Blog featuring asian fanfiction and etc.

Monday 15 April 2013

Cocoa Macchiato (Part 4)

Author : Haepi Hun
Title : Cocoa Macchiato
Cast : - Do Kyungsoo/D.O (Exo-K)
          - Park Saehee (My sister/readers)
          - Kim Heechul (Super Junior)
Other Cast : - Ga Jaedong (OC)
                    - Poong Sanjin (OC)
                    - Moon Heejun (H.O.T) [Become Do Heejun for a while]
                    - Yang Seungho (Mblaq) [Become Do Seungho for a while]
                    - Kang Miyoon (OC)
                    - Choi Sunghee/Bada (S.E.S)
                    - Cho Kyuhyun (Super Junior)
                    - Lee Sungmin (Super Junior)
                    - Huang Zitao (Exo-M)
                    - Lee Taemin (SHINee)
                    - Lee Chanhee/Chunji (Teen Top)
                    (Rest you can find by yourself ^^) 
Rating : T
Genre : Romance, Family, Life, Friendship
Length : Chapter
__________________________________________________




_________________________________________________________________________________

'D.O POV'


"Hahahahaha, ada apa dengan kalian? Kkk~ Tao, kali ini kau benar-benar mirip dengan panda" ejekku melihat kedua sahabatku ini yang pasti kurang tidur.
"Jinjja! Ibuku memaksaku untuk berbelanja tadi pagi dan sekarang aku tidak bisa tidur lagi" jelasnya dengan wajah lesu yang membuatku ingin terus tertawa karena predikat pandanya sekarang benar-benar terealisasikan dengan adanya lingkaran hitam di bawah kedua matanya.
"Itu benar. Dan sialnya dia juga memaksaku untuk mengantarnya" tambah Taemin sambil melirik Tao sinis.
"Ah mau bagaimana lagi? Tidak mungkin kan aku meminta Kyungsoo yang menemaniku? Sedangkan rumahnya dan rumahku sangat jauh" setelah Tao menyelesaikan kalimatnya, lagi-lagi kudengar suara bel pintu berbunyi.

Aku melengos begitu mengetahui ternyata yeoja itu yang kembali datang kemari namun kali ini ia bersama seorang yeoja yang tampaknya seumuran dengan Heechul hyung. Kenapa dia rajin sekali datang kesini? Apa mungkin ia dan Heechul hyung mempunyai hubungan spesial?



~Cocoa Macchiato~



"Annyeong Heechul oppa" sapanya ramah sambil berjalan menghampiri kami. Cih, bahkan ia sudah memanggil Heechul hyung dengan sebutan oppa?
"Hey, Saehee-ah!" balas Heechul hyung tak kalah ramah.
"Oppa. Kenalkan. Ini Miyoon eonni. Dia manager restoran tempatku bekerja" ucapnya memperkenalkan dan yeoja gemulai ini mulai menjabat tangan Heechul hyung.
"Oh, jadi anda manager Abiko Curry? Senang berkenalan dengan anda. Kim Heechul imnida"
"Ne, senang berkenalan dengan anda juga" ya, kuakui yeoja yang sedang bersama Saehee ini memang cantik dan kuprediksikan dia adalah orang yang pintar juga dewasa. Sangat berbeda dengan yeoja pengganggu satu ini.
"Hecchul oppa, mianhae. Aku tidak memberi tahumu dulu bahwa aku akan membawa Miyoon eonni kesini untuk membicarakan perihal tawaranmu itu karena tadi Miyoon eonni meneleponku mendadak untuk menjemputnya di bandara jadi setelah menjemputnya aku langsung berniat membawanya kesini untuk menemuimu" jelasnya.
"Eo, gwaencanha. Tapi lain kali telepon aku dulu. Untung saja hari ini aku ada di cafe"
"Hehehe, mian oppa" setelah sedikit berbincang mereka pun memutuskan duduk di meja dekat kursi bar yang kini tengah kududuki bersama Taemin dan Tao untuk membicarakan tawaran Heechul hyung. Aku hanya kembali menyesap Hot Chocolate-ku.

Setelah Taemin dan Tao saling melepas rindu dengan Chunji, mereka bertiga kembali mengobrol seperti biasanya.
"Kyungsoo-ah! Manager restoran Saehee cantik sekali" bisik Taemin. Aku melengos. Dasar bocah ini! Tidak bisa melihat yeoja cantik.
"Mwo? Kau menyukainya?" tukasku.
"Aiii, tentu saja! Memangnya kau tidak? Jelas-jelas dia itu sangat perfect! Menurutku dia lebih cocok menjadi model. Tapi kira-kira dia sudah memiliki kekasih belum ya?"
"Jika ternyata dia malah sudah memiliki suami bagaimana?" tambah Chunji yang direspon anggukan dari Tao.
"Ah, pastinya aku akan sangat patah hati" balas Taemin lirih supaya tidak dapat terdengar oleh tiga orang yang sedang berbincang mengenai pekerjaan itu.
"Menurutku kau harus mempersiapkan hatimu, Taemin-ah. Karena yeoja sepertinya, memiliki kekasih sudah menjadi kemungkinan besar" timpalku yang membuat wajahnya menjadi seperti monyet marah. Kulihat Heechul hyung menempelkan teleponnya pada telinganya. Lalu setengah jam kemudian datang dua orang namja yang pasti juga akan ikut membicarakan tawaran Heechul hyung dengan mereka bertiga. Siapa lagi kalau bukan Kyuhyun dan Sungmin hyung.

Setelah mereka berlima selesai berbicara masalah pekerjaan itu, Heechul hyung pun memperkenalkan manager Abiko Curry tersebut pada kami berempat dan memperkenalkan Saehee pada Chunji.

Huft! Aku heran dengan yeoja ini. Kenapa dia cepat sekali akrab dengan orang yang baru saja dia kenal? Baru beberapa menit yang lalu Chunji berkenalan dengan Saehee, kulihat sekarang dia sudah mengeluarkan tawanya ketika mengobrol dengan Saehee, Taemin, dan Tao. Kuakui, aku sedikit iri padanya.

