-ah..".

'Hanra POV end'

'Chanyeol POV'

"Ah.. Chanyeol-ah.." aku menoleh ke sumber suara. Terlihat dua sosok manusia sedang duduk berhadapan
"ah, annyeong Hanra-ah.. eo? Ada Baekhyun juga rupanya?" sejurus wajahku melunturkan senyuman saat tahu bahwa namja di depan Hanra saat ini adalah Baekhyun
"ne.. annyeong Chanyeol-ah.." senyumnya padaku sambil melambaikan tangan. Aku hanya membalas dengan senyum datar. Entah kenapa saat ini aku begitu enggan melihat dirinya apa lagi duduk berdua dan mengobrol dengan Hanra. Segera aku pergi ke belakang untuk meletakkan barang-barangku di loker.

Aku menutup pintu lokerku setelah mengambil suatu kotak kecil berwarna blue ocean. Sejenak aku menyandarkan tubuhku pada deretan loker dan menengadahkan kepalaku sambil mendekap kotak itu di dadaku
"hahh.. Hanra-ah.. Bagaimana bisa aku melakukannya jika kau malah seperti ini dengan Baekhyun?" lenguhku sambil menatap kotak kecil ditanganku ini. Rasanya aku hampir menyerah melihat kedekatan Hanra dan Baekhyun seperti itu. Ahhh Park Chanyeol, kau tak boleh menyerah! Kau pasti bisa! FIGHTING!!!

Seperti biasa, aku menunggunya hingga pukul 9 malam. Aku akan mengajaknya ke jembatan Banpo, jembatan yang menuju Sungai Han itu memiliki air mancur terpanjang di dunia dan warna-warni. Sangat indah jika menikmati pemandangan air mancur itu saat malam hari. Entahlah, tiba-tiba saja aku ingin membawanya ke sana. Aku juga tak mengerti apa tujuanku membawanya ke Jembatan Banpo. Yang kuinginkan sekarang hanyalah bisa lebih dekat dengannya.


'Chanyeol POV end'

'Hanra POV'

Aneh sekali, Baekhyun datang kemari hanya sekedar duduk dan tak memesan apa pun setelah selesai mengobrol denganku setelah itu pergi begitu saja. Wajahnya jelas menampakkan kekesalan. Apa mungkin ada masalah dengan pekerjaannya? Atau mungkin keluarganya? Ah, camkkanman! Orang tuanya kan sudah meninggal. Atau mungkin ada masalah dengan paman dan bibinya? Ah, nado molla. Kuharap apa pun itu masalahnya akan cepat terselesaikan agar Baekhyun bisa kembali seperti dulu lagi. Baekhyun yang ceria dan penuh tawa.

"Ra-ah.." aku yang sedang bersiap-siap akan pulang menoleh ke belakang
"eo? yeol-ah, wae geurae?"
"nanti aku ingin mengajak mu ke suatu tempat. Kumohon kau bisa ikut denganku ya"
"eodi?"
"kau akan tahu sendiri nanti".

Ahhh jadi ini tempat yang Chanyeol maksud. Jembatan Banpo. Ada apa dia mengajakku kemari?

"Kau mengajakku kemari rupanya" ujarku sambil melihat air mancur yang indah berwarna-warni menari-nari
"eo. Aku sangat suka ke sini jika sedang sedih" sesaat aku menoleh ke arahnya
"sedang sedih? apakah... sekarang ini kau sedang sedih?" tanyaku menyelidik. Kulihat dia menunduk sejenak lalu mengangguk pelan
"yeoja yang kusukai sepertinya tak menyukaiku dan malah menyukai temanku"
"eo.... pasti menyakitkan" timpalku sambil manggut-manggut. Siapa yeoja beruntung yang disukai Chanyeol? Apakah teman Chanyeol itu lebih tampan darinya sampai-sampai yeoja itu lebih menyukai temannya dari pada Chanyeol? Kuakui Chanyeol memang tampan, baik, lucu, yahh... tak beda jauh dengan Baekhyun. Tapi aku lebih menyukai Chanyeol sebagai seorang oppa. Dan namja yang benar-benar kucintai hanyalah Baekhyun. Tapi aku tak tahu apakah ia juga menyyukaiku atau tidak. Yang jelas sekarang aku tidak banyak berharap pada Baekhyun. Aku juga sadar diri statusku sekarang ini dan status Baekhyun yang seorang bintang.
"Ra-ah.."
"ne?"
"ah... gwaencanha. Eobseo.." aku hanya melihat ke arahnya bingung. Ada apa dengannya? Tak biasanya Chanyeol berperilaku seperti ini. Biasanya dia sangat periang. Ada apa sebenarnya dengan hari ini? Kenapa Chanyeol dan Baekhyun begitu aneh? Tak seperti biasanya.

Setelah menikmati pemandangan malam Jembatan Banpo, aku segera pulang ke apartemen dan langsung menghempaskan tubuhku di sofa tanpa melepas sepatu dan mengganti pakaianku terlebih dahulu. Aku benar-benar lelah.

"Ya, Hanra-ah! Dari mana saja kau? Jam segini baru pulang?" suara dingin Suho oppa menyadarkanku
"ah, oppa. Mianhae, tadi Chanyeol mengajakku jalan-jalan sebentar"
"tapi kenapa telefonku tidak kau angkat?"
"ah, jinjja? Oppa menelfonku? Ohh... mianhae oppa. Aku tak mendengar ada telefon tadi"
"ck.. geurae. Lain kali jika akan pulang malam, beri kabar lebih dulu supaya tak membuatku khawatir"
"ne, oppa. Mianhae"
"oh iya, Chen masih belum sembuh. Bisakah kau besok merawatnya? Mintalah ijin sehari saja, karena besok aku akan ada pertukaran koki jadi sepertinya aku akan pulang sangat larut dan tidak bisa merawat Chen"
"eo... geurae... besok aku akan meminta ijin pada sajangnim" mwo? Sehari merawat setan itu? Kalau bukan karena permintaan Suho oppa aku sudah pasti tak akan mau merawatnya. Bisa kubayangkan bagaimana repotnya merawat orang sakit terlebih yang sakit adalah orang menyebalkan itu. Aisshhh jinjja!

'Hanra POV end'

'Chen POV'

Ah, tubuhku ini lemah sekali! Hanya bekerja seperti itu saja aku sudah sakit? Ayolah Chen! Kau ini namja atau  bukan? Kenapa kau begitu lemah! Tapi memang tubuhku ini sangat sangat lemah. Apalagi setelah mendengar pernyataan Hanra bahwa dia di ajak berjalan-jalan dengan Chanyeol, rasanya hatiku ikut sakit. Ya, walaupun aku terkapar lemas di ranjang, tapi aku tak pernah luput sedikit pun berita tentang adik angkatku itu. Aku patah semangat. Sekarang ini Hanra sudah di dekati dua namja. Bagaimana mungkin bisa aku bersaing dengan mereka yang begitu jauh denganku? Belum lagi aku ini adalah kakak Hanra meskipun bukan kakak kandung. Kurasa aku tak akan pernah bisa mendapatkan hatinya.

Entah kenapa pagi ini tubuhku menggigil. Setelah semalaman memikirkan Hanra, kurasa daya tahan tubuhku semakin menurun. Apa mungkin in juga efek dari perasaanku sekarang? Molla, tapi sekarang ini aku benar-benar lemas dan tak bisa melakukan apa-apa. Untuk berteriak pun sulit. Seperti tahu yang ada dibenakku, tiba-tiba saja seseorang masuk ke kamarku. Ah, penyelamatku.