"Geuraeyo. Kalau begitu kami pulang Saehee-ah. Senang berkenalan denganmu. Kuharap besok kau kembali datang kemari supaya kita dapat berbincang-bincang kembali" ucap Chunji yang wajahnya kentara sekali memperlihatkan orang yang sehabis tertawa terbahak.
"Ne. Senang berkenalan denganmu juga. Awas! Ingat orang yang tadi kuceritakan! Bisa-bisa kau bertemu dengannya di jalan" ujar Saehee memperingati dengan sedikit bergurau. Entahlah apa yang sedari tadi mereka bicarakan hingga ucapan Saehee yang barusan membuat Chunji, Tao, dan Taemin kembali terbahak.
"Ne, ne. Geurae. Kami pasti akan berhati-hati. Sampai jumpa semuanya!"
"Ne! Sampai jumpa!" huft! Akhirnya tiga namja itu pulang.

Setelah Tao, Taemin, dan Chunji pulang Heechul hyung dan yang lainnya kembali mengobrol bersama. Lagi-lagi disini aku hanya menjadi nyamuk.
"Silakan, kopinya" Yoojin menyodorkan segelas kecil Marocchino pada yeoja bernama Kang Miyoon ini.
"Ne. Kamsahamnida"
"Kyungsoo-ah, kau tidak menengok ayahmu? Ini sudah pukul 12 siang" ujar Yoojin memperingatkanku. Omona! Kenapa aku bisa lupa? Ini sudah jamku untuk menjenguk appa di rumah sakit.
"Aigoo! Kambakhae! Gomawoyo Yoojin-ah, sudah mengingatkanku" aku pun segera mengatakannya pada Heechul hyung dan menawarinya untuk ikut menjenguk ayah dan dia pun memutuskan untuk ikut denganku.

'D.O POV end'

'Saehee POV'

"Kyungsoo-ah, kau tidak menengok ayahmu? Ini sudah pukul 12 siang" tak sengaja aku mendengar ucapan Yoojin. Apakah ayah Kyungsoo sedang sakit? Setelah Kyungsoo dan Heechul oppa pamit, aku berniat untuk bertanya soal ayah Kyungsoo pada Sungmin dan Kyuhyun.
"Eumm, Cho Kyuhyun. Jika boleh tahu, sebenarnya apa yang terjadi dengan ayah Kyungsoo?" tanyaku langsung pada inti persoalan. Setelah mendengar pertanyaanku, Kyuhyun dan Sungmin langsung bertatapan satu sama lain setelahnya ia mengembuskan nafas berat dan kembali menatapku.
"Sudah tiga hari ini ayah Kyungsoo divonis mengidap lupus" jawaban Kyuhyun benar-benar membuatku terkejut hingga aku membulatkan mata.
"Mwo? Jinjjayo?" kurasa Miyoon eonni juga terkejut meskipun ia tidak mengenal ayah Kyungsoo. Namun penyakit lupus memang biasanya jarang terjadi oleh orang-orang seperti ayah Kyungsoo yang notabene adalah orang yang bekerja di dalam ruangan. Wajah Kyuhyun dan Sungmin pun berubah masam.
"Kurasa penyakitnya sudah lama dan baru diketahui tiga hari yang lalu. Padahal jika sudah diketahui sejak awal mungkin ayah Kyungsoo tidak akan sampai opname" jelas Sungmin. Oh, aku menjadi merasa bersalah padanya. Mungkin kemarin dia sedang pusing memikirkan ayahnya. Apakah aku harus meminta maaf?


~***~

Tidak biasanya cuaca seburuk ini. Angin dimana-mana serta derasnya hujan membuatku harus merapatkan kembali jaketku. Sudah satu jam aku menunggu bus, namun yang kudapat hanyalah orang yang berlalu lalang di hadapanku dengan terburu karena hujan yang semakin deras. Kusampirkan hoodieku demi menahan air hujan supaya tak mengenai kepalaku.

Samar-samar aku melihat seseorang yang juga tengah menunggu bus yang duduk di paling pojok bangku. Kuperhatikan orang itu yang sedang menunduk lamat-lamat. Kyungsoo? Apa yang sedang dia lakukan disini? Merasa penasaran aku pun menghampirinya.

"Jogiyo.." aku sedikit terkejut ketika ia mendongak menghadapku. Matanya sedikit bengkak. Apakah ia menangis?
"Omo! Neo wae geurae?" tanyaku mengkhawatirkannya namun bukannya menjawab ia malah menatapku nanar bercampur sinis lalu ia kembali menetapkan pandangannya pada jalanan.
"Apakah kau menangis?" tetap tidak ada jawaban darinya. Aku tahu. Dia pasti masih marah padaku. Aku pun mencoba duduk di sebelahnya dan ikut menatap jalanan sambil mengembuskan nafas berat sebelum memulai berbicara.
"Mianhae, kemarin aku marah-marah padamu. Mian jika itu membuatmu bertambah stres" ucapku dengan nada lemah. Ia tetap tidak memalingkan pandangannya dari jalanan seakan-akan pandangannya kosong.
"Aku ikut menyesal atas ayahmu" lanjutku. Kali ini ia menoleh padaku.
"Tahu apa kau soal ayahku?" perkataan yang meluncur dari bibirnya menyiratkan rasa tidak suka. Omona! Apakah aku salah bicara lagi? Tapi aku hanya mengatakan yang sebenarnya.
"Eum... aku... aku hanya..." seketika kalimatku terhenti ketika ia menatapku dalam dan sinis lalu pergi meninggalkanku. Ya Tuhan, aku benar-benar merasa bersalah padanya.

~***~

Karena sudah ada persetujuan dari Miyoon eonni, Heechul, Sungmin, dan Kyuhyun, aku pun mulai hari ini sudah resmi bekerja di Kona Beans sebagai band pengisi coffee shop. Pada siang hari aku bekerja di Abiko Curry dan mulai sore hari aku bekerja di Kona Beans. Paling tidak penghasilanku akan bertambah untuk biaya masuk kuliah bersama kedua sahabatku yang memang hal itu sudah menjadi tujuan utama kami merantau ke Seoul.