"Ya! Ini sarapan mu!" Hanra! Ternyata anak ini penyelamatku itu? Tapi kenapa dia masih di sini? Bukankah seharusnya dia bekerja sekarang?
"Ya! Kau kenapa? Wajah mu pucat sekali?" Hanra menggenggam tanganku lalu menempelkan telapak tangannya di dahiku
"OMO! Kau panas sekali? Aigoo... eottohkaji? Ah.. igo igo! Cepat minum air putih yang banyak!" Hanra segera menyodorkanku sebotol air mineral padaku dan menyuruhku menghabiskannya lalu dia berlari keluar kamarku dan tak lama kemudian dia kembali dengan setumpuk selimut dan jaket tebal
"ahhh ppali! Pakai jaket-jaket ini!" Hanra langsung memapahku bangkit dan memakaikan jaket-jaket itu padaku hingga aku terlihat lebih gemuk 4x lipat. Setelah itu dia menyelimutiku dengan banyak selimut yang tadi ia bawa. Hahhh yeoja ini berlebihan sekali! Tapi aku senang, setidaknya dia masih mengkhawatirkanku
"Hanra-ah.." cegahku menyentuh tangannya
"eo? Wae? Apa kau merasa pusing?"
"ani..." jawabku lirih
"aku.... kedinginan" lanjutku
"mwo? Sudah setebal ini masih kedinginan juga? Aigoo... eottohkaji?" kulihat dirinya malah uring-uringan. Aigoo, Hanra-ah! Kau ini bodoh atau apa? Tak mengerti juga maksudku! Tak perlu selimut setebal ini, kau hanya perlu.... memelukku.
"Hanra-ah.."
"aisshhh eottohkaji? Apa aku harus membawanya ke dokter?"
"Hanra-ah.."
"Tapi aku tak memiliki cukup uang untuk ke dokter"
PRAAANG!!!
Aku menjatuhkan gelas yang ada di meja
"OMO!"
"Hanra-ah, dengarkan aku!" kini dirinya telah menghadap padaku. Aku memberanikan diri menggenggam tangannya. Kurasa dirinya terkesiap dengan perlakuanku
"saranghae, saeng.."
"....."
"sarangahe nae dongsaeng" aku mengulangi kalimatku melihat dirinya yang hanya diam menatapku. Kuyakin ia pasti sangat shock mendengar pengakuanku
"aku tahu aku adalah oppa mu. Tapi aku tak bisa memungkiri rasa ini. Perasaan ini terlalu kuat untuk di abaikan" akhirnya aku bisa menyusun kata-kataku
"WUAHAHAHAHAHAHA"
"ya! Kenapa malah tertawa?"
"hahahahahaha, kau ini belajar dari mana kata-kata gombal sepeerti itu? Omona, apakah selama sakit kau sering menonton acara komedi? Hahahaha omo!!! Seharusnya kau bilang seperti itu pada yeoja yang kau sukai! Bukan padaku, adik mu! Hahahaha ada-ada saja!" Hanra berjalan keluar dari kamarku sambil masih terkekeh. Aku tak sanggup memanggilnya lagi karena tubuhku benar-benar lemah. Dasar bodoh! Dia menyuruhku mengatakan hal itu pada yeoja yang kusukai? Aku sudah mengatakannya pada yeoja yang kusukai! Tapi tanggapannya malah seperti itu! Aihhh kurasa aku memang tak akan bisa mendapatkannya.

'Chen POV end'

'Hanra POV'

Aku berjalan perlahan menuju dapur. Wajahku mungkin memang tertawa, tapi otakku memikirkan kata-kata Chen barusan. Matanya sungguh serius, tak menunjukkan candaan ketika dia mengatakan hal itu. Apa benar dia menyukaiku? Tapi bukankah dia selalu menggangguku? Aisshhh memikirkan semua ini membuat kepalaku pening saja.

'Hanra POV end'

'Baekhyun POV'

"Ini hari yang indah bukan?" sebuah suara mengagetkanku dari kegiatanku beristirahat membaca majalah di meja ruangan latihan vocalku
"eo? Kai, ahhh ayo masuk" aku mempersilakan dirinya yang melipat tangannya di dada sambil bersandar pada pintu, masuk ke dalam ruanganku
"tidak mencari makan siang di luar?" tanyanya yang kuyakin adalah pertanyaan basa-basi
"aniya... aku tidak lapar"
"ohh aku juga. Hey, sepatu mu sama dengan milikku" serunya sambil menunjuk sepatu yang sedang kukenakan
"oh? Geuraeyo?'
"eum. Wah wah, sepertinya kita punya banyak kesamaan ya"
"ahahaha, ne. Benar!"
"termasuk status orang tua kita.." lanjutnya. Kali ini dengan setengah berbisik dan raut wajahnya pun tak seperti tadi yang ramah. Seketika aku mengernyitkan dahi tak mengerti apa yang dibicarakannya
"mwo? Apa... maksud mu?" tanyaku ragu
"ayolah... jangan pura-pura lupa! Kau tak ingat ini semua?" tiba-tiba saja ia menyodorkanku selembar kertas. Aku mengambil dan membukanya. Surat teror! Ini adalah surat teror yang sering di kirim padaku. Aigoo, apakah dia...
"camkkanman! Kenapa, surat ini bisa berada di tangan mu?"
"hahaha.. Baekhyun... Baekhyun... masih belum mengerti juga? Apa perlu kuperjelas?" sejurus kemudian Kai memojokkanku di dinding dengan air mukanya yang terlihat marah
"kau harus membayar semuanya! Orang tua mu telah menghancurkan orang tuaku! Membuatku yatim piatu! Aku tak akan segan-segan menghabisi orang-orang yang kau cintai jika kau tak mau menuruti apa kataku!" aku terkesiap mendengar pemaparannya
"dan satu lagi! Aku bisa saja melukai gadis ini!" ujarnya sambil menunjukkan foto seorang gadis yang sudah tak asing lagi bagiku
"Hanra?" pekikku 
"hahahaha... Ingat! Aku bisa melakukan apa saja yang kumau! Camkan itu!" Kai langsung berlalu dari hadapanku dengan wajah setannya.