"Miyoon eonni, kami berangkat" pamit Sanjin sambil berkemas-kemas akan pergi menuju Kona Beans setelah usai bekerja di Abiko Curry.
"Eiyy, camkkanman! Aku ikut!" cegah Miyoon eonni dengan sedikit terburu mengejar kami yang sudah melangkah menuruni tangga.
"Mwo?" sahut kami bertiga bebarengan.
"Aku ikut! Aku ingin ke Kona Beans juga. Aku sudah menitipkan restoran pada Gaeun. Ppali kaja!" ajak Miyoon eonni sumringah seraya menggamit lenganku. Kami bertiga hanya bertatapan bingung. Kenapa tiba-tiba dia ingin ikut? Yang kutahu Miyoon eonni adalah seorang hard worker yang sedikit pun tidak mau meninggalkan pekerjaannya apalagi sampai menitipkan restoran pada pegawainya sendiri.


"Wah, kalian sudah datang. Eo? Ada Kang Miyoon juga?" sambut Heechul ramah pada kami berempat ketika kami memasuki pintu Kona Beans. Kulihat di bar biasanya sudah ada Taemin, Tao, dan juga Chunji. Tak lupa dengan dua pemilik Kona Beans yang lainnya, Sungmin dan Kyuhyun.
"Annyeong Saehee!" sapa kelima namja itu ramah. Eiyy, sepertinya ada yang kurang. Kemana Kyungsoo? Biasanya dia selalu bersama teman-temannya ini.
"Ne. Annyeong chingudeul!" balasku tak kalah ramah. Seperti mengetahui isi pikiranku, Taemin dengan cepat berkata "Kyungsoo hari ini tidak ikut karena harus merawat ayahnya di rumah sakit" aku hanya mengangguk mengerti mendengar pernyataannya. Iseng-iseng, aku bertanya pada Taemin "Kalau boleh tahu, dimana rumah sakit ayahnya?".
"Di Seoul National University Hospital. Kebetulan nanti malam kami ingin ke sana. Kau mau ikut?" tawarnya. Ini benar-benar kebetulan yang menguntungkanku. Dengan riang aku mengangguk.
"Tentu saja".

Hari pertamaku bekerja di Kona Beans tidak buruk, bahkan pengunjung hampir semuanya bertepuk tangan ketika aku dan kedua temanku mengakhiri lagu yang terakhir. Usai bekerja aku pun langsung berangkat ke rumah sakit bersama Tao, Taemin, dan Chunji.


At Seoul National University Hospital


"Annyeonghaseyo daepyunim" sapa Taemin, Tao, dan Chunji bebarengan ketika memasuki ruang pasien bernomor 303. Kulihat seorang namja yang memakai kemeja hitam tengah duduk di pinggir kasur Heejun Daepyunim.
"Ah, kalian. Ayo masuk" ujar Heejun Daepyunim lemah. Dalam keadaannya yang seperti ini, ia masih bisa memaksakan tersenyum.
"Ne. Kamsahamnida. Eo, hyung? Kyungsoo edisseo?" tanya Tao pada namja berkemeja hitam tersebut ketika tak mendapati Kyungsoo di ruangan ayahnya terbaring ini.
"Kyungsoo sedang membeli makanan di bawah" jawabnya. Seketika Tao dan Chunji melirikku.
"Hyung! Kenalkan! Dia teman kami! Teman Kyungsoo juga. Saehee-ah, kenalkan! Dia kakak Kyungsoo" ujar Chunji memperkenalkanku pada namja ini yang ternyata adalah kakak Kyungsoo.
"Eo, Do Seungho imnida"
"Park Saehee imnida"
"Kau? Ada di sini?" ujar daepyunim tiba-tiba yang tersadar akan kehadiranku. Aku tersenyum.
"Ne daepyunim. Annyeonghaseyo" sapaku sambil membungkukkan tubuh 90 derajat.
"Jadi kau teman Kyungsoo?" tanyanya lagi. Kali ini dengan tersenyum sumringah.
"Ne, daepyunim"
"Ah, kenapa tidak bilang dari dulu! Ahahaha" tawanya khas seorang bapak tua.
"Daepyunim dan.... Saehee sudah saling kenal?" kini giliran Tao, Taemin, dan Chunji yang tercengang melihat kami berdua yang sudah akrab.
"Ne. Tentu saja. Dulu aku pernah ingin mendaftar audisi di kantor HD dan aku bertemu dengan Heejun Daepyunim" jelasku yang direspon anggukan mengerti sambil membentuk huruf O pada mulut mereka.
"Appa, ini makan malamnya.."

'Saehee POV end'

'Author POV'

"Appa, ini makan malamnya.." seketika ucapan Kyungsoo terhenti ketika mendapati teman-temannya yang sudah berada di dalam ruangan ayahnya.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Kyungsoo sambil meletakkan kantong plastik berisi makanan di nakas sebelah kasur ayahnya. Ia melirik Saehee sekilas lalu kembali menatap ketiga sahabatnya tersebut.
"Annyeong Kyungsoo! Kami kesini ingin menjenguk ayahmu" jawab Chunji riang. Saehee hanya mampu menunduk tak sanggup menatap wajah Kyungsoo. Niatnya dari awal yang ingin meminta maaf justru dengan kehadiran Kyungsoo tiba-tiba malah membuatnya gugup. Jangankan berbicara, menatap wajahnya pun sudah membuat perutnya melilit.

Selama satu jam mereka semua hanya terus mengobrol. Seperti biasa, di saat-saat seperti ini Kyungsoo memilih bungkam. Bukan karena ia tidak mengerti isi obrolan mereka, melainkan karena ada Park Saehee. Entah kenapa setiap ada yeoja itu Kyungsoo memilih untuk diam dan bersikap dingin terhadapnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam KST, itu artinya mereka semua harus menyudahi kunjungan mereka. Saehee berjalan di belakang para namja yang sedang asik mengobrol itu namun tiba-tiba saja sebuah tangan besar menariknya ke suatu gang kecil.

"OMO! Kyungsoo? Apa yang kau lakukan?" pekik Saehee begitu mengetahui ternyata Kyungsoo lah yang menariknya.
"Katakan! Siapa yang menyuruhmu untuk datang menjenguk ayahku?" tanya namja itu masih dengan nada suara dingin namun sarat akan kebencian.
"Mwo? Aku... itu kemauanku sendiri. Tidak ada yang pernah menyuruhku" Saehee berusaha menjawab dengan tenang.
"Lalu dari mana kau tahu soal ayahku?" kali ini Saehee tak mampu menjawab. Jika ia mengatakan bahwa Kyuhyun-lah yang memberi tahunya, ia takut Kyungsoo akan marah pada Kyuhyun. Saehee bersusah payah memutar otak demi mendapatkan jawaban yang tepat.
"Sebenarnya aku baru tahu tadi karena tujuanku meminta Taemin untuk ikut menemuimu karena aku ingin meminta maaf padamu. Dia tidak bilang bahwa ia akan menemuimu disini. Mianhae" kilah Saehee berusaha menampakkan wajah semelas mungkin supaya Kyungsoo sedikit terenyuh. Namun sepertinya usaha yeoja itu sia-sia karena namja itu hanya menatap Saehee sinis lalu pergi meninggalkannya begitu saja. 

Ah, aku tidak mengerti jalan pikiran manusia itu.

~***~

"Heechul oppa, sebenarnya adik sepupumu itu kenapa? Sepertinya ia amat tak menyukaiku" diputarnya cangkir Macchiato-nya asal. Heechul meletakkan gelas Americano-nya perlahan di atas meja bar "Waeyo? Apa dia membuatmu kesal lagi?" tebaknya. Akhir-akhir ini Saehee memang sering mencurahkan isi hatinya pada Heechul karena memang hanya dia yang dapat ia jadikan tempat keluh kesahnya tentang Kyungsoo karena dia sepupunya.
"Ani. Aku hanya bingung. Memang aku pernah berbuat salah apa padanya?"
"Dia sedang stres. Kau tahu sendiri kan ayahnya sedang sakit?" Saehee nampak berpikir mendengar jawaban Heechul. Hampir semua orang mengatakan sikap Kyungsoo yang seperti itu karena ia sedang stres. Tapi menurutnya sebelum ayah Kyungsoo sakit pun sikapnya terhadap Saehee sudah terlebih dahulu menampakkan ketidak sukaannya.

Suara bel berbunyi. Chunji, Taemin, dan Tao memasuki Kona Beans berurutan. Segera mereka bertiga menempati sisa kursi di bar setelah melihat Saehee dan Heechul yang sedang sibuk berbincang. Namun wajah Tao tidak seperti dua teman lainnya. Wajahnya nampak sedih dan tidak bersemangat.
"Hei, wajahmu kenapa?" ledek Heechul.
"Hyung! Lihatlah bocah ini! Dia menangis hanya karena kucing kesayangannya hilang! Aigoo, seperti yeoja" Taemin memutar bola matanya. Tao masih saja menunjukkan kesedihannya.
"Ya! Kau tidak merasakan menjadi diriku! Aku sudah 8 tahun bersamanya dan sekarang hilang begitu saja! Tidak ada lagi yang bisa kujadikan teman bermain. Oh.. Juhn" Tao membela diri sambil memanggil-manggil nama hewan peliharaannya tersebut.
"Ah sudahlah! Dari pada mengurusi kucingmu itu lebih baik kalian semua mendengarkan kabar baik dariku!" sela Chunji yang seketika membuat raut wajah Tao menjadi penasaran.
"Mwoya?"
"Aku mendapat voucher gratis liburan dan aku boleh membawa orang lain untuk ikut liburan bersama!"
"Whoaaa! Jinjja? Kau akan mengajak kami?" tanya Heechul antusias. Sejak awal kepulangan Chunji dari perlombaan memang Heechul-lah yang paling bersemangat mengenai voucher liburan tersebut.
"Tentu saja. Aku akan mengajak kalian semua. Termasuk Saehee, Jaedong, Sanjin, dan Manajer Miyoon" jawabnya girang.
"Hai hai! Kudengar ada yang mau liburan" tiba-tiba saja sebuah suara mengagetkan mereka berlima. 

'Author POV end'

'Saehee POV'

"Hai hai! Kudengar ada yang mau liburan" tiba-tiba saja sebuah suara mengagetkan kami berlima. Cih, yeoja girang itu? Untuk apa lagi mereka berdua kemari? Kulihat raut wajah Taemin dan Tao yang mulai tidak enak melihat dua gadis aneh di depan mereka.
"Eo, Ilsun? Mai? Kalian hanya berdua saja?" tanya Heechul yang nada bicaranya terlihat ia paksakan seramah mungkin.
"Ne, sebenarnya tadi kami ingin mengajak Kyungsoo oppa tapi dia menolak. Ya sudah kami datang berdua saja" ujar seorang yeoja yang kemarin sudah marah-marah padaku. Kurasa ia mulai menyadari keberadaanku karena kini ia menatapku tajam.
"Oppa! Kenapa ada yeoja ceroboh ini di sini?" mwo? Apa yang barusan ia katakan? Yeoja ceroboh? Sembarangan saja dia mengataiku seperti itu! Dasar yeoja tak punya etika!
"Mwo? Nugu?" Heechul oppa pun mengikuti arah pandang yeoja tersebut.
"Maksudmu Saehee? Ah, dia bekerja di sini sebagai band pengisi coffee shop. Oh iya Saehee-ah, Jaedong dan Sanjin belum datang?" tanya Heechul yang kurasa berusaha mengalihkan pembicaraan dari yeoja-yeoja tengik ini.
"Eo? Belum. Mungkin sebentar lagi mereka datang"
"Baguslah karena pengunjung sudah mulai berdatangan. Oh iya Ilsun-ah, kenalkan! Ini Chunji" entah apa yang salah pada penglihatanku, tapi aku melihat wajah Chunji yang nampak berbinar-binar melihat yeoja yang disebut Ilsun oleh Heechul tersebut.
"Lee Chanhee-ieyo. Panggil aku Chunji" oh, aku salah. Wajahnya bebrinar menatap yeoja yang bersama Mai.
"Kim Yunju-ieyo. Kau bisa memanggilku Mai" ah, jadi namanya Mai?
"Dan aku Yoon Ilsun"
"Eo... Yeppeoyo" gumam Chunji sambil terus menatap ke arah yeoja bernama Mai tersebut. Tak lama kemudian bel pintu kembali berbunyi. Semua mata kami tertuju pada namja yang tengah memasuki pintu coffee shop ini.
"Kyungsoo oppa? Kau bilang kau tidak akan kemari?" pekik Ilsun. Kyungsoo hanya menatapnya datar lalu dengan tegas berjalan menghampiri kami dan mengambil tempat duduk di sebelah Heechul.
"Aku pesan seperti biasa" ujarnya pada Jinhae. Heechul menatapnya heran.
"Kau kenapa?"
"Mwo?"
"Kau! Ada apa denganmu?"
"Aku baik-baik saja" Heechul mengembuskan nafas berat. Bersabar mendengar jawaban adiknya tersebut.
"Baiklah jika tidak mau cerita" kami pun kembali mengobrol seperti biasa dan tak lama kemudian Jaedong dan Sanjin datang. Itu artinya kami harus segera bersiap untuk menampilkan performa terbaik kami.

Kami melantunkan lagu pada era '70-an berjudul 'Some Other Time' milik penyanyi jazz legendaris asal Swedia, Monica Zetterlund. Lagu yang kami tambahkan beberapa instrumen tersebut membuat para pengunjung mengalihkan pandangan pada kami dengan kagum termasuk dua yeoja menyebalkan itu. Dengan mengimprovisasi permainan saxophone-ku nampaknya berhasil membuat Kyungsoo juga mengalihkan pandangan dari Hot Chocolate-nya.

"Waahhh, Saehee! Jaedong! Sanjin! Penampilan kalian sungguh mengagumkan!"
"Itu benar! Dan bagaimana kau bisa memainkan saxophone seindah itu?" serang ketiga 'prince' tersebut setelah kami selesai menyanyikan tiga lagu hari ini.
"Kalian harus tahu! Saehee ini adalah pemain saxophone yeoja paling hebat!" ujar Sanjin seraya merangkulku "Di kalangan kami!" lanjutnya dan langsung membuat mereka semua tertawa. Aku memukul lengan Sanjin pelan sambil ikut menertawakan diriku sendiri.
Tak sengaja mataku tertuju pada Kyungsoo yang masih saja merenung. Seketika tawaku luntur melihatnya.

Aku hampir saja sampai di tempat Kyungsoo berada ketika dua yeoja aneh itu lebih dulu menghampiri Kyungsoo. Akhirnya kuurungkan niatku tersebut untuk berbicara padanya dan memilih untuk duduk di kursi ketiga pada deretan Kyungsoo.
"Oppa! Setelah ini ayo kita jalan-jalan!"
"Oh, atau mungkin kau ingin menjenguk ayahmu kembali?" ujar dua yeoja itu berurutan dengan nada riang yang berlebihan. Entah kenapa hal itu membuatku muak.
"Kalian jalan-jalan saja sendiri!" balas Kyungsoo datar. Hal itu membuatku menahan tawa karena melihat ekspresi keki dua yeoja itu. Namun seketika tawaku menguap ketika mendengar ucapan namja bermata besar itu "Aku mau pulang".
Dengan langkah gontai Kyungsoo berjalan menghampiri kumpulan orang-orang yang tengah mengobrol sampai tertawa gembira itu.

"Hyung! Aku pulang"
"Eit! Kau mau pulang?" cegah Heechul cepat sambil menahan lengan adiknya itu.
"Hm"
"Kalau begitu kebetulan. Aku juga mau pulang. Kau bawa mobil sendiri kan?" tiba-tiba saja Heechul melirik ke arahku "Saehee, apakah kau mau pulang sekarang? Jika iya aku bisa mengantarmu, Sanjin, dan Jaedong pulang"
"Aku? Em, iya. Aku ingin pulang sekarang. Sanjin-ah! Jaedong-ah! Apa kalian ingin pulang sekarang?" tanyaku pada mereka berdua yang sejak tadi bertingkah bodoh bersama Kyuhyun, Sungmin, dan ketiga prince itu.
"Ahahaha. Mwo? Aniya! Kau tidak lihat kami sedang seru? Jika kau mau kau bisa pulang duluan! Nanti kami beruda menyusul dengan bus" Jaedong kembali tertawa setelah menjawab pertanyaanku. Aku hanya sanggup menghela nafas maklum melihat kelakuan mereka semua.
"Mari kuantar" canda Heechul dengan berlaga seperti seorang pangeran yang tengah mengajak seorang putri sambil menyodorkan tangannya padaku seperti yang ada di dalam dongeng putri dan pangeran. Aku membalas candaannya dengan meletakkan tanganku di atas tangannya.
"Kamsahamnida" kami berdua pun berjalan beriringan.

Kulihat Kyungsoo tak melirik kami sama sekali dan berjalan kaku di belakang kami. Entahlah, tapi aku merasa sedih dia seperti itu. Lagi-lagi Ilsun dan Mai meneriaki nama Kyungsoo.
"Oppa~! Kau mau kemana?"
"Aku sudah bilang bukan kalau aku ingin pulang?"
"Kalau begitu kami ikut! Jika kau pulang kami juga akan pulang!" yeoja berambut sebahu itu mengangguk-angguk setuju mendengar perkataan Ilsun. Kyungsoo menghela nafas kesal lalu melirik Heechul yang juga sedang meliriknya.
"Baiklah" Kyungsoo kembali berjalan setelah menyetujui permintaan yeoja yang baru kuketahui adalah calon adik iparnya itu.
"Kyaa~~!! Ppali Mai! Ini adalah kesempatan langka!" jerit Ilsun yang membuat telingaku mau pecah. Cih, memuakkan!

Sepanjang perjalanan aku lebih memilih diam dan mengamati mobil Kyungsoo dari kaca spion mobil Heechul. Kenapa akhir-akhir ini aku jadi sering mengkhawatirkan namja dingin itu ya? Apakah mungkin karena aku merasa kasihan padanya yang ayahnya tengah terbaring lemah di kasur rumah sakit?

"Kau mengkhawatirkannya?" aku terkesiap ketika Heechul memecah keheningan. Bagaimana dia bisa tahu pikiranku?
"Ya! Kau cenayang?" tudingku dengan raut wajah curiga yang kubuat-buat. Ia tertawa renyah.
"Jadi benar kau mengkhawatirkannya?" pertanyaannya sukses membuat wajahku merona dan aku menjadi salah tingkah.
"An... aniya!"
"Jangan berbohong! Sejak tadi kau terus mengamati mobilnya dari spion! Tenang saja! Dia itu pengemudi handal. Kau tidak perlu khawatir ia akan menabrak pohon! Hahahaha" ujarnya seraya tertawa lepas. Mau tak mau hal itu ikut membuatku tertawa.

Sesampainya aku di rumah, ponselku berbunyi. Satu pesan masuk dari Chunji.

Chingudeul! Kalian masih ingat rencanaku yang akan membawa kalian berlibur kan? Nah, besok kalian harus datang ya ke Kona Beans untuk membicarakan hal ini. Sampai jumpa besok malam! ^^

Chunji! Dia memang anak yang baik. Aku membalas pesannya seraya tersenyum setelah itu aku langsung menutup flip ponselku lalu bergegas untuk mandi.



***

'Saehee POV end'

'Heechul POV'

"Kurasa akhir-akhir ini sikapmu berubah" aku memulai pembicaraan. Ia masih saja bergelut dengan game yang sedang ia mainkan.
"Hanya perasaanmu saja"
"Nah! Biasanya setiap aku berbicara kau selalu menanggapinya dengan antusias! Sekarang bahkan kau tak menatapku sama sekali" tukasku pelan.
"Jika ini karena ayahmu, aku bisa mengerti. Tapi kau harus bangkit! Jika kau saja seperti ini bagaimana kau akan bisa membangun semangat dalam keluargamu?" aku mulai bangkit dari sandaranku pada kayu kasur dan mencari posisi yang tepat "Dan kau tidak bisa terus menerus bersikap seperti ini terhadap semua orang!" secara tak langsung perkataanku ini mengacu pada Saehee yang kerap kali mengadu padaku tentang sikap dingin Kyungsoo padanya sejak pertemuan pertama mereka. Rasanya aku ingin sekali melindungi yeoja periang itu.
Tak ada jawaban darinya. Aku hanya mampu menghela nafas dan memilih untuk tidur karena besok aku harus memantau pegawai baru Kona Beans.


~***~

Tak terasa lima jam sudah aku membantu pegawai baruku tersebut bekerja bersama Sungmin dan Kyuhyun. Kini hari sudah mulai senja. Seperti biasa ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore pelanggan perlahan-lahan berdatangan hingga akhirnya coffee shop kami menjadi riuh oleh mereka yang rata-rata adalah mahasiswa. Mungkin karena harga makanan dan minuman di Kona Beans cocok dengan kantong mahasiswa.

"Aku pesan satu Au Lait!" aku dikagetkan oleh sebuah suara yang ternyata sudah berada di hadapanku yang tengah meracik segelas Frappe untuk salah satu pelanggan.
"Aigoo! Kau ini seperti hantu!" gerutuku.
"Hehehe, mianhae hyung! Saking seriusnya kau sampai tak mendengar suara bel pintu berbunyi"
"Bukan saking seriusnya tapi saking ramainya aku jadi tidak dengar kalau kau datang! Mana yang lain?" seketika aku tersadar bahwa Chunji tak bersama tiga temannya yang lain. Oh, mungkin dua karena satu temannya sedang dirundung kesedihan.
"Mereka nanti menyusul"
"Eo" anggukku "Jinhae-ah, antar ini ke meja nomor 7".

Karena Chunji sudah datang, aku, Sungmin, dan Kyuhyun pun menghentikan pekerjaan kami dan memilih untuk duduk bersamanya. Selama setengah jam kami menunggu yang lain datang dan akhirnya yang kami tunggu-tunggu datang juga. Eiyy, itu bukannya Kyungsoo? Jadi dia memutuskan untuk mendatangi ajakan Chunji? Apakah dia benar-benar sudah merenungkan nasihatku semalam?

"Wah, kalian sudah lama ya di sini?" tanya Tao sambil riang gembira berjalan ke bar tempat kami duduk.
"Bagaimana kau tahu?" Chunji balik bertanya dengan semangat.
"Wajahmu kelihatan!"
"Mwo? Ada apa dengan wajahku?"
"Semakin jelek. Mpphh" Tao tampak menahan tawanya melihat wajah Chunji yang sudah keki.
"Kalau itu memang sudah dari dulu!" tambah Taemin.
"Sial kau!"
"Kyungsoo-ah! Kau sudah merasa baikan?" aku memersilakannya untuk duduk di sebelahku. Dengan tersenyum tipis ia menghampiriku.
"Ne. Gomawo hyung!".

Setelah Taemin, Tao, dan Kyungsoo datang tak lama datanglah rombongan Saehee yang termasuk Kang Miyoon di sana. Ternyata Chunji juga mengajak Miyoon Manajer?
"Ah, noona! Kalian datang?" eh? Kenapa jadi Taemin yang bersemangat? Dan apa tadi dia bilang? Noona? Apakah ia memanggil Miyoon Manajer?
"Annyeonghaseyo chingudeul!" kami pun memulai pembicaraan setelah semuanya datang namun tiba-tiba Chunji menyela "Eit! Camkkanman! Ada yang belum datang!" kami semua mengernyit heran. Sepertinya semuanya sudah datang. Apa lagi yang kurang?
Pandangan kami seketika teralih ke arah pintu yang ditunjuk oleh Chunji dengan wajah berbinar.
"Nah! Itu mereka!" aku dan Kyungsoo membelalakkan mata tak percaya. Ilsun dan Mai? Chunji mengundang mereka berdua? Aigoo! Bagiamana mungkin kami semua dapat berlibur dengan tenang jika dua yeoja pengusik itu juga ikut?
"Oppa!! Maaf kami terlambat. Aku dan Mai bingung memilih pakaian" jinjja! Bahkan mereka berpakaian sangat tidak cocok! Ilsun mengenakan dress selutut dan kacamata hitam besar dan Mai menggunakan jaket berbulu, kacamata hitam, dan topi. Aigoo, ini bahkan sudah malam!
"Ayo kita mulai" Mai dan Ilsun berlari ke arah kami dan dengan percaya dirinya Mai bergelayut manja di lengan Kyungsoo dan Ilsun pada Chunji. Ah, kepalaku bisa pecah jika begini caranya!

'Heechul POV end'

'Author POV'

Mata Saehee terasa panas melihat pemandangan di depannya. Mai yang dengan genitnya merangkul lengan Kyungsoo yang jelas-jelas sudah menolak perilakunya tersebut namun yeoja berambut merah itu tetap saja kembali menggelayutkan tangannya. Ketika Mai tak sengaja bertatap pandang dengan Saehee, ia langsung saja memberikan death glare-nya. Hal itu nampaknya disadari oleh namja yang tengah menahan rasa jijik akibat ulah yeoja yang sedang merangkul lengannya.

"Baiklah, berarti kita semua sepakat untuk berangkat ke Gyeongju bersama pada tanggal 27 Oktober kecuali rombongan Miyoon Manajer dan Kyungsoo. Kalian akan berangkat tanggal berapa?"
"Tampaknya kami akan berangkat tanggal 28 karena tanggal 27 masih ada beberapa urusan yang harus kami bertiga selesaikan" jawab Miyoon. Jaedong dan Sanjin hanya manggut-manggut meng-iya-kan.
"Saehee? Kau ikut Miyoon Manajer bukan?" tambah Heechul.
"Eo? Na? Aniya, aku tidak ikut dalam pekerjaan mereka yang satu itu jadi aku bisa ikut berangkat tanggal 27" jawab Saehee sambil tersenyum.
"Kalau begitu aku tidak jadi berangkat tanggal 28" cetus Kyungsoo tiba-tiba yang membuat semua mata menoleh bingung ke arahnya.
"Oppa?" pekik Mai sambil menatap Kyungsoo gembira.
"Aku... Aku akan berangkat tanggal 27 bersama yang lain"
"Wae?" tanya Chunji dengan wajah polosnya.
"Gwaencanha. Kurasa urusan kampusku itu bisa kuselesaikan besok jadi tanggal 27 aku sudah tidak ada tanggungan apa-apa lagi" semuanya hanya mengangguk mengerti terkecuali Heechul yang justru menatap adiknya tersebut penuh selidik. Seulas senyum terukir di wajah cantiknya itu kala melihat Kyungsoo yang tengah menatap ke arah Saehee yang berada di depannya.

Algesseo Do Kyungsoo!

"Kim Heechul! Selama seminggu kedepan Kona Beans akan kita tutup bukan?" tukas Kyuhyun yang memecah lamunan Heechul.

"Ah, ne?"
"Iya, tidak mungkin kan Kona Beans tetap kita buka hanya dengan satu pegawai saja? Sedangkan kita bertiga beserta Jinhae dan Yoojin akan pergi berlibur" lanjutnya.
"Kau benar! Kona Beans akan kita tutup selama seminggu"
"Ah, seminggu bersama yeoja Hawai paling cantik. Surga~" ujar Tao sambil merapatkan dirinya pada Yoojin yang hanya mampu tersenyum malu mendengar ucapan namja yang sedikit tidak waras itu.


October, 27th 2013


Rombongan Chunji tampak sudah siap di Stasius Kereta Api Yeongdeungpo. Hanya Ilsun, Mai, Heechul, dan Kyungsoo saja yang masih belum datang. Jinhae nampak mengusap-usapkan tangannya. Hawa dingin mulai menyelimuti warga Seoul karena sebentar lagi musim dingin akan tiba.

Melihat itu, Sungmin segera berjalan dan menempatkan dirinya di sebelah Jinhae dan langsung memakaikan mantelnya pada yeoja berambut konde itu. Jinhae menatapnya tak percaya. Namja yang selama ini ia kagumi sekarang begitu dekat padanya dan begitu memerhatikannya.

"Ini sudah mulai memasuki musim dingin. Kenapa kau tidak memakai jaket?" Jinhae masih saja menatap Sungmin takjub lalu namja cantik itu melepas gulungan rambut Jinhae yang membuat yeoja itu bingung.
"Dingin seperti ini sebaiknya kau menggerai rambutmu supaya bisa menghangatkan lehermu. Lagi pula aku tidak pernah melihatmu menggerai rambut"
"Ah, andwae! Rambutku jelek" Jinhae berusaha merebut kembali tusuk rambutnya namun ditahan oleh Sungmim.
"Ck. Aniya! Tidak boleh! Lagi pula kau terlihat lebih cantik jka seperti ini" mendengar ucapan Sungmin, Jinhae langsung menghentikan upayanya merebut tusuk rambutnya itu. Seulas senyum terukir di bibirnya. Untuk menutupi hal itu Jinhae pun menundukkan kepalanya.

"Maaf kami terlambat!" tiba-tiba Heechul dan rombongannya sudah berada di hadapan orang-orang yang mulai bosan menunggu itu.
"Ah kenapa kalian lama sekali? Satu menit lagi keretanya datang! Hampir saja kami berpikir untuk meninggalkan kalian jika kalian tak juga datang" cerca Chunji setengah menggerutu.
"Mianhae oppa! Ini semua karena Mai yang terlalu lama berdandan!" Ilsun melirik saudaranya tersebut sinis.
"Ah, Ilsun-ah! Aku ini harus selalu terlihat sempurna" Mai berkacak pinggang seraya merapihkan rambutnya.
"Oh, jadi kalian semua lama karena menunggu Mai? Kalau itu aku akan memaafkan kalian" ujar Chunji sambil tersenyum genit pada Mai. Yeoja itu hanya memutar bola matanya malas dan mulai merangkul lengan Kyungsoo yang membuat Chunji melemaskan bahunya melihat pemandangan tak menyenangkan baginya itu.

Akhirnya kereta pun datang dan mereka berbondong-bondong memasuki gerbong kereta api. Karena rombongan Chunji yang begitu banyak, satu gerbong kereta pun hampir setengahnya di kuasai oleh mereka hingga penumpang lain merasa bising karena ulah para anak muda tersebut yang tak bisa diam. Cibiran terus saja keluar dari mulut para penumpang lain namun tak dihiraukan oleh Chunji dan kawan-kawannya yang sudah terlanjur terlena dengan aktivitas mereka itu.

Kyungsoo melihat Saehee yang sedang asyik mengobrol bersama Heechul. Ia merasa iri Heechul dapat duduk bersama Saehee. Kyungsoo pun melihat ke luar jendela. Menikmati pemandangan sawah-sawah dari pada harus melihat pemandangan yang entah kenapa membuat matanya panas itu.

"Kyungsoo-ah! Bisakah kau bertukar tempat denganku? Ada yang ingin kubicarakan dengan Kyuhyun" tiba-tiba saja Heechul sudah berada di sebelahnya. Kyungsoo merasa aneh tapi di sisi lain ia juga senang karena Heechul yang ingin bertukar tempat dengannya itu berarti ia akan duduk di sebelah Saehee.
 Kyungsoo pun menempatkan dirinya di sebelah Saehee sambil mengenakan bntal leher untuk tidur. Saehee menatapnya gamang.
"Mana Heechul oppa?" pertanyaan Saehee sontak membuat Kyungsoo membuka matanya.
"Wae? Kau tidak senang aku yang duduk di sebelahmu?" mendadak Saehee menahan nafasnya karena Kyungsoo yang balik bertanya padanya dengan cara mendekatkan wajahnya pada wajah Saehee hingga yeoja itu terpojok ke jendela kereta.

Aisshhh jantung! Jantung! Kumohon tenanglah!

Setelah puas melihat ekspresi Saehee yang sudah mulai kaku, Kyungsoo pun kembali menjauhkan dirinya dan memejamkan matanya lagi namun kali ini sambil tersenyum kemenangan.

Ishhh dasar namja gila!

Setelah lama di perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di pedesaan Gyeongju. Hawa dingin di sini dua kali lipat dibandingkan dengan Seoul dan membuat semuanya harus merapatkan lagi jaket mereka. Penginapan yang mereka tempati cukup jauh dari stasiun sehingga mereka butuh dua kali menaiki bus.

Villa itu cukup luas. Satu kamar bisa menampung sebanyak 20 orang juga dilengkapi dengan sebuah dapur yang cukup besar. Satu kamar standar ada sekitar 4 bilik kamar lagi di bawah dan satu kamar di atas. Di belakang penginapan ada sebuah taman dengan air mancur besar di tengahnya. Saat malam hari lampu-lampu cantik akan dinyalakan dan pengunjung penginapan akan berbondong-bondong menikmati pemandangan indah tersebut.

Karena terlalu lelah, mereka semua memutuskan untuk tidur hari ini. Keesokan malamnya setelah mengistirahatkan diri dari bersenang-senang, Saehee, Sanjin, dan Miyoon yang memang tidur dalam satu bilik kamar tersebut memutuskan untuk berjalan-jalan menikmati udara malam di Gyeongju. Setelah rombongan Miyoon datang mereka tak langsung beristirahat melainkan melihat-lihat pemandangan Villa. 
Kebetulan sekali di luar Villa ada penjual Sinseollo yang tengah ramai dikunjungi oleh pelanggan yang sedang merasa kedinginan seperti mereka bertiga ini. Rata-rata pengunjung yang datang merupakan turis asing namun tak sedikit juga yang berasal dari luar kota.

"Gomapseumnida ahjumma" Miyoon langsung saja mengambil makanan yang ada di dalam panci Sinseollo tersebut dan melahapnya.
"Massitta?"
"Uhm! Neomu massitta!" jawab Miyoon dengan mulut yang penuh. Baru kali ini Sanjin dan Saehee melihat tingkah kekanakan manajer mereka yang terkenal dewasa itu. Tiba-tiba ponsel Miyoon berdering. Ada satu pesan masuk.
"Whoa, malam ini Taemin mengajakku berjalan-jalan ke taman" pekik Miyoon sambil menekan tombol lock di pinggir ponselnya. Saehee dan Sanjin saling bertatap-tatapan sambil tersenyum.
"Ck aih.... eonni! Kau itu sebenarnya sadar atau tidak? Taemin sedang berusaha mendekatimu!"
"Itu benar! Akhir-akhir ini dia sering mengajakmu jalan-jalan dan ketika ada momen-momen seperti ini dia selalu tak mau jauh-jauh darimu. Ahh... neomu kyeopta!" ucapan kedua yeoja itu telah berhasil membuat semburat rona merah di pipi gadis berusia 25 tahun itu.
"Ah, ani. Kami bahkan terpaut jarak yang cukup jauh" elak Miyoon seraya melahap Sinseollo-nya.
"Eh, wae? Cinta itu tidak mengenal usia, keyakinan, dan ras. Cinta itu buta" ujar Saehee dengan wajah sok puitisnya yang membuat Sanjin memukul pelan lengan sahabatnya tersebut. Ketika sedang menikmati udara malam Gyeongju, sebuah suara mengejutkan ketiga yeoja itu.
"Kang Miyoon.."
"OPPA?????"

-TBC-

No comments:

Post a Comment