Aigoo, apa yang ia bicarakan? Orang tua? Aisshhh... aku tahu sekarang! Jadi... dia adalah putra Tuan dan Nyonya Kim? Dan sekarang ia mengira bahwa aku ada hubungan khusus dengan Hanra dan dia akan mencoba melukainya jika aku tak menuruti perkataannya? Ya tuhan, aku tak bisa membiarkannya melukai Hanra! Aku tak bisa membiarkannya melukai siapa pun!

Aku akan menjelaskan  percakapan kami tadi. Orang tuaku dan orang tua Kai adalah dua orang mafia hebat yang belum sekali pun tertangkap agen FBI. Orang tua kami bersahabat, tapi aku tak tahu bahwa ternyata Kai adalah putra Tuan Kim. Sutau ketika appaku dalam saat yang genting. Dia terjepit. Karena tak kesengajaan appa dan eommaku, appa membeberkan rahasia tuan Kim kepada khalayak ramai yang mengakibatkan Tuan dan Nyonya Kim tertangkap oleh agen FBI. Eommaku begitu menyesal setelah mendengar bahwa Tuan dan Nyonya Kim akan di eksekusi. Eomma merasa ini adalah kesalahannya juga karena tak bisa menjaga rahasia sahabatnya. 

Ketika eomma perjalanan menuju tempat sidang, mobilnya terguling ke jurang dan mengakibatkan beberapa mobil lain yang tertabrak mobil eommaku juga ikut masuk ke dalam jurang. Appa yang mendengar eommaku kecelakaan langsung menuju ke tempat kejadian. Tapi naas, appaku ikut terbakar di dalam mobil eomma ketika ia akan meneylamatkan eomma. Mobilnya meledak dan hancur berkeping-keping.

Aku yang saat itu masih berumur 8 tahun hanya bisa menangisi jasad kedua orang tuaku tanpa tahu kebelitan masalah mereka. Aku hanya tahu bahwa orang tuaku adalah mafia yang bersahabat dengan mafia bermarga Kim itu. Haraboji menyeritakan semuanya padaku setelah aku besar, saat aku sudah bisa mengerti semuanya.

Sekarang aku merasa ingin melindungi Hanra. Aku takut jika Kai dan komplotannya akan melukai Hanra sewaktu-waktu. Aku tak bisa membiarkan itu terjadi. Aku pun memutuskan untuk pergi ke Abiko Curry, sekedar berjaga-jaga memastikan bahwa tak ada suruhan Kai yang akan melukainya.

"Ah.. jogiyo. Apakah Hanra ada?" tanyaku to the point pada seorang pelayan yeoja yang bertuliskan 'Shin Gyungri' pada seragamnya sesampainya aku di restoran. Bukannya menjawab, pelayan ini malah bengong memerhatikanku. Tch... apa dia terpesona olehku?

"eumm... maaf.."
"eh... ne?" pelayan ini tersadar dari lamunannya ketika aku memanggilnya lagi
"apakah Hanra ada?" kali ini wajahnya tampak muram ketika aku menyebut nama Hanra
"dia tidak masuk hari ini karena merawat kakaknya yang sakit"
"ohh... begitu. Geuraeyo, kamsahamnida agassi" kataku sopan dan segera berlalu menuju apartemen Suho hyung.

Ting... Tong..
Ting... Tong..

"Eh... Baekhyun? Ada apa kemari? tumben.." Hanra nampak terkejut ketika membukakan pintu untukku
"ayo masuk" aku melepas sepatuku dan meletakkannya di belakang pintu
"ada apa?" tanyanya lagi setelah menyuguhiku orange juice
"ahh aniya. Aku cuma ingin.... menjenguk Chen. Kau bilang dia sakit?" kilahku. Tak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya pada Hanra
"ohh... benar. Dia sedang sakit. Omong-omong, kau perhatian sekali pada Chen?" tanyanya sambil terkikih
"ahh... dia kan juga temanku sekarang. Jadi apa salahnya aku menjenguk temanku sendiri?"
"haha, ne. Kau sampai repot-repot ke sini"
"ah... gwaencanha... tidak merepotkan" 
aku bahkan akan sering-sering ke sini Hanra-ah.

'Baekhyun POV end'

'Author POV'

Setelah lama berbincang-bincang dengan Hanra, akhirnya Baekhyun memutuskan untuk kembali bekerja. Di benaknya masih tersimpan sedikit rasa khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu pada Hanra. Ketika Baekhyun sudah jauh dengan mobilnya, selang beberapa menit kemudian terdengar suara bel apartemen Hanra berbunyi kembali
"aihhh kenapa Baekhyun kembali lagi?" seru Hanra sambil berjalan menuju pintu. Hanra pun segera membuka pintu demi melihat siapa yang datang
"annyeong haseyo, Park Hanra-ssi..".

-TBC